Rabu, 24 Juni 2015

Satu Di Antara Seribu

0

Tadi malam, acara kantor mengharuskan aku pulang lebih malam dari biasanya. Malas naik mikrolet,  akupun pilih naik bajaj. Dan pas banget sama bajaj nya bapak2 yang aku inget banget pernah naik bajaj nya bapak ini.. :)

Jadi pada suatu hari pulang kantor, aku berencana ke suatu mall dekat kosan. Karena udah agak malem, aku mutusin naik bajaj. Semua berjalan biasa saja, mulai dari nawar harga, sampai pada akhirnya naik bajaj, dan sampai di tempat tujuan. Ketika tiba waktuku untuk membayar, terjadilah percakapan sebagai berikut:

Aku: *ngasih 20ribu*
Bapak bajaj: kemahalan nggak, neng?
Aku: kenapa, pak?? *ngga percaya sama yang aku denger barusan*
Bapak bajaj: kemahalan nggak? Kalo kemahalan, 15ribu aja, neng...
Aku: oh enggak paaak.. makasih ya pak... *turun bajaj dengan perasaan campur aduk*

Masih ada lho ternyata bapak bajaj yang kayak begitu, dari sekian bajaj yang pernah aku naiki selama di ibukota, baru Bapak itu yang takut kalau bayarannya kemahalan. Ketika bajaj yang lain berlomba ngemahalin tarif, Bapak ini malah mau ngurangin bayaran yang udah disepakati karena takut kemahalan. Gimana nggak kayak diguyur air es di siang hari lah hati ini rasanya... :"""

Masya Allah... :"""

Dari Bapak ini kita bisa belajar, betapa takut beliau rejekinya jadi nggak barokah hanya karena penumpangnya ngerasa tarifnya kemahalan (terus jadi nggerundel dan nggak ikhlas ngasih bayarnya). Padahal bayarnya nggak seberapa, kan. Tapi dari jumlah yang sekecil itu aja beliau takut jika ada bagian dari rejekinya nggak barokah. Lalu apa kabar dengan kita yang gajinya bisa jauh lebih dari itu? Takutkah kita jika ada bagian darinya yang nggak barokah?

Lalu tadi malam, aku kembali naik bajaj beliau. Sampai kosan, aku bayar. Lalu dialog itu kembali terulang. Tapi dengan panggilan yang berbeda..

Bapak bajaj: kemahalan nggak, nduk?
Aku: *pasti gara2 ngomong puter "B"alik, bapaknya tau aku orang jawa nih* , oh nggak pak.. makasih pak..

Masya Allah.. :)
Semoga kita senantiasa bisa belajar dari hidup dan kehidupan. Semoga Allah SWT jadikan setiap sen rejeki kita barokah. Dan semoga setiap langkah para pencari nafkah bernilai ibadah, ridhoNYA mengiring indah.. aamiin :)

Sabtu, 20 Juni 2015

Selalu Ada yang Pertama: Ramadhan Sendirian di Rantauan

4

Marhaban yaa Ramadhan... :)

Alhamdulillaah, dipertemukan lagi dengan bulan suci Ramadhan. Tahun lalu juga sudah mengalami Ramadhan di rantauan sih, tapi beda sama Ramadhan yang kali ini. Bedanya apa?

Kali ini aku bener-bener sendirian menjalani Ramadhan di tanah rantau. Mmm, oke mungkin agak lebay ya. Kalau di tanah rantaunya sih pastinya nggak bakal sendirian, ini sendirian dalam konteks sendirian di kosan. Tahun lalu masih ada mbak Nisa yang jadi temen sekamar kos. Tapi sejak penempatan definitif agustus tahun lalu, otomatis aku jadi sendirian di kos. 

Dan makin berasa lah kesendirian itu ketika puasaan begini. Tahun kemaren, masih ada temen untuk sahur sama-sama, buka sama-sama. Tahun ini, nggak ada.. T________T

Hari pertama puasa, berasa banget sendirian gitu sahurnya. Terus, jam kantor kan udah disesuaikan sama bulan puasa, alhasil pulangnya jadi lebih cepet, jadi jam 4 sore. Saking berasa sendirian-nya, aku sampe ngerasa males pulang cepet. Hahahaha. Langka banget nih! Padahal biasanya selalu nyari sela biar bisa pulang teng-go, nah ini malah males pulang cepet-cepet -____-

But, tetep ada sisi positif dari semua yang terjadi di dunia ini (tsaaaaaaaaaaaaaahhh..).. Hahahaha. Dengan sendirian di kos, aku emang jadi lebih rajin. Karena udah punya rice cooker, jadi berusaha membiasakan diri untuk masak. Emang cuma masak yang gampang dan cepet macam sayur kukus, dan tumis-tumis yang bumbunya cuma bawang-bawangan plus garam plus lada. Jangan ditanya rasanya deh, yang penting aku nggak sakit perut aja makannya. Hahahaha, maklum lah masih belajar. Pokoknya Ramadhan tahun ini, salah satu targetku adalah nggak ngemil gorengan untuk buka puasa, dan nggak minum yang dingin-dingin.

Cukup susah sih, apalagi kan kalau sahur tuh kondisi masih ngantuk, tapi mesti masak. Kalau buat buka puasa, masaknya pas weekend doang, pas weekday lemes, hahaha.. *lemah kamu siswi!* 

Yaaah, Ramadhan yang seorang diri tahun ini, hitung-hitung belajar jadi emak-emak deh. Jadi berasa kan betapa luar biasanya para ibu yang kudu bangun puagi-puagi untuk nyiapin sahur buat anggota keluarganya. 

Selalu ada yang pertama, seperti menjalani puasa sendirian yang aku alami saat ini. Tapi, selalu ada hikmah, selalu ada yang bisa dibuat belajar. Dinikmati aja, dijalani aja, semoga apa yang dialami hari ini akan selalu bisa membuat kita menjadi manusia yang lebih baik esok hari.

Selamat menjalankan ibadah di bulan Ramadhan.. Untuk anak-anak rantau macam aku, jaga kesehatan, jaga perasaan (jangan melow-melow maksudnya), semoga kita semua diberikan kekuatan, kelancaran, dan kemudahan dalam menjalani semua ibadah di bulan suci ini.. Aamiin.. :) 

Minggu, 14 Juni 2015

Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri

1

Whaaat?? Jatuh cinta adalah cara terbaik untuk bunuh dirii? Yap, itulah memang judul buku terbaru dari Bernard Batubara. Sekilas didengar pasti judulnya membuat kita mengernyitkan dahi. Demikian pula itu yang aku rasakan ketika tahu judul buku barunya si Bara. Demi rasa penasaran dengan isi dari buku yang judulnya unik itu, aku sampai ikut pre order bukunya. Dan berhasil dapet tanda tangannya Bara juga, yeaaayy!! :D

Kalau umumnya jatuh cinta itu pasti kebayang yang manis-manis, bahagia, berjuta rasanya, maka dalam buku ini yang ada malah kebalikannya. Bisa dibilang bahwa ini sisi lain dari tulisannya Bara. Biasa ngebaca tulisan Bara yang sweet, dengan tema mainstream, tapi tetep dengan tata bahasa yang bikin "melayang" dan tersenyum plus menghela napas panjang saking sweetnya. Lalu kali ini baca tulisan Bara yang suramnya ampun-ampunan.

But, he did great!

Aku kagum banget dengan cara Bara menghadirkan kesan/rasa suram dalam tiap cerita di buku ini. Oh iya, buku ini bentuknya kumpulan cerita pendek, bukan novel. Aku memang lebih suka baca kumpulan cerita pendek daripada baca novel (mungkin karena ini juga ya, aku sampai sekarang belum keturutan untuk bisa bikin novel). Dan menurutku, setiap cerita dalam buku ini ajaib! :)

Ada 15 cerita pendek dalam buku ini, dan setiap cerita dilengkapi dengan ilustrasi yang menarik. Aku suka gambar-gambar hitam putih di setiap awal ceritanya. Alih-alih jadi punya gambaran (dan tepat) tentang isi ceritanya, aku malah jadi penasaran banget pengen baca ceritanya, nagih banget untuk langsung dihabiskan dalam satu periode ngebuka bukunya. Macam kalau lagi baca komik detektif Conan gitu, deh! :D

Selain tema-tema cerita yang antimainstream, banyak sisi yang dibawa Bara dalam cerita-ceritanya di buku ini. Ada sisi sosial masyarakat, budaya/tradisi, sampai hal-hal update yang sering terjadi saat ini. Buku yang kaya, kalau aku bilang. Kaya akan pengetahuan, kaya akan imajinasi, kaya akan rasa-rasa seputar cinta yang seringkali luput dari pandangan kita jika sudah berbicara tentangnya, tentang cinta.

Kalau kalian mencari cerita cinta yang nggak mainstream, buku ini adalah buku yang sangat tepat. Sisanya, aku selalu suka cara Bara bercerita (tentang tokoh, tentang POV, tentang jalan cerita), aku selalu suka diksi yang dipakai oleh Bara, dan aku suka pengetahuan-pengetahuan baru yang dibawa Bara dalam tiap ceritanya (entah itu tentang bahasa lokal, adat, or everything yang bikin cerita-ceritanya selalu berwarna).

What a very veeerrryyyy goood job, Bara! I'm waiting for your new book :)  

Minggu, 07 Juni 2015

Aku Ingin Jadi...

6

pict taken from amiquote.tumblr.com



Aku ingin jadi secangkir teh hangat di meja tamanmu setiap sore hari. Dengan beberapa tetes madu kesukaanmu, aku akan jadi manis dan menenangkan. Lalu menanti kau meregukku pelan, dengan perasaan tenang setelahnya. Kecil saja perannya, tapi betapa beruntung jika aku bisa menemani sore yang jingga bersamamu. Ah, andai akulah secangkir teh itu.

Aku ingin jadi layar komputer yang seringkali menyita malam-malammu. Jam kerja sudah berakhir sore hari, tapi sering kau bawa tumpukan pekerjaanmu ke rumah, melanjutkannya. Lalu kamu pandangi terus layar komputer itu. Tapi, mungkin harus kupikir-pikir lagi lebih dulu jika aku jadi layar komputermu. Bukan, bukannya aku tak mau. Tapi, aku tidak yakin aku bisa terus menyala jika kamu pandangi berjam-jam seperti itu. Mungkin aku akan meredup sesekali, karena malu. Ah, andai akulah layar komputer itu.

Aku ingin jadi kacamata yang selalu kau kenakan itu. Tak pernah tertinggal, tak pernah terpisah se-senti pun denganmu. Hm, tapi bukan itu tepatnya alasanku ingin jadi kacamatamu. Kacamata membantumu untuk melihat segala sesuatu, kan? Maka itulah yang ingin kulakukan untukmu. Aku ingin berada di sisimu untuk melihat dunia, melihat sisi-sisi kehidupan yang mungkin tak bisa kau dan aku saksikan seorang diri saja. Ah, andai akulah kacamata itu.

Aku ingin jadi sepatu kesayanganmu. Aku tahu, sepatu kesayanganmu itu berwarna abu-abu gelap, kan? Mungkin kalau aku jadi sepatumu, aku mau pilih warna lain, yang lebih ngejreng, agar lebih terasa keberadaanku. By the way, aku ingin jadi sepatumu, karena dengan sepatu itulah kamu melangkahkan kakimu ke banyak tempat. Aku ingin jadi partner perjalananmu, kemana saja kamu melangkah. Menjelajahi keindahan alam raya, menengok sudut-sudut kemanusiaan yang sering luput dari pandangan. Sungguh aku ingin, berjalan bersamamu, membagi iringan langkah untuk meringankan lelah. Ah, andai saja akulah sepatu itu.

Ini adalah keinginan sederhana. Atau mungkin kau akan menyebutnya dengan keinginan konyol. Tak apa, ini juga hanya kiasan, kalau-kalau nanti kau bisa paham. Aku tahu, kau sama sekali tak berminat dengan sastra, hahaha.

Berandai-andai tak pernah menyelesaikan masalah, iya kan? Ya, aku tahu itu. Tapi malam ini aku hanya ingin menuliskan apa saja yang ada di benakku.

Mungkin malam nanti aku akan bangun, membisikkan keinginan-keinginan kecil pada bumi.

Agar langit mendengarnya.

Sampai jumpa di dalam sujud-sujud panjang :)

Jumat, 05 Juni 2015

Jutaan Cerita di Warung Pempek :"

0

Malam ini, di tengah-tengah kesibukan mantengin path, ada seorang teman yang check-in di Pempek Tjek Entis. Huwaaaaa.... *seketika ngiler*

Tersebutlah salah satu gerai Pempek Tjek Entis yang ada di sebelah supermarket Bilka, di jalan Ngagel. Tempatnya yang mudah dijangkau, di pinggir jalan, dan relatif dekat sama kampus, mungkin jadi salah satu faktor kenapa aku lumayan sering nongkrong di situ sama beberapa temen baik. Salah satu pempek yang enak di Surabaya sih, menurutku. Harganya terjangkau, enak, dan bikin kenyang.. :9

Kalau mau diceritakan satu persatu, mungkin nggak bakalan kelar sih sampe besok juga, hahaha. Tempat itu jadi saksi bisu deh, untuk setiap rahasia yang bocor (baik yang disengaja maupun tidak :p), untuk setiap tawa, kesedihan, cerita-cerita mulai yang ringan sampai berat. Kadang, saking lamanya nongkrong ngobrol-ngobrol. kami sungkan dan terpaksa beli pempek lagi. Nambah porsi gitu, cuma demi memperpanjang durasi nongkrong dan nggak salting sendiri gara-gara diliatin ama penjualnya. Mungkin tuh penjual ngebatin (dih ini rombongan berisik amat yak...). Hehehe :p

Ah, Surabaya memang selalu menghadirkan rindu.

lalu sendu.. :"

sanguinis? ;D

0

Teringat percakapan dengan salah seorang teman baik ketika pulang kantor. Aku lupa pada awalnya kami membicarakan apa, tapi nyambung-nyambungnya ke pembicaraan mengenai karakter manusia.

Sanguinis, Phlegmatis, Melankolis, dan Koleris.

Masih inget banget, pertama kali mengenal tipe-tipe karakter itu waktu ikutan Perisai 2006, acara MOS-nya SMAN 5 Surabaya. Dari sana aku tahu tentang tipe-tipe karakter manusia. Tipe-tipe karakter itu sifatnya nggak mutlak, maksudku, tiap orang punya empat karakter itu dalam dirinya, cuma, pasti ada dua tipe utama yang dominan. Umumnya, dua pasangan tipe dominan itu biasanya sanguinis-koleris atau melankolis-phlegmatis.

Kembali ke percakapanku sepulang kantor, teman baikku itu bertanya-tanya, apa karakter dominanku. Aku suruh dia menebak, hahaha.

"Sanguinis, ya?"

Aku tertawa.

Apakah aku terlihat seperti seorang sanguinis ya? :D

Senin, 01 Juni 2015

Selalu Ada yang Pertama: Ikutan Lomba Karaoke :D

0

1 Juni 2015, bulan ini berniat untuk ikut writing project-nya NulisBuku.com yaitu ajakan menulis random setiap hari selama satu bulan. Seru sih kayaknyaa :D

Postingan pertama di bulan ini, aku mau sharing aja deh, tentang pengalaman pertamaku ikut lomba karaoke di salah satu event di kantor.. :D

Berawal dari  hobi, sebenernya. Dari dulu aku emang hobi nyanyi, nyanyi di kamar mandi, nyanyi-nyanyi nggak jelas, karaokean gitu. Intinya sih nyanyi buat seneng-senengan aja, hehehe. Nah, beberapa hari yang lalu, ada event lomba karaoke yang dibikin sama salah satu stakeholder kantor. Sebenernya sih nggak ada niat untuk ikutan, karena aku tahu diri sama suaraku yang pas-pasan. Selain itu, aku kan pemalu, gampang banget grogi kalau disuruh tampil di depan orang banyak. Nah apalagi ini dijuriin, dinilai gitu. Tapi, karena dukungan dari temen-temen di kantor, akhirnya aku memutuskan untuk ikutan dengan pikiran "yaudah sih buat ngeramein aja", nggak ada bayangan untuk menang sama sekali.

Sampai pada saat aku tahu kalau hadiahnya lumayan besar, akupun sedikit prepare, dengan jalan karaokean sehari sebelumnya. Jadi, sehari sebelum lomba, sepulang kerja, aku ngajakin partner karaoke terbaik sepanjang masa, si Cece. Aku todong dia nemenin aku karaokean, haahaha. Jadilah malam itu dia nemenin aku karaokean. Karena aku berencana nyanyi lagu Bunda-nya Melly Goeslaw, akupun nyanyiin lagu itu berulang kali. Cece sabar banget deh dengerin aku nyanyi lagu yang sama berulang-ulang... *terharu*

Hari yang dinanti-nantikan pun tiba. Hari rabu yang lalu, sepulang kerja, aku, pak Hari, mas Budi, dan Silvi dateng ke TKP lomba karaoke. Dan jeng-jeeeeng....

Rame. Banget....

Aku sampe langsung grogi, nggak nyangka bakal seramai itu. Setelah sholat maghrib, kami menuju depan stage. Makin berasa grogi lah aku, menyaksikan peserta-peserta lain yang prepare buanget. Terutama peserta cewek, pada maksimal banget kostum dan make-up-nya. Sementara aku, pulang kerja, kucel, pake baju seragam (dan fyi, waktu itu seragamku lagi sama banget sama seragam orang katering, hahaha), dan yang pasti ya nggak bermake-up.

Dengan nomor urut 12, aku punya waktu prepare (berdoa, red.) selama kurang lebih 20 menitan (ada 6 peserta sebelum aku maju). Cuma bisa berdoa aja. Yang ada di pikiranku sih cuma yaaa at least nggak bikin malu-maluin amat lah. Silvi yang ada di sebelahku nyemangatin, dan sesekali ketawa pas tahu tanganku dingin banget. Hahahaha.

Ini adalah kali pertama aku nyanyi untuk dinilai. Biasanya mah nyanyi ya nyanyi aja, suka-suka. 

Nggak lama kemudian, giliranku tiba. Deg-degan buanget pas maju ke panggung. Setelah perkenalan dan sepatah dua patah kata pembukaan, akupun mulai bernyanyi.

Aku ngerasa banget suaraku gemetaran. Tapi, di luar dugaanku sendiri, mungkin karena kebawa suasana di panggung ya, yang biasanya aku nggak kuat nada tinggi pake suara asli di lagu itu, malah jadi kuat. Yang nggak berani aku lakuin adalah menatap para juri, hahaha, takuuut.. :p

paling kucel dan cupu, hahaha :p 

Kelar nyanyi di atas panggung, akupun turun, dan......

mendapati bahwa banyak panitia dan penonton yang meneteskan air mata... :""""


Pengalaman pertama banget ikutan lomba karaoke, dan nggak sia-sia. Karena, Alhamdulillaah, dapet juara 3, yeaaaaayyy!!! :D


Makasih untuk SMF atas event Fun Karaoke nya, makasih untuk keluarga KND II yang sudah menyemangati (khususnya untuk pak Hari, mas Budi yang juga ikutan lomba, Silvi yang walau lagi nggak enak badan tetep mau ikutan nemenin aku lomba, ngefotoin, ngerekam video pas aku nyanyi, mbak Aci sekeluarga yang udah dateng untuk liat aku nyanyi lagi pas tanggal 31 kemaren, juga pak Dodok sekeluarga, pak Adi sekeluarga, mbak Ais beserta Aa' nya), makasih untuk Cece alias Nia yang udah mau nemenin aku karaokean dan dengerin lagu itu itu mulu yang aku nyanyiin, dan terimakasih untuk semua yang mengucapkan selamat, hehehe :)




dapet pialaaaa :D


bersama Bapak-Bapak KND II :D


(sebagian kecil) keluarga KND II :)


nyanyi lagi :D


Para Juara :D

nyanyi lagi (2) :D

Sekian dulu ceritaku tentang pengalaman pertama ikutan lomba karaoke. Hehehehe. Selain nulis, aku memang juga hobi nyanyi. Cuman, nggak pernah kepikiran aja gitu kalau bakal nyanyi sendiri di depan umum, pake ada jurinya segala, hahaha. Buatku, ini pencapaian yang luar biasa, melawan rasa grogi di atas panggung, seru banget! Hahaha :D

Baiklaah, sampai jumpa di momen-momen kesempatan pertama yang selanjutnyaaa... :D