Malam meninggi sementara aku masih saja berkutat dengan laptop, buku, jurnal, dan segala hal yang memaksaku menunda hak kedua mata untuk terpejam. Untung saja sepiring nasi goreng sudah kulumat habis sebelum kesibukan kembali menyita waktuku malam ini. Tak sedikitpun perhatianku berpaling dari laptop, sampai akhirnya ponselku berbunyi, ada sms.
“jangan kecapekan, istirahat sebentar..”
Ah, kamu selalu tahu aku suka memaksa diriku sendiri. Memforsir fisik dan pikiran terlalu keras, menuntut perfeksi dari apapun yang kukerjakan. Aku sedikit tersenyum membaca pesanmu. Lalu akupun menurut, kuletakkan laptopku. Berpindah duduk di sofa sepertinya menyenangkan. Jadi aku beralih ke sofa empuk di sebelah tempat tidurku. Akhirnya aku tergoda untuk rebahan. Sambil mengingat-ingat kapan tepatnya kamu menjadi sosok yang benar-benar hapal dan paham tentang diriku.
Mungkin satu tahun yang lalu. Sejak kesamaan hobi kita mulai dikenal dan diperhatikan oleh mereka. Lucu
ketika menyadari bahwa kita sama-sama suka menyanyi dan menulis. Apa saja. Tanpa disadari kemudian kita menjadi dekat. Sampai sekarang.
Banyak yang tidak memahami kita, tapi siapa peduli? Yang penting kita paham dengan apa yang kita jalani. Kadang-kadang aku hanya bisa menjawab pertanyaan maupun pernyataan mereka dengan senyuman. Beberapa pertanyaan lucu kerapkali terlontar dari mereka. Mulai dari “Kok namanya di hapemu gitu, sih? Kenapa nggak diganti sayang atau ayang atau apa gitu?”. Lalu ada lagi yang menanyakan benarkah aku tidak pernah sekalipun jalan berdua denganmu, pergi ke bioskop, jalan-jalan ke mall, atau makan malam di malam minggu. Aku menggeleng saja, sambil tetap tersenyum.
Aku tak perlu mengganti namamu dengan sebutan apapun di ponselku. Karena aku tak butuh hal semacam itu untuk mengingat bahwa kamu adalah salah satu orang tercintaku. Aku ingin menjadi orang yang memilikimu dengan sama, dengan nama yang sama. Dan bahwa rangkaian huruf juga tidak berpengaruh besar dengan keadaan hati. Jadi kukira itu sama sekali tidak penting.
Aku juga tidak perlu memintamu mengantarku pulang atau menjemputku berangkat ke kampus. Aku memang tak bisa mengendarai motor, tapi aku telah sangat terbiasa naik angkot. Aku bisa ke mana-mana sendiri. Aku tidak mau merepotkan siapapun, terlebih itu kamu, yang memang belum punya ikatan tanggung jawab apapun denganku.
Aku tidak perlu memiliki waktu spesial untuk berdua saja denganmu. Karena semua waktuku itu istimewa, terlebih jika kulewatkan bersamamu. Aku tidak perlu jalan-jalan berdua bersamamu ke mana-mana hanya untuk menunjukkan kamu adalah milikku. Aku tidak perlu makan malam romantis denganmu hanya untuk mengetahui bahwa kamu mencintai aku.
Kamu mencintai aku dengan sederhana, akupun begitu. Kita tak punya banyak waktu yang dihabiskan berdua. Tapi tak masalah, dengan begitu kita terbiasa untuk mensyukuri dan menghargai sedikit waktu yang kita punya. Aku menikmati setiap waktu yang terlewat, setiap rindu yang tertahan di hati, setiap cinta yang meletup-letup kecil setiap hari. Aku menikmati setiap pembicaraan, setiap cerita, setiap hal kecil yang kamu bagikan. Aku menikmati mencintai dan dicintai olehmu. :)
“jangan kecapekan, istirahat sebentar..”
Ah, kamu selalu tahu aku suka memaksa diriku sendiri. Memforsir fisik dan pikiran terlalu keras, menuntut perfeksi dari apapun yang kukerjakan. Aku sedikit tersenyum membaca pesanmu. Lalu akupun menurut, kuletakkan laptopku. Berpindah duduk di sofa sepertinya menyenangkan. Jadi aku beralih ke sofa empuk di sebelah tempat tidurku. Akhirnya aku tergoda untuk rebahan. Sambil mengingat-ingat kapan tepatnya kamu menjadi sosok yang benar-benar hapal dan paham tentang diriku.
Mungkin satu tahun yang lalu. Sejak kesamaan hobi kita mulai dikenal dan diperhatikan oleh mereka. Lucu
ketika menyadari bahwa kita sama-sama suka menyanyi dan menulis. Apa saja. Tanpa disadari kemudian kita menjadi dekat. Sampai sekarang.
Banyak yang tidak memahami kita, tapi siapa peduli? Yang penting kita paham dengan apa yang kita jalani. Kadang-kadang aku hanya bisa menjawab pertanyaan maupun pernyataan mereka dengan senyuman. Beberapa pertanyaan lucu kerapkali terlontar dari mereka. Mulai dari “Kok namanya di hapemu gitu, sih? Kenapa nggak diganti sayang atau ayang atau apa gitu?”. Lalu ada lagi yang menanyakan benarkah aku tidak pernah sekalipun jalan berdua denganmu, pergi ke bioskop, jalan-jalan ke mall, atau makan malam di malam minggu. Aku menggeleng saja, sambil tetap tersenyum.
Aku tak perlu mengganti namamu dengan sebutan apapun di ponselku. Karena aku tak butuh hal semacam itu untuk mengingat bahwa kamu adalah salah satu orang tercintaku. Aku ingin menjadi orang yang memilikimu dengan sama, dengan nama yang sama. Dan bahwa rangkaian huruf juga tidak berpengaruh besar dengan keadaan hati. Jadi kukira itu sama sekali tidak penting.
Aku juga tidak perlu memintamu mengantarku pulang atau menjemputku berangkat ke kampus. Aku memang tak bisa mengendarai motor, tapi aku telah sangat terbiasa naik angkot. Aku bisa ke mana-mana sendiri. Aku tidak mau merepotkan siapapun, terlebih itu kamu, yang memang belum punya ikatan tanggung jawab apapun denganku.
Aku tidak perlu memiliki waktu spesial untuk berdua saja denganmu. Karena semua waktuku itu istimewa, terlebih jika kulewatkan bersamamu. Aku tidak perlu jalan-jalan berdua bersamamu ke mana-mana hanya untuk menunjukkan kamu adalah milikku. Aku tidak perlu makan malam romantis denganmu hanya untuk mengetahui bahwa kamu mencintai aku.
Kamu mencintai aku dengan sederhana, akupun begitu. Kita tak punya banyak waktu yang dihabiskan berdua. Tapi tak masalah, dengan begitu kita terbiasa untuk mensyukuri dan menghargai sedikit waktu yang kita punya. Aku menikmati setiap waktu yang terlewat, setiap rindu yang tertahan di hati, setiap cinta yang meletup-letup kecil setiap hari. Aku menikmati setiap pembicaraan, setiap cerita, setiap hal kecil yang kamu bagikan. Aku menikmati mencintai dan dicintai olehmu. :)