Jumat, 23 Oktober 2015

Prajab Memories :)

0

Kemarin malam, sebelum tidur, secara random teringat lagu-lagu jaman diklat Prajab. Mulai lagu "saya tunggu engkau", "minggir dong", sampai lagu "duluu, aku bercita-cita". Otomatis aku jadi inget juga gimana dulu nyanyiin lagu-lagu itu setiap pagi pas kelilingin pusdiklat, bersama kelasku, kelas J. Dan lalu, yaa, aku belum menulis tentang kisah diklat Prajab. Maka, sebelum rindu itu kembali terpendam oleh kesibukan, aku akan menuliskannya di sini.

Hal-hal yang nggak akan terlupakan dari Diklat Prajabatan di LPMP bersama kelas J, 2014.. :D

1. Sesi Foto di tiap Akhir Materi
Mungkin ini semaca ritual kita, ya? Pokoknya, setiap materi berakhir, dimana beda materi beda pengajar, maka kita selalu adakan sesi foto bersama. Foto satu kelas, bersama para pengajar yang saking banyaknya juga kita nggak hapal namanya, hehehe.





2. Naik KRL
Ada kebiasaan unik ketika rasa gerah melanda, Nggak lain dan nggak bukan adalah karena, entah bagaimana dan mengapa, AC di kelas kita tuh nggak gitu berasa dinginnya. Kalau gerah udah melanda, maka kita akan kompak naik KRL. Naik KRL? Kemana? Nggak kemana-mana, cuma baris  aja gitu di depan AC sambil pose kayak orang yang lagi desak-desakan naik KRL.. :D

3. Suara Ella
Hayoo, siapa yang bisa lupa sama suara Ella? hihihi, kita semua fans wahid suara Ella deh pokoknya :*

4. Kesaktian Hani
Hani yang sakti, bisa tidur sambil berdiri, pas lagi baris apel malam. Sebagai sesama member barisan belakang, hafal banget sama kebiasaan Hani yang ini, tidur pas baris. Awal-awal sih aku ngebatin "gimana caranya ya? kok bisa ya?", tapi lama-lama, dengan latihan yang tekun dan sungguh-sungguh, aku juga bisa. Hahaha.. bahkan curi waktu tidur pas mau dihukum sit up seluruh peserta pun aku bisa.. (ampun pelatiiiih :p)

5. Akting si Sigit
Sigit yang expeeeeeerrrtttt buanget akting jadi WP yang judes, ngomel-ngomel, marah-marah.. Siapa yang tahan nggak ngelus dada kalo pas lihat Sigit akting kayak begitu? Natural banget.. :p

6. Miss Angolaaa
Masih inget banget pas Gilang jadi Miss Angolaaa.. :D

7. Dinding Ekspresi
Prajab isinya memang mostly belajar di kelas, diskusi kelompok, dan itu mengharuskan kita bikin semacam mind-map raksasa. Mind-map raksasa itu ditempel di dinding tiap selesai dibuat, dipresentasikan. Nggak berasa, saking banyaknya materi, mind-map nya jadi menuhin dinding, dan jadi (anggap saja) artistik.. :D

dinding samping-sampingnya juga ada tuh :D

peninggalan selempang gelar :)


8. Wabah Kantuk
Nah, kalo ini sih bener-bener nggak bisa dipisahin dari kelas kita. Kalo udah di kelas, biasanya baru satu atau dua jam, udah berasa tuh ngantuknya. Saya, selaku member grup tukang tidur, ngerasain banget betapa susahnya menahan mata untuk nggak terpejam kalo model pengajarnya yang cuma bikin kita duduk mendengarkan. No diskusi, no tugas kelompok, wah itu ideal banget buat tidur. Yang paling aku inget sih ekspresi ngantuknya mbak Sari, sama Ardi. 

Wabah kantuk ini juga yang memaksa kita bersahabat dengan minyak angin freshcare (atau yang sebangsanya). Minyak angin? Yes, pada inget kan itu minyak angin buat apaan? Harus banget diingetin di sini? :p

9. Lemari Hadiah
Still remember kalo di kelas kita ada lemari kaca, yang awalnya isinya kertas coklat yang biasa dibikin mind-map raksasa. Lambat laun, karena hampir tiap materi tuh ada 'sogokan'-nya, sogokan dalam arti hadiah untuk kelompok yang menang ataupun hadiah perorangan, lemari ini jadi serupa etalase dagangan, hehe. Macam-macam isinya, ada keripik, chiki-chikian, buah-buahan, sampai cokelat pun ada. Lumayan, kalau lagi pengen ngemil, tinggal buka lemari aja :)

10. Yel-yel Dadakan
Kita latihan yel-yel pas udah mepet-mepet mau penutupan ya, kayaknya? Di saat kelas lain udah matang yel-yelnya, kita masih ngarang. Hahaha. Tapi no problemo, we did veryyy well pas adu yel-yel! At least, yel-yel kita nggak kembaran sama kelas manapun :p

11. Pesta Pizza dan Penganugerahan Gelar
Last day, siang itu kita pesta pizza. Thanks untuk yang pada ultah, pada traktirin kita pizza. Sembari ngabisin pizza, tibalah saatnya penganugerahan gelar. Gelarnya lucu-lucu dah.. Ini juga dadakan banget, selempang gelarnya dibikin on the spot, saat itu juga. Aku dapet gelar cewek tergokil dan ter-rame. Nggak berhasil bikin image baru nih, pas Prajab, hahaha. Thankies, J :)


Pizza Party :D



Kalau mau disebutin satu-satu, mungkin satu postingan ini nggak bakal cukup. Terimakasih untuk segala keceriaan, pelajaran, dan banyaaaak lagi hal yang sudah dibagikan sama-sama selama kurang lebih hampir satu bulan. Awal-awal masih pada pendiem, lama-lama keluar aslinya semua.. :p

Kita datang dari unit eselon 1 yang berbeda-beda, datang dari tanah kelahiran yang nggak sama, punya karakter unik yang bikin kelas kita sangaaat penuh warna.. :D

Ayu yang datang dari Makassar, Mbak Nunung dan Septi alias Ncep yang seringkali kita cari pas baris apel, Becca si rambut indah, mas David yang lebih sering dipanggil Om David, Isna Vindy dan Lia yang kalem, bang Kashful yang doyan ngegombal dan ngemodus, Erry Eka dan Juan Kucing yang gokiiil, Bude Tri dan Mita yang medok nJawani banget, Danti Echa Evita dan Rendy yang aktif, si Pus teman sekamar akyuu :*, Natal dan Helen soulmate-nya Ella, pakde kita bersama PakDe Topan, duo lelaki BC bli Putu dan Willi alias Iam (yang ini dicurigai BC KW, haha), Zie yang langganan jadi MC, Erik si ketua kelas (hutangku lunas yee :p), Mbak Ria yang dapeeet banget feelnya tiap akting jutek dan sinis, Maruli yang menang penghargaan terculun :p, Dahlia teh Irin dan mbak Sari yang cantik, mbak Yuni yang menang best couple (hehehe), Aulia yang lebih pilih dipanggil Dayat daripada Hida (sebagaimana tercantum di nametag-nya, haha), Ardi yang sering cuci muka pake freshcare.. :D

dan aku, speaker yang selalu nyanyi kenceng pas lari keliling pusdiklat tiap pagi, hehe.. :D

Satu tahun lebih sudah sejak diklat Prajab. Banyak memori terekam, walau nggak sering bertemu, semoga persaudaraan ini tetap kekal. Baik-baik di tempat kerja masing-masing yaa, semoga kita jadi PNS yang amanah, dan setiap kerja kita bernilai ibadah. Sampai jumpa di lain kesempatan.. :)




Kamis, 15 Oktober 2015

(Pulau) Harapan yang Menjadi Kenyataan: Part 2

4

Sejak sebelum berangkat di Jakarta, kami sudah membayangkan pulau Harapan itu adalah pulau yang sepi (at least lebih sepi dari pulau lain yang letaknya lebih dekat dari Jakarta). Kami membayangkan akan berjalan-jalan di pesisir pantai yang sepi pada malam hari. Bahkan kami sudah mendata siapa aja yang bisa bawa senter. Dan jeng-jeeeeeeng ketika malam hari menjelang, yang kami dapatkan adalah.....

Hiruk pikuk keramaian di sana-sini. Hahahaha..

Kami cuma bisa tertawa mendapati kenyataan bahwa senter yang kami bawa akan berada tetap pada tempatnya. Pulau Harapan nggak sepi sama sekali. Setahun yang lalu aku pergi ke pulau Pari dan kondisinya masih sepi, masih ada tuh yang namanya susur pantai di malam hari. Tapi di pulau Harapan malam itu, kami masih saja terpukau oleh kesalah-sangkaan kami, hahaha.

Kami yang baru balik dari perjalanan snorkeling dan berburu sunset, berjalan menyusuri sepanjang dermaga, menuju rumah tempat kami menginap. Di sekeliling benar-benar ramai orang, ramai pedagang. Kamipun menyempatkan beli telor gulung, jajanan semasa SD. Yang paling doyan dan paham sih aku sama Nina (kamipun bertekad untuk nyari telor gulung lagi setelah selesai mandi dan makan malem nanti), yang lain kayak baru pada lihat ada jajanan macam gitu, Setelah habis satu telor gulung masing-masing, kami lanjut pulang. Badan rasanya sudah lengket semua, pengen mandi to the max!

Singkat cerita, selesailah kami mandi dan makan malam. Waktu menunjukkan pukul 20.00 ketika kami memutuskan untuk pergi keluar, menengok suasana malam di Pulau Harapan. Aku dan Nina sempat nengok ke arah bapak penjual telor gulung, udah mau beli tuh, tapi kami urung, masih kenyang, nanti aja pas balik ke rumah baru beli. Kamipun lanjut jalan.

Jadi, di dekat jalanan dermaga, ada satu kawasan semacam taman gitu, yang di salah satu bagiannya dipenuhi dengan warung-warung, dimana warung-warung tersebut (halah bahasa ND banget, haha) menyetel musik yang kenceng-kenceng. Banyak wisatawan yang nongkrong di sana, entah makan-makan, entah ngobrol-ngobrol, atau sekedar main kartu. Setelah melihat-lihat keadaan, akhirnya kami singgah di salah satu warung dan pesan beberapa minuman es kelapa muda. Nggak ngerti mesti ngapain, mas As berinisiatif untuk beli kartu. Jadilah kami main kartu di warung itu, sembari ngabisin minuman masing-masing.

Jalan satu ronde permainan, agak nggak seru  juga kalau nggak ada hukuman untuk yang kalah. Awalnya mau coreng muka pakai kopi (tapi kudu beli kopi dong? nggak jadi), mau jepit hidung (nggak ada yang punya jepitan), mau truth or dare (sepertinya masing-masing kami punya banyak rahasia, jadi nggak mau pake model hukuman ini, takut terkuak rahasia masing-masing, haha), sampai akhirnya disepakatilah hukuman sumbat lubang pakai tisu, sesuai dengan properti yang ada. Semua dari kami dapat giliran untuk main. Tapi cuma yang satu ini yang dapat top score!


Puas main, kami akhirnya kembali ke rumah. Nyeseknya, ternyata pak penjual telor gulungnya udah nggak ada. Aku dan Nina nangis dalam hati, nyeseeeel. Yah, tapi mau gimana lagi deh.. :(((

Jam 22.00 malam, kami tenggelam dalam aktivitas masing-masing, ada yang ke pulau mimpi, ada juga yang masih lanjut main kartu. Sampai jumpa esok pagi... 


20 September 2015

Jam 07.20
Awalnya sih kami berencana untuk mengabadikan sunrise (padahal nggak tau juga sih mau lihat sunrise di mana, ahaha), tapi yaaah ternyata gagal, karena pada kesiangan. Mengisi waktu sampai jam 11 siang nanti kapal akan membawa kami pulang, mas Yogi ngajakin ke penangkaran penyu. Dia dapat info dari orang sekitar, kalau ada penangkaran penyu di dekat sini. Yasudah, akhirnya kami jalan kaki sama-sama menuju penangkaran penyu..

Ternyata nggak jauh, sekitar 15-20 menit berjalan, kami sampai di tempat penangkaran penyu. Tadaaaa.. :D




Begitu masuk, kami disambut dengan bak-bak warna biru yang isinya anak penyu nan unyu-unyuuu :3 Sayangnya, kata mbak-mbak penjaganya, sekarang lagi bukan musimnya penyu bertelur, jadi kami nggak berkesempatan untuk melihat telur penyu. Bak-bak biru yang jadi tempat berenang anak-anak penyu itu ada beberapa, dan dipisahkan berdasarkan usia penyu-penyunya. Ada dua jenis penyu yang ditangkarin di sini, yaitu penyu sisik dan penyu hijau, Keduanya termasuk jenis yang dilindungi, lho.








Anak-anak penyu semua jenisnya penyu sisik. Nah, kalau yang udah besar-besar, ada penyu hijau-nya..

besar kaaan :3


Berkunjung ke penangkaran penyu ini, selain bisa lihat dan pegang anak penyu yang lucu-lucu, kami juga banyak dapat pengetahuan baru soal penyu. Mulai dari gimana cara ngebedain penyu jantan dan betina, masa-masa bertelurnya penyu, sampai cara mengatur proses pengeraman telor penyu biar anaknya nanti jadi jantan atau betina. Keren, deh :D

Sebelum cao dari tempat penangkaran penyu, kami menyempatkan diri untuk foto-foto dulu :D


Keluar dari penangkaran penyu, kami menyempatkan untuk cari satu destinasi lagi lah sebelum balik ke rumah. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke dermaga pulau seberang. Kami berjalan melewati rumah-rumah warga, dan sepanjang perjalanan itu juga aku ngebatin (nggak bakal deh aku hapal jalan pulang kembali ke rumah lagi, hahaha). Beberapa kali kami tanya warga, beberapa kali pula kami mendapatkan petunjuk arah. Walau agak-agak nggak jelas juga sih, sebenernya arah kami jalan juga nggak jelas mau kemana.. :p

Jam 08.17
Setelah berjalan beberapa jauh, kami malah menemui beberapa spot menarik yang sepi orang. Dan rasanya ketika nemuin spot bagus yang sepi kayak gitu tuh, menang!

rapinya mangrove :)



lautan luas :3

poto dulu kitaa :D


Jam 08.21
Beberapa saat kemudian, sampailah kami di Pulau Kelapa! Pulau Kelapa letaknya di dekat Pulau Harapan, kedua pulau ini dihubungkan dengan semacam jalanan panjang. Kami nggak lanjut jalan sampai di ujung pulau Kelapa nya sih, karena tampaknya cuma ada dermaga di sana. Hehehe

Jatuh cinta banget sama pantulan cahaya keperakan di air lautnya <3

semacam gubuk persinggahan yang akhirnya kami pakai nongkrong sejenak :D
Setelah puas foto-fotoan, sekitar jam 09.00 kami memutuskan untuk balik ke rumah. Di perjalanan balik inilah kami ketemu sama rombongan wisatawan juga yang baru nyampe. Untung aja tadi pas kami nyampai situ masih sepi. Segera kami curiga kalau kami dibuntuti dari tadi, atau jangan-jangan kami dipasangi penyadap? Hahaha, lebay dan GR.. :p

Jam 11.13

Kami sudah berada di dalam kapal dan duduk lesehan di bawah karena nggak dapat kursi. Aku sempat deg-degan juga sih, takut mabok. Hahaha. Akhirnya sih aku, Nina, sama mbak Titis tidur selama perjalanan. Sementara itu, cowok-cowok masih kuat main kartu pas awal-awal perjalanan. Dan inilah hasilnya..



Sekitar jam 15.00 kami sampai di Pelabuhan Muara Angke. Welcome back to Jakarta, hahaha. Liburan usai, saatnya kembali ke dunia nyata.. :D

Traveling nggak pernah gagal untuk bisa bikin recharge semangat. Dan terutama, recharge rasa syukur pada Sang Maha Kuasa. Rasa syukur atas lensa dan kamera paling canggih yaitu kedua mata kita. Rasa syukur atas kendaraan gratis yang senantiasa melekat yaitu kedua kaki.

Dan bahkan, rasa syukur ketika bisa melihat sabun berbusa lagi dengan air yang nggak semi asin kayak pas di pulau, hehe..

What a very very very very nice short escape from Jakarta! Sampai jumpa di trip-trip selanjutnya..

Last but not least, cintailah pekerjaanmu sebagaimana kau mencintai liburanmu :)




PS:

kontak pak Salim:  087878288711 / 085780035230

untuk total biaya yang kami habiskan, adalah sebagai berikut:
Kapal dari dan ke Muara Angke @50.000 (2x) = 1.000.000
Kamar/rumah menginap = 500.000
Kapal untuk snorkeling = 400.000
Alat snorkeling @35.000 = 350.000
Penangkaran penyu @5.000 = 50.000
Makan 3x tiap orang @75.000 = 750.000
(biaya di atas exclude transportasi meeting point - Muara Angke dan sebaliknya)

Senin, 12 Oktober 2015

Selalu Ada yang Pertama: Menjejak Kaki di Tanah Sumatera

0


Jam menunjukkan pukul 03.00 pagi waktu aku masih finishing touch untuk packing kali ini. Mau berangkat ke mana? ke Medan! Ini adalah pertama kalinya aku bertandang ke kota Medan. Ah, sekaligus pertama kalinya aku akan menjejakkan kaki di tanah Sumatera. Aku bener-bener nggak bisa menahan diri untuk nggak merasa excited! Yippiiiie!!

Pesawatku penerbangan jam 05.35, yaah kira-kira akan menghabiskan sekitar 2 jam perjalanan untuk sampai ke Medan. Awalnya aku sempat takut untuk teteap ngelanjutin perjalanan ke Medan. Kenapa? Karena apa lagi kalau bukan gara-gara adanya kabut asap yang melanda sebagian wilayah pulau Sumatera. Di bayanganku udah macem-macem aja sih, bahkan saking khawatirnya aku sampai searching penerbangan dari dan ke Medan tuh banyak yang ditunda/dibatalin atau nggak. Setelah nyari info sana sini baru bisa agak lega deh, karena ternyata yang bermasalah cuma ke daerah-daerah yang kena kabut asap saja, kalau yang ke Jakarta nggak ada masalah. Fiuhh.. *tarik napas lega*

Sesuai jadwal, pesawat tiba di Kuala Namu jam setengah 8. Dan emang wow banget yak bandaranya (hahaha, ndeso banget sih kamu, ul). Karena satu dan lain hal aku nggak bisa dijemput di bandara, jadilah aku harus naik kereta dulu dan dijemput di stasiun. Awalnya worry, dari bandara mesti kemana dulu buat naik kereta, nanti turunnya di stasiun apa. Tapi ternyata semua kekhawatiran lenyaplah sudah, keretanya cuma sejengkal aja dari bandara (langsung terhubung ama bandara), pesan tiketnya gampang, dan keretanya cuma berhenti di satu stasiun aja, stasiun Medan. Ha! Ramah banget buat para traveller. Walau menurutku harga tiket keretanya mahal sih, hahaha. Tapi keretanya emang bagus, jadi yaaa lumayan rela deh.

Miniatur Istana Maimun di Bandara Kualanamu


Kereta yang aku naiki berangkat jam 08.45 which means masih sekitar setengah jam-an lagi. Pas mau ketiduran di ruang tunggu, eeeeh ternyata bareng lagi sama mbak Gina. Siapakah mbak Gina? Mbak Gina adalah teman baru, kenalan pas di ruang tunggu mau naik pesawat di Soetta. Kami ngobrol banyak hal, dan menemukan fakta bahwa kami bekerja di Instansi yang berbeda tapi saling berhubungan. Setelah itu, pas naik pesawat, ternyata tempat duduk kami cuma selisih 1 row, pas banget depan belakang duduk di tepi jendela. Nah, pas turun, ternyata kami sama-sama naik kereta.. :D

Waktu kurang lebih 45 menit pun berjalan asik. Aku yang awalnya berasa ngantuuuuk banget, jadi excited ngobrolin ini itu sama mbak Gina. Kami ngobrolin macem-macem, mulai dari dunia kerja, keluarga, karir, sampai tentang nostalgia masa kuliah kami masing-masing yang berbeda jaman. Bener-bener dapat partner perjalanan yang keren lah aku kali ini. Ini nih salah satu keuntungan traveling, dapat kenalan baru!

Sesampainya di stasiun Medan, kami berpisah. Aku dijemput temanku, mbak Gina dijemput suami dan kedua anaknya (ah, so sweeeeet kali lah).

Sepanjang perjalanan menuju hotel yang sudah kupesan jauh hari melalui aplikasi Traveloka, aku dan temanku ngobrolin beberapa hal. Soal perbedaan Medan dan Jakarta, jadwal jalan-jalanku nanti dan esok hari, sampai jadwal ketemu teman-temanku yang lain juga di sini. Sepintas sih Medan nggak jauh beda dengan Jakarta. Yaiyalah, Medan kan kota besar. Sepengamatanku, di sanapun banyak mall, dan ramai. Pantas saja suatu kali temanku ini pernah bilang "curang, kenapa kebijakan fleksi cuma ada di Jakarta. Emangnya yang macet cuma di Jakarta?", hahahaha. Ya, karena ternyata Medan ada macet juga.. :p

Setelah eyel-eyelan sebentar perkara alamat hotelnya, akhirnya kami berhasil juga menemukan hotel yang dimaksud. Aku bukan tipe traveller yang rela menghabiskan banyak uang untuk membeli kenyamanan selama menginap, menurutku, kalau lagi traveling tuh, penginapan nggak lebih dari tempat numpang bobok dan naruh barang. Jadi, selama tuh kamarnya bersih, kamar mandi dalam, ada AC/kipas angin, listrik no problem, jadi lah! Seperti hotel tempatku menginap kali ini. Namanya hotel Residence, letaknya ada di gang belakang Masjid Raya Medan, super strategis! Hotelnya nggak terlalu besar, tapi terlihat cukup nyaman dari luar. Ada beberapa jenis kamar di sini, dan aku pesen yang paling mahal, harganya cuma Rp160.000,- saja! Muraaah kan? Bahkan, waktu aku baru sampai di sana nih, terlihat ada bangunan baru di sebelahnya gitu, dan ada banner-nya yang bertuliskan "Room for backpacker only Rp70.000,-". Huaah, informasi yang amat berharga, bukan? Cocok buat para backpacker (ya walau aku nggak tau juga sih itu fasilitasnya apa aja, hahaa).

Nggak perlu waktu lama untuk check in, aku hanya nunjukin KTP dan voucher dari Traveloka, dan 5 menit kemudian langsung diantar ke kamar. Pas pertama masuk kamar, yang ada di kepalaku mah langsung ngebandingin sama hotel yang aku singgahi kalau lagi dinas (yakali ngebandinginnya sama hotel yang dipake dinas, ahahaha). Kesan pertama yang aku dapatkan dari kamarku adalah..... bersih! Aku sukaaa. Kamarnya bersih, kasur double, ada TV, lemari. Dan tiba di fasilitas terpenting, jeng-jeeeeng, kamar mandinya juga bersih! Ah, cocoklah sudah, aku nggak salah pilih hotel, hehehe. Sayang aku nggak foto waktu kemaren, kalau mau tahu, bisa langsung cek di Traveloka, deh.. :)

Punya waktu sekitar 2 jam untuk istirahat, akhirnya akupun tertidur (emang dasar pelor banget). Mungkin baru jam 12 kurang, aku kebangun dan sadar kalau harus mandi terus siap-siap. Siap-siap kemana? Siap-siap ke destinasi utama, ke tujuan utama aku datang ke Medan!

Jam setengah 2 siang kami sampai di tujuan utama: Acara Resepsi Pernikahan Dina dan Mas Galang..

Happy wedding, Dinaaa! :D



Dina adalah salah satu teman seangkatanku di DJKN, dia juga termasuk orang pertama yang aku kenal di Jakarta pas awal-awal penempatan dulu, hehe. Jadilah aku memutuskan datang ke acara nikahannya di Medan, tanah kelahirannya. Di acara ini juga aku ketemu temen seangkatan yang penempatan di Medan. Senaaang, seperti reuni kecil, mengenang masa-masa DTU dan DTSD tahun kemarin. Mungkin ada sekitar 2 jam aku di acara Dina (sedihnya nggak ketemu Diyara, hiks, maaf aku harus balik duluan jam setengah 4).


teman seangkatan :D

Pulang dari acara nikahan, aku dapat kesempatan untuk istirahat lagi di hotel, sampai habis maghrib. Jam setengah 7 malam aku dijemput lagi, menuju ke list teratas tempat yang ingin aku kunjungi di Medan.

Duren Ucok!

Nggak perlu waktu lama untuk sampai ke sana, tempatnya juga terletak di pinggir jalan besar, jadi gampang banget untuk ditemukan. Seumur-umur, aku baru kali itu ke tempat makan duren yang sebesar dan seramai Duren Ucok. Gilaaak, durennya banyaaaak banget (padahal katanya lagi nggak musim duren, entah itu duren boleh metik dimana, haha).. :3


ludes! :p



Bertiga kami cuma mampu menghabiskan satu buah duren. Maklum lah, sebelumnya kami sudah makan nasi, hehehe. Tapi, makan duren tuh emang selalu berhasil bikin bahagia deh.. :D

.......

Paginya, aku memutuskan untuk pergi sendirian ke Masjid Raya Medan yang jaraknya cuma 5 menit dari hotel, hehe. Sekitar jam setengah 9 aku berangkat, dan berjalan-jalan lebih dulu mengelilingi pelataran Masjid yang cukup luas. Masjid masih nggak seberapa ramai, kecuali oleh orang-orang yang memang bertugas menjaga masjid di sana.



Setelah puas mengitari pelataran, aku melangkah memasuki gedung Masjid. Pintu ke ruang utama masih tampak terkunci, gemboknya terlihat jelas. Yasudahlah, akhirnya aku menyusuri dua sisi menaranya. Masjid ini cukup besar, dan penuh warna. Mulai dari lantai, dinding, pintu, sampai langit-langit, pasti ada bagian-bagian yang dipenuhi ukiran dan lukisan penuh warna. Pilar-pilar besar, jendela-jendela kaca yang unik, spot yang selalu pas untuk dibuat foto-foto, hehe. Lama berputar-putar, dan pintu utama masih belum dibuka, aku putuskan untuk duduk-duduk di tangga depan, siapa tahu bentar lagi dibuka.




Waktu aku duduk-duduk itulah, aku berkesempatan untuk mendengarkan banyak kisah dari abang dan bapak yang menjaga Masjid Raya Medan. Yang pertama ngajakin aku ngobrol, namanya bang Hamdan. Bang Hamdan sebenarnya bukan orang asli Medan. Berkisahlah si abang tentang masa kecilnya di Aceh, yang kemudian, setelah terjadi tsunami, bang Hamdan jadi pindah ke Medan, dan menetap hingga saat ini. Karena Bang Hamdan juga, aku jadi tahu sejarah Masjid Raya Medan. Masjid ini dibangun pada tahun 1906 hingga 1909. Uniknya, ada 4 orang arsitek dari luar negeri yang berperan dalam pembangunan Masjid ini, yaitu dari Spanyol, Italia, Jerman, dan Belanda. Lebih dari sekedar tempat ibadah, Masjid Raya Medan juga sekaligus menjadi 'rumah' dan 'kantor' bagi sebagaian orang di sana. Karena temannya tak juga datang, bang Hamdan berinisiatif untuk mengambil kunci masjid di rumah temannya. Tinggallah aku sendirian, tapi itu juga nggak bertahan lama, karena ada bapak-bapak yang nyamperin aku. Dan yaa, bisa ditebak, bapak inipun juga sama seperti bang Hamdan, bercerita panjaaang lebar mengenai kisah hidupnya hingga saat ini menjadi salah seorang pemandu apabila ada yang berkunjung ke Masjid Raya Medan.

Sekitar 15 menit kemudian, bang Hamdan datang dengan kunci di tangan dan membuka pintu ruang utama masjid. Dan waooow... cantiiiiik banget memang masjid ini. Seperti di bagian luarnya, bagian dalam juga penuh warna. Ada satu benda yang menarik perhatianku, bentuknya kayak balkon gitu, punya tangga di kedua sisinya. Usut punya usut, benda itu adalah mimbar untuk muadzin ketika mengumandangkan adzan. Full ukiran, full warna, cantiik :3

full warnaaa :))

tempat Muadzin :)
Masjid Raya Al-Mashun atau yang lebih dikenal dengan Masjid Raya Medan :D


full ukiran :)

Masjid Raya difoto dari gerbang masuk :)

Jam menunjukkan pukul 09.45 ketika aku memutuskan untuk kembali ke hotel saja, berhubung saking hausnya dan temen tak kunjung datang menjemput. Eh di tengah perjalanan menuju hotel akhirnya si temen ini muncul juga batang hidungnya. Jadilah kami melanjutkan perjalanan ke Istana Maimun.





Istana Maimun ini kalau di Jogja mungkin bisa dikatakan kayak Keraton gitu lah. Letaknya nggak jauh dari Masjid Raya, 5 menit nyampe. Istana Maimun didominasi warna kuning dan hijau di tiap sisi bangunannya. Sebelum masuk, kita harus bayar 5000 rupiah dulu per orang. Di dalam, banyak hal menarik. Ada spot yang isinya papan-papan sejarah Kerajaan Deli, tapi sayangnya letak papan-papan ini agak tersembunyi gitu, jadi mudah luput dari pandangan para pengunjung. Selain itu, ada foto/gambar Raja/Sultan Deli, foto-foto kunjungan Presiden RI, beberapa display kaca berisi senjata tradisional, baju kerajaan, dan masih banyak lagi. Minusnya sih agak-agak gerah di dalam sana, hehehe.

papan-papan sejarah

senjata kerajaan (1)

senjata kerajaan (2)

kostum kerajaan

galeri foto

Oh iyaa, di dalam Istana Maimun juga ada beberapa stand yang menjual souvenir khas, ada juga yang menjual jasa persewaan baju kerajaan plus foto pakai baju kerajaan itu juga. Nggak membuang waktu, kamipun mencobanya, hahaha. Kapan lagi kan, mumpung lagi di Medan :D

Satu pasang baju biaya sewanya cuma 10.000 rupiah saja! Muraaah, dan sudah bisa bikin berasa jadi putri-putri Kerajaan Deli :D



Pulang dari Istana Maimun, kamipun pergi ke toko oleh-oleh. Jam 16.40, kereta membawaku ke bandara untuk kembali ke Jakarta....

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selalu ada yang pertama untuk segala hal, maka inilah kali pertama aku menjejakkan kaki di tanah Sumatera. Medan jadi kota pertama, semoga akan ada kota-kota selanjutnya yang aku jelajahi di pulau ini. Terimakasih untuk semua orang yang menyambut dan menemani aku berjalan-jalan menjelajahi kota Medan selama 2 hari. Terimakasih untuk teman bercerita di Masjid Raya Medan. Terimakasih undangan dan jamuan Dina serta Mas Galang, semoga menjadi keluarga sakinah, mawadah, dan warohmah.

Next time kalau ke Medan harus agak lamaan, biar bisa ke Danau Toba dan Pulau Samosir, hmmm.. See you again, Medan.. :)

see you again, Medan :D