Senin, 25 Mei 2015

tentang Iman, dari Seorang Mualaf

0

Pagi itu hari Minggu, as usual aku menghadiri majelis ilmu di salah satu masjid favorit yang nggak jauh dari kosan. Hari itu, tema tausiyahnya adalah mengenai dakwah. Aku nggak akan cerita tentang materi ceramahnya, karena sudah pernah aku share di path, facebook, dan beberapa sosmed lain yang aku punya. Kali ini, aku akan menceritakan sekelumit kejadian yang membuatku merenung amat dalam. 

Singkatnya, hari itu sang Ustadz membawa mualaf bimbingan beliau yang baru memeluk Islam sekitar 1,5 tahun yang lalu. Beliau memintanya untuk membacakan beberapa ayat suci Al-Quran, dan memberikan sepatah dua patah kata untuk berbagi pengalamannya. Selain bacaan Al-Quran yang sangat fasih dan indah (sampe merinding dengernya), ada satu kalimat yang bikin aku merenung...

"Iman itu yakin kepada Allah SWT. Kalau masih ragu-ragu, apa bisa disebut beriman?"

Serasa ditampar.

Yakin di sini adalah sangat luaaaaas cakupannya. Bukan sekedar yakin bahwa Allah itu ada, bukan hanya itu. Tapi terlebih lagi, yakin pada janji-janji Allah.. Sudahkah?

Mungkin terdengar sepele, tapi... Bukannya justru ini yang sering lalai kita lakukan?

Lupa yakin pada janji Allah bahwa laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik, begitupun perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik pula?

Eaaaa.. Masalah jodoh.. Ini topik terhangat di usia 20an, terutama untuk mereka-mereka yang dinilai sudah mapan dan waktunya untuk menikah. 

Maka ketika pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan-pernyataan di sekitar mulai membuat kita galau, bisa jadi kita sedang lupa untuk yakin pada janji Allah. 

Oleh karenanya, bersabar dan yakin pada janji Allah itu adalah salah satu bentuk dari iman. Allah SWT Maha Besar, apa ada setitik kecil hal yang patut diragukan atasNYA?

Aku yakin semua sepakat untuk menjawab tidak.

Pada akhirnya, jika keyakinan itu sudah ada, yang tersisa hanyalah rasa ringan. Allah SWT sudah menjamin, apa lagi yang perlu dirisaukan? :)

Dalam hal jodoh, mari menyiapkan hal-hal yang bisa disiapkan, dimulai dari yang paling dekat, yaitu diri sendiri. Jika ingin yang agamanya baik, maka baikkan juga agama diri. Jika ingin yang penyabar, maka tingkatkan kemampuan sabar hati. Jika ingin yang menjaga dirinya hanya untukmu, maka jaga dirimu sebaik mungkin.

For the first time in my life (halah, hahaha) aku paling merasakan perlu mem-prepare sesuatu adalah soal ini. Prepare dari segi hal-hal yang berada dalam jangkauanku pastinya, hehehe. Ah, malah curcol -___-

Kembali ke topik awal, bahwa yakin kepada Allah itu sangat luas, termasuk yakin pada janji-janjiNYA. Karena iman itu naik-turun, maka kita perlu charger. Pilih tipe charger yang paling sesuai, misal teman yang bisa selalu saling mengingatkan, ikut pengajian, ikut komunitas dakwah, ikutan pesantren kilat, dan banyaaaak lagi macamnya. 

Salah satu hal yang tidak pernah lupa aku syukuri adalah, Allah selalu menempatkan orang-orang yang luar biasa baik di sekitarku. Berkenalan dengan masjid (yang sekarang jadi masjid favoritku di Jakarta), lebih akrab dengan masjid, juga melalui perantara yang Allah kirimkan.. :)

Akhir kata, yuk mari saling mengingatkan, sebab kadar iman itu harus dijaga sebaik mungkin, agar tidak terlalu lama berada di posisi 'turun' :)   

Minggu, 24 Mei 2015

KND II Family :D

0

Entah kenapa, beberapa hari yang lalu tiba-tiba kepengen nulis tentang KND II. Belum ada satu tahun aku ada di sini, tapi rasanya kayak udah deket banget (lebay, hahaha). Tapi iya sih, however, sehari-hari kan memang mostly dihabiskan di kantor. Jam kerja mulai jam setengah 8 pagi, sampai jam 5 sore. Ehm, udah jarang banget sih pulang jam 5 teng, hehehe. Belom lagi kalau ada rapat sampai malem kan. Ambillah rata-rata ada 10 sampai 11 jam yang dihabiskan di kantor. Tuh, hampir setengah hari! Buatku, orang-orang di kantor udah kayak keluarga (maklum, di Jakarta kan merantau, keluarga ada nan jauh dimatoo). Khususnya yaa, personil-personil subdit KND II.

Sudah beberapa kali mungkin posting mengenai kehidupan dan peristiwa-peristiwa yang dilalui selama di kantor, bersama Bapak, Ibu, Mbak, dan Mas di KND II. Maka, kurang lengkap sepertinya kalau nggak menceritakan satu per satu personilnya. Hahahaha... Uji nyali nih ceritanya, bercerita tentang senior-senior.. Maka sebelumnya, maafkeun apabila ada kata-kata yang salah.. :D

First of all, inilah foto para personil KND II :D




 Diawali dari siapa yaaa.. Hmmm, baiklah, sesuai dengan denah lokasi tempat duduk, berarti kita mulai dari Bapak Kasubdit...

Pak Dodok
Subdit KND II dipimpin oleh seorang kasubdit yang bernama Pak Dodok. Masih inget banget, pak Dodok yang pertama kali panggil aku "auu auuu auuul" (dengan nada ala-ala di film horor gitu deh -___-). Bahkan, ketika ketemu di festival lampion, beliau juga manggil aku dengan cara yang sama, sampe diliatin orang-orang deh akunya T.T, hehehe. Anyway, pak Dodok adalah kasubdit yang sangat bersahabat dengan kami semua. Beliau nggak membangun "jarak", tipe pemimpin yang dekat dengan followernya (serasa lagi kuliah leadership nih, bahasanya.. haha). Pak Dodok juga bikin terobosan-terobosan baru di KND II, diantaranya adalah bikin acara IHT tiap minggu (sharing knowledge dari para pelaksana yang bermanfaat buanget biar makin paham sama apa yang kami kerjakan, paham sama kerjaan temen-temen yang lain juga), bikin logbook yang fungsinya memantau kerjaan tiap hari. Yang aku rasakan sih, beliau tuh bisa membawa ritme kerja yang dinamis.. (thumbs up)

Nah, KND II itu punya tiga seksi, IIA, IIB, dan IIC, yang masing-masing dipimpin oleh satu orang Kepala Seksi. Mari kita jumpai beliau satu per satu.. :D

Pak Adi
Seksi KND IIA diketuai oleh Pak Adi. Awal-awal masuk KND, aku paling notice sama beliau. Kenapa oh kenapa? karena beliau adalah pengajar waktu DTSD. Inget banget pak Adi mengajar materi tentang KND pas aku DTSD (tapi pak Adi nggak inget sama aku, hiks). Pak Adi nih karakternya rame dan suka bercanda. Karena karakter beliau yang bersahabat, pak Adi deket banget sama semuanya. Beliau nggak segan untuk turun langsung ngebantuin anak-anak (buah) nya. Pak Adi baik hati pula, soalnya mesti ngajakin bareng temen-temen yang arah pulangnya searah, heehhe.. :p 

Pak Romy
Sementara itu, seksi KND IIB dipimpin sama Pak Romy. Saya termasuk di seksinya beliau, nih, mulai tahun ini. Hampir mirip sama pak Adi, pak Romy nih karakternya juga humoris. Ritme kerjanya pak Romy tuh cepet, nggak ada yang namanya nunda kerjaan. Sebisa mungkin semua kerjaan diselesaiin bersamaan. Pak Romy juga tipe pemimpin yang enak untuk diajak diskusi, detail kalo soal kerjaan, dan punya cara jitu yang bikin kita jadi belajar. I mean, beliau tuh tipenya bukan yang langsung ngasih tau ini itu, tapi semacam ngasi clue-clue yang harus kita cari tau sendiri. Efektif banget itu buat aku yang masih krucil dan kudu buanyyaaak belajar.. :D

Pak Hari
Nah, seksi KND IIC dipimpin sama Pak Hari. Nggak jauh berbeda sama karakter Bapak-Bapak yang aku ceritakan sebelum ini, pak Hari juga sosok yang humoris. Tapi, kalau menurutku sih, pak Hari nih yang paling pendiem kalau dibandingkan sama pak Adi, pak Romy. Beliau juga suka mendiskusikan hal-hal yang sifatnya filosofis, misalnya tentang pernikahan, jodoh, kehidupan. Lumayan berat-berat gitu deh topiknya, tapi tetep asik bawaannya, walau kadang kami kudu berpikir keras memahaminya, hehehe. Yang aku kagum sama pak Hari tuh, cara beliau menyampaikan pendapat, khususnya kalau lagi rapat. Cara penyampaiannya tuh, sistematis gitu, keren deh. 

Bersyukurlah kami semua punya Bapak-Bapak pemimpin yang tipenya bersahabat, deket sama anak-anak buahnya, hehehe. Nah, sekarang giliran ngebahas Mbak-mbak dan Mas-masnya.. :D

Mas Budi
Mas Budi alias Kabuto nih bintang dangdutnya KND II. Gimana nggak, aku sudah menyaksikan sendiri playlist di komputernya, isinya mostly lagu dangdut. Yang paling sering diputer sih lagu-lagunya Roma Irama. Temen-temen paling suka ngeledekin aku kalo mas Budi udah nyetel lagunya Rhoma, ya secara mas Budi duduknya di sebelahku, dan yaaaa selera musik kami jauh berbeda (begitupun dengan usia kami, huahahaha :p). Mas Budi tuh sekilas pendiem, tapi ternyata kalo udah kenal yaa nggak se-pendiem keliatannya.. :p

Mas Hendro
Nah ini, mas Hendro nih mirip-mirip mas Budi (baik dari soal pendiemnya, maupun soal hal-hal yang menjadi topik favorit dalam pembicaraan beliau berdua). Awal-awal aku masuk KND II, kayaknya paling jarang ngobrol sama mas Hendro, soalnya aku kan duduk di belakang, sementara mas Hendro duduknya di depan deket pintu masuk. Tapi, semenjak aku duduk di depan, jadi lumayan sering ngobrol. Oh iya, mas Hendro nih juga pinteeeer banget bikin gombalan. Hahaha. Seringkali gombalannya jadi referensi, diturunkan pada mas Akbar, tapi mas Akbar selalu susah memahaminya. Siapa itu mas Akbar? Nanti kita bahas mas Akbar, dia duduknya paling ujung sih, jadi yaa sabar dulu ya.. :p

Bang Mael
Awalnya aku panggil mas Mael, karena aku kebiasaan panggil yang lebih senior pake mbak atau mas. Tapi, pas aku manggil mas Mael malah diketawain ama temen-temen yang lain. Akhirnya ikutan manggilnya Bang Mael (walau kadang masih suka nggak sengaja manggil mas, hihi). Pertama kali liat Bang Mael, aku kirain bang Mael galak, hahahahaha. Tapi ternyata salah banget, bang Mael orangnya humoris. Walaupun nggak sering-sering banget ngobrol, tapi sekalinya nyeletuk biasanya bikin ketawa.. :D

Mas Anton
Kalau ada orang Batak berlogat Sunda, pasti mas Anton lah orangnya. Hahahaha. Eh tapi, mas Anton bukan orang Batak sih, cuma namanya aja (karena usut punya usut, nama belakangnya yang serupa marga ternyata hanyalah nama, bukan marga beneran.. :p). Mas Anton nih orangnya lucu, suka bercanda. Dan, sebagai senior yang satu seksi sama aku, mas Anton tuh orangnya nggak segan untuk membagi ilmunya. Kalau aku tanya apapun, pasti dijelaskan sampai sejelas-jelasnya, mantap pokoknya.. :D

Mbak Tika
Nah, mbak Tika nih juga satu seksi sama aku, sama seperti mas Anton, mbak Tika juga oke banget kalo ngejelasin hal-hal yang belom aku paham. Kalau sama mbak Tika, ngobrolin apapun oke. Nggak cuma soal kerjaan, aku juga sering curhat sama mba Tika, hehe. Ohiya, bulan depan mbak Tika berangkat ke Australi buat lanjut sekolah. Sedih, tapi juga bangga sama mbak. Untungnya kita udah sempet nonton bareng ya mbak, setelah sebelumnya gagal nonton The Hobbit. Sukses di Australi nanti ya mbaktiiik :*

Mbak Aisyah
Dulu awal kenal mbak Ais pas di KND III, dan menurutku mbak Ais pendieeem banget. Yah mungkin karena ku belum begitu kenal sih, ya. Soalnya, ternyata, setelah berinteraksi tiap hari di KND II, mbak Ais nih rame juga orangnya, hihihi. Selain rame, mbak Ais juga doyaan ngemil. Tiap ke meja mbak Ais, pasti adaaa aja cemilan. Oiya, kadang-kadang, mbak Ais juga suka nonton korea pas jam istirahat. Teman diskusinya soal korea-koreaan adalah Silvi. Siapakah Silvi?? Baca terus makanyaa.. :D

Mbak Aci
Mbak Aci tuh ibunya anak-anak :* Mbak Aci tuh keibuan banget, mengayomi pokoknya, hahaha. Bisa dibilang sih, sebenernya, dewan pertimbangan yang asli tuh ya mbak Aci. Karena, apapun itu, kami hampir selalu minta pertimbangan mbak Aci. Mbak Aci orangnya caaaaare banget sama orang lain, dan peka banget gitu sama sekitar. Dan yaaa, nggak lupa, mbak Aci juga unyuuu sekali kalau sama pak Aci, hihihi :D

Mas Aan
Nama panjangnya adalah mas penatausahAAN, hahaha :p. Mas Aan nih penyiar radionya KND II, karena dia pulalah owner The Music Albums, jadi playlist koleksinya tuh lengkap banget. Mau lagu jadul, lagu baru, kayaknya dia tau semuanya deh. Duluuu, kukira mas Aan tuh orangnya pendiem, tapi ternyata aku salah -___-. Mas Aan itu suaranya bagus, tapi mesti nggak mau kalo disuruh nyanyi (kebalikannya ama aku, mesti doyan nyanyi walau suara ngga karuan, haha). Oiyaaa, dia juga yang mensabotase komputerku biar otomatis ngebuka website-nya dia tiap nyalain komputer. Padahal cuma ditinggal dinas 3 hari, komputerku berhasil disabotase -___-

Silvi
Naaah, tadi udah sempet ngomongin Silvi kan sebelum ini? Mari kita kenalan sama Silvi. Silvi nih, awalnya aku kira pendieem.. ternyataaaa.. pendiem juga sih, tapi nggak se-pendiem yang aku kira. Hahaha. Saking seringnya barengan kemana-mana ama dia, kami dijuluki Upin-Ipin, :p. Silvi itu orangnya tenang, dan anggun. Bertolak belakang banget sama aku, hahaha :p. Cipi juga sabaaar banget menghadapi aku yang seringkali nggak jelas (maap ya Cipi :3). Sebagai Ibu Koperasi KND II, di tangan Cipi lah kesejahteraan cemilan kami berada. Semangat belanja ya, Cipi :D      

Mas Imam
Ini dia nih, The Master, mas Imam. Jangan coba-coba bikin mas Imam menoleh dengan percuma. Karena, setiap mas Imam melepaskan pandangan dari komputer, dolarnya akan melayang :p Mas Imam itu kayak mafia Jepang (kata Silvi, hahaha), soalnya orangnya serem gitu kalo lagi diem, padahal aslinya lucu kalo lagi ngelawak.. :p

Mas Ashadi
Tiang lampunya KND II nih, hahahaha. Kenapa tiang lampu, karena mas As tuh tuinggiiii (apalagi kalo dibandingin sama aku -____-). Kalau ngomong sama mas As tuh, butuh kesabaran ekstra. Kalo kita lagi serius, mas As orangnya selalu nyantai. Terus, tanggapannya tuh hampir selalu out of the box gitu. Oiya, mas As juga sering bikin celetukan-celetukan dan bertingkah yang bikin kami semua yang ada di sekitarnya jadi ngakak, geleng-geleng kepala, sampai ngelus dada.. -___-

Mas Akbar
Ini diaaa, raja gombal gembel, raja reptil juga! Mas Akbar nih referensi gombalannya ampun-ampunan dah, hahaha. Belakangan ini, kami suka sharing gombalan bersama mas Hendro, lumayan buat lucu-lucuan :D Mas Akbar juga doyan ngoleksi hewan-hewan yang out of the box, misalnya kecoa madagascar, kura-kura, dan lain sebagainya. Agak-agak ngeri gimanaaa gitu kalo liat koleksi-koleksinya mas Akbar -_____-. Oiya, mas Akbar juga punya hobi ngerampok makanan dari ruangan-ruangan sebelah. Tiap saat adalah waktu mengunyah yang tepat buat dia :p

That's all, para personil KND II. Aku juga termasuk sih, tapi yaa nggak perlu dibahas juga di sini lah yaa :p

Lebih dari partner kerja, buatku Bapak-Bapak di sini adalah orangtua di kantor, Mbak dan Mas di sini adalah kakak, kesemuanya adalah keluarga. Aku seneng banget bisa jadi bagian dari KND II. Personil-personil yang menyenangkan, dan banyak memberikan kesempatan untuk belajar. Sukses teruuuus KND II untuk tahun-tahun berikutnya..

I'm blessed to be a part of you all :) :*    


Selasa, 19 Mei 2015

Penjelajah Mimpi

1

taken from: http://nhne-pulse.org/dream-the-greatest-movie-ever-made/colorful-drawing-of-woman-dreaming/

Meda mengamati laki-laki yang duduk di bangku paling pojok kafe itu. Meda adalah pelanggan setia, hampir tiap weekend dia menghabiskan waktu di sana, sendiri ataupun bersama teman-temannya. Tapi kali ini ia sendirian, ia bisa dengan leluasa mengamati laki-laki yang kira-kira berada di jarak yang tidak terlalu jauh darinya. Kedua alis Meda bertaut, benaknya dipenuhi tanya. Meda seperti pernah melihatnya sebelum ini. Bukan, bukan satu atau dua minggu lalu saat laki-laki itu juga sudah ada di sana, tapi....
Meda merasa sering sekali bertemu dengan laki-laki itu, tapi di mana?

Greentea latte favoritnya sudah hampir habis, tapi pikiran Meda masih menjelajah kemana-mana. Siapa laki-laki itu?

***

"Med, lu kenapa sih?"
"Hah? Apanya yang kenapa, Tan?"
"Lu daritadi celingukan mulu. Abis celingukan, lu liatin terus tuh bangku paling pojok. Lu kenapa sih? Lu lagi nyari siapa?" Intan mulai penasaran dengan kelakuan sahabat baiknya itu. Yang ditanya hanya kembali menyeruput greentea latte nya pelan, mengacuhkan pertanyaan Intan, sebab di benaknya ada tanda tanya yang jauh lebih besar, jauh jauuuh lebih penting artinya.

Mana laki-laki itu? Mana laki-laki yang ternyata seringkali mampir di mimpinya itu?

***

Seorang laki-laki muda tampak sibuk di sudut ruang kamarnya yang gelap. Ada sebatang lilin putih yang menyala di hadapannya. Ditengoknya jendela, purnama membulat terang. Dibacanya beberapa baris mantra.
Penjelajah mimpi. Di samping tempat tidurnya, ada foto gadis penyuka greentea latte.

kosong

0

entah sudah tatapan ke berapa. sesungguhnya betapa ingin aku menyapa, lewat kata-kata. tapi, setiap kali menatapnya, akhir-akhir ini, aku sepertinya kehilangan kata. kehilangan kemampuan untuk mengungkapkan. kehilangan rasa untuk merangkai kata-kata.

entah pula pertemuan ke berapa. tapi di setiap itu pula aku cuma diam. seperti bertemu dengan kekosongan. sepi, diam saja.

bukan sedang tidak ada yang menarik untuk dibicarakan. bukan juga sedang datar-datar saja hariku.

ah, entahlah.





-teruntuk halaman new entry di blog kesayanganku, berkali pertemuan tapi masih juga aku menjumpai kekosongan. bulan ini sudah melewati tengah, tapi baru ada satu postingan-

Sabtu, 16 Mei 2015

Selalu Ada yang Pertama: Pergi ke Dufan :D

0

Alkisah pada suatu hari libur kejepit yang terjadi di tanggal 14 Mei kemarin, mbak Ully, salah satu member JKT 48.. eh salah, maksudnya salah satu member dari DJKN 72 yang penempatan di Kendari berkesempatan untuk main ke Jakarta. Demi memanfaatkan kunjungan langka tersebut, kami yang ada di Jakarta berinisiatif mengadakan acara penyambutan berupa bermain ke Dufan!

Hal tersebut diselenggarakan atas request alias permintaan dari mbak Ully sendiri yang belum pernah ke Dufan. Actually, aku juga belom pernah ke Dufan sih, hehehe, jadi yaaa kebetulan, akupun menyambut antusias agenda nDufan tersebut :D

Hari Kamis jam 10an kami berenam berangkat menggunakan busway. Ternyata eh ternyata, letaknya Dufan tuh nggak jauh dari daerah jajahan kami, hehe. Cuma selisih berapa halte aja, mungkin setengah jam kami udah sampe di Dufan. Kesan pertama, mmmm, panas. Serius deh, mungkin Jakarta udah memasuki musim kemaraunya, karena hawa akhir-akhir ini jadi panas bin sumuk bin geraaah banget. Setelah keluar dari shelter busway terkait, kami pun jalan dikit untuk mencapai Dufan. Daaaaan.. jeng jeeeeengggg.... 

Terpampanglah pemandangan antrian yang bejubel semacam orang-orang yang ngantri mau nonton konser. Langsung ngedrop, tapi yaaa nggapapalah yaa, udah nyampe ini juga, marilah kita berjuang untuk mendapatkan tiket!

Satu jam berlalu, kami masih di urutan tengah agak belakang. Sudah berbagai macam topik obrolan dibicarakan sampe mulut berbusa, tak urung kami capek juga. Di kala suntuk mulai melanda, terngianglah pengumuman kalo antri tiketnya bisa diwakilkan, kami berempat pun serentak berinisiatif mbak Tiar dan suaminya aja yang ngantri. Secara, dalam kondisi sesumpek apapun, kalau mereka berdua yang antri kan tetep bisa menikmati suasana, secara penganten baru. Akhirnya aku, mbak Adel, dan Mbak Ully nunggu di pinggir trotoar. Kami makan permen, ngobrol, makan roti, dan foto-foto biar nggak mati gaya. Tapi beneran deh, antriannya ampun-ampunan. Aku kira kan longweekend orang-orang pada liburan ke luar kota, eh ternyata pada ke Dufan.

Sekitar setengah jam-an kemudian, tiket akhirnya berada di tangan. Thanks to mbak Tiar dan suami :3

Begitu masuk, yang pertama dicari adalah mushola, secara udah lewat waktu dhuhur. Setelah sholat, kami makan siang (lapeeeeerrrrr banget). Setelah makan siang, dimulailah penjelajahan kami...

Awal penjelajahan, aku dibuat terpesona. Nggak sih, bukan terpesona ama wahananya, tapi terpesona sama buannnyaknya orang di sana. Satu wahana tuh yang ngantri buannyyyyaaaakkk. Kayaknya sih nggak ada wahana yang nggak pake ngantri. Aku sih ke situ orientasinya nggak pengen nyobain wahana aneh-aneh, aku cupu dan penakut banget lah kalo suruh naik wahana aneh-aneh macam halilintar, histeria, dan kawan-kawannya. Yang ada di otakku pertama kali masuk adalah....

aku pengen naik bianglala.

Bianglala tuh kayak wajib dinaiki deh tiap aku ke wahana main-main semacam Dufan ini. Entahlah ya, aku seneng aja gitu naik sampe tinggi, ngelihat pemandangan sekitar dari ketinggian. Suka pokoknya :D

Mempertimbangkan antrian yang mengular dimana-mana, pilihan pertama jatuh pada wahana Ontang-Anting. Apa pasal? Wahana ini emang antriannya mengular sih, tapi jumlah seat tiap kloter kan banyak, jadi yaa kirakira sebanding lah sama antriannya, nggak sampe berjam-jam nunggunya.

Sesuai perkiraan, kami nunggu nggak sampe sejam. Mbak Ully yang udah deg-degan bahkan sebelum ngantri, akhirnya menaiki wahana pertamanya (lebay,, hahaha)..

Petualangan dilanjutkan hingga menjelang malam. Di hari yang gelap, ketika matahari sudah kembali ke peraduannya, kami menaiki dua wahana terakhir, komidi puter dan bianglala.. :)



Hari yang panjaaang. Mulai jam 1 siang sampe jam 7 malem, kami berhasil menaiki 5 wahana (ontang-anting, kora-kora, wahana cupu di deket ice age, bianglala, dan komidi puter). Cupu semua ya wahananya? Hahaha, biarlah, yang penting kan udah pernah ke Dufan. Ya nggak, mbak Ully? :p

Menurut aku pribadi sih, sistem antriannya tuh perlu diperjelas. Dikasih batas-batas yang jelas. Masalahnya, kalo udah berkerumun banget gtu ngantrinya, suka ada yang nyusup-nyusup curang, kan bete jadinya kalo ada yang nyelip-nyelip gitu. Kalau ditanya apa pengen ke Dufan lagi, hmmm, boleh sih, tapi nggak dalam waktu dekat. Mungkin nanti nanti lah yaaa, pas mbak Ully main ke Jakarta lagi.. :D




Setahun lebih di Jakarta, akhirnya aku ke Dufan juga... Better late than never, kan? :)   



ps: bahasaku udah terkontaminasi dengan bahasa nota dinas nih, hiks.