Senin, 12 Oktober 2015

Selalu Ada yang Pertama: Menjejak Kaki di Tanah Sumatera

0


Jam menunjukkan pukul 03.00 pagi waktu aku masih finishing touch untuk packing kali ini. Mau berangkat ke mana? ke Medan! Ini adalah pertama kalinya aku bertandang ke kota Medan. Ah, sekaligus pertama kalinya aku akan menjejakkan kaki di tanah Sumatera. Aku bener-bener nggak bisa menahan diri untuk nggak merasa excited! Yippiiiie!!

Pesawatku penerbangan jam 05.35, yaah kira-kira akan menghabiskan sekitar 2 jam perjalanan untuk sampai ke Medan. Awalnya aku sempat takut untuk teteap ngelanjutin perjalanan ke Medan. Kenapa? Karena apa lagi kalau bukan gara-gara adanya kabut asap yang melanda sebagian wilayah pulau Sumatera. Di bayanganku udah macem-macem aja sih, bahkan saking khawatirnya aku sampai searching penerbangan dari dan ke Medan tuh banyak yang ditunda/dibatalin atau nggak. Setelah nyari info sana sini baru bisa agak lega deh, karena ternyata yang bermasalah cuma ke daerah-daerah yang kena kabut asap saja, kalau yang ke Jakarta nggak ada masalah. Fiuhh.. *tarik napas lega*

Sesuai jadwal, pesawat tiba di Kuala Namu jam setengah 8. Dan emang wow banget yak bandaranya (hahaha, ndeso banget sih kamu, ul). Karena satu dan lain hal aku nggak bisa dijemput di bandara, jadilah aku harus naik kereta dulu dan dijemput di stasiun. Awalnya worry, dari bandara mesti kemana dulu buat naik kereta, nanti turunnya di stasiun apa. Tapi ternyata semua kekhawatiran lenyaplah sudah, keretanya cuma sejengkal aja dari bandara (langsung terhubung ama bandara), pesan tiketnya gampang, dan keretanya cuma berhenti di satu stasiun aja, stasiun Medan. Ha! Ramah banget buat para traveller. Walau menurutku harga tiket keretanya mahal sih, hahaha. Tapi keretanya emang bagus, jadi yaaa lumayan rela deh.

Miniatur Istana Maimun di Bandara Kualanamu


Kereta yang aku naiki berangkat jam 08.45 which means masih sekitar setengah jam-an lagi. Pas mau ketiduran di ruang tunggu, eeeeh ternyata bareng lagi sama mbak Gina. Siapakah mbak Gina? Mbak Gina adalah teman baru, kenalan pas di ruang tunggu mau naik pesawat di Soetta. Kami ngobrol banyak hal, dan menemukan fakta bahwa kami bekerja di Instansi yang berbeda tapi saling berhubungan. Setelah itu, pas naik pesawat, ternyata tempat duduk kami cuma selisih 1 row, pas banget depan belakang duduk di tepi jendela. Nah, pas turun, ternyata kami sama-sama naik kereta.. :D

Waktu kurang lebih 45 menit pun berjalan asik. Aku yang awalnya berasa ngantuuuuk banget, jadi excited ngobrolin ini itu sama mbak Gina. Kami ngobrolin macem-macem, mulai dari dunia kerja, keluarga, karir, sampai tentang nostalgia masa kuliah kami masing-masing yang berbeda jaman. Bener-bener dapat partner perjalanan yang keren lah aku kali ini. Ini nih salah satu keuntungan traveling, dapat kenalan baru!

Sesampainya di stasiun Medan, kami berpisah. Aku dijemput temanku, mbak Gina dijemput suami dan kedua anaknya (ah, so sweeeeet kali lah).

Sepanjang perjalanan menuju hotel yang sudah kupesan jauh hari melalui aplikasi Traveloka, aku dan temanku ngobrolin beberapa hal. Soal perbedaan Medan dan Jakarta, jadwal jalan-jalanku nanti dan esok hari, sampai jadwal ketemu teman-temanku yang lain juga di sini. Sepintas sih Medan nggak jauh beda dengan Jakarta. Yaiyalah, Medan kan kota besar. Sepengamatanku, di sanapun banyak mall, dan ramai. Pantas saja suatu kali temanku ini pernah bilang "curang, kenapa kebijakan fleksi cuma ada di Jakarta. Emangnya yang macet cuma di Jakarta?", hahahaha. Ya, karena ternyata Medan ada macet juga.. :p

Setelah eyel-eyelan sebentar perkara alamat hotelnya, akhirnya kami berhasil juga menemukan hotel yang dimaksud. Aku bukan tipe traveller yang rela menghabiskan banyak uang untuk membeli kenyamanan selama menginap, menurutku, kalau lagi traveling tuh, penginapan nggak lebih dari tempat numpang bobok dan naruh barang. Jadi, selama tuh kamarnya bersih, kamar mandi dalam, ada AC/kipas angin, listrik no problem, jadi lah! Seperti hotel tempatku menginap kali ini. Namanya hotel Residence, letaknya ada di gang belakang Masjid Raya Medan, super strategis! Hotelnya nggak terlalu besar, tapi terlihat cukup nyaman dari luar. Ada beberapa jenis kamar di sini, dan aku pesen yang paling mahal, harganya cuma Rp160.000,- saja! Muraaah kan? Bahkan, waktu aku baru sampai di sana nih, terlihat ada bangunan baru di sebelahnya gitu, dan ada banner-nya yang bertuliskan "Room for backpacker only Rp70.000,-". Huaah, informasi yang amat berharga, bukan? Cocok buat para backpacker (ya walau aku nggak tau juga sih itu fasilitasnya apa aja, hahaa).

Nggak perlu waktu lama untuk check in, aku hanya nunjukin KTP dan voucher dari Traveloka, dan 5 menit kemudian langsung diantar ke kamar. Pas pertama masuk kamar, yang ada di kepalaku mah langsung ngebandingin sama hotel yang aku singgahi kalau lagi dinas (yakali ngebandinginnya sama hotel yang dipake dinas, ahahaha). Kesan pertama yang aku dapatkan dari kamarku adalah..... bersih! Aku sukaaa. Kamarnya bersih, kasur double, ada TV, lemari. Dan tiba di fasilitas terpenting, jeng-jeeeeng, kamar mandinya juga bersih! Ah, cocoklah sudah, aku nggak salah pilih hotel, hehehe. Sayang aku nggak foto waktu kemaren, kalau mau tahu, bisa langsung cek di Traveloka, deh.. :)

Punya waktu sekitar 2 jam untuk istirahat, akhirnya akupun tertidur (emang dasar pelor banget). Mungkin baru jam 12 kurang, aku kebangun dan sadar kalau harus mandi terus siap-siap. Siap-siap kemana? Siap-siap ke destinasi utama, ke tujuan utama aku datang ke Medan!

Jam setengah 2 siang kami sampai di tujuan utama: Acara Resepsi Pernikahan Dina dan Mas Galang..

Happy wedding, Dinaaa! :D



Dina adalah salah satu teman seangkatanku di DJKN, dia juga termasuk orang pertama yang aku kenal di Jakarta pas awal-awal penempatan dulu, hehe. Jadilah aku memutuskan datang ke acara nikahannya di Medan, tanah kelahirannya. Di acara ini juga aku ketemu temen seangkatan yang penempatan di Medan. Senaaang, seperti reuni kecil, mengenang masa-masa DTU dan DTSD tahun kemarin. Mungkin ada sekitar 2 jam aku di acara Dina (sedihnya nggak ketemu Diyara, hiks, maaf aku harus balik duluan jam setengah 4).


teman seangkatan :D

Pulang dari acara nikahan, aku dapat kesempatan untuk istirahat lagi di hotel, sampai habis maghrib. Jam setengah 7 malam aku dijemput lagi, menuju ke list teratas tempat yang ingin aku kunjungi di Medan.

Duren Ucok!

Nggak perlu waktu lama untuk sampai ke sana, tempatnya juga terletak di pinggir jalan besar, jadi gampang banget untuk ditemukan. Seumur-umur, aku baru kali itu ke tempat makan duren yang sebesar dan seramai Duren Ucok. Gilaaak, durennya banyaaaak banget (padahal katanya lagi nggak musim duren, entah itu duren boleh metik dimana, haha).. :3


ludes! :p



Bertiga kami cuma mampu menghabiskan satu buah duren. Maklum lah, sebelumnya kami sudah makan nasi, hehehe. Tapi, makan duren tuh emang selalu berhasil bikin bahagia deh.. :D

.......

Paginya, aku memutuskan untuk pergi sendirian ke Masjid Raya Medan yang jaraknya cuma 5 menit dari hotel, hehe. Sekitar jam setengah 9 aku berangkat, dan berjalan-jalan lebih dulu mengelilingi pelataran Masjid yang cukup luas. Masjid masih nggak seberapa ramai, kecuali oleh orang-orang yang memang bertugas menjaga masjid di sana.



Setelah puas mengitari pelataran, aku melangkah memasuki gedung Masjid. Pintu ke ruang utama masih tampak terkunci, gemboknya terlihat jelas. Yasudahlah, akhirnya aku menyusuri dua sisi menaranya. Masjid ini cukup besar, dan penuh warna. Mulai dari lantai, dinding, pintu, sampai langit-langit, pasti ada bagian-bagian yang dipenuhi ukiran dan lukisan penuh warna. Pilar-pilar besar, jendela-jendela kaca yang unik, spot yang selalu pas untuk dibuat foto-foto, hehe. Lama berputar-putar, dan pintu utama masih belum dibuka, aku putuskan untuk duduk-duduk di tangga depan, siapa tahu bentar lagi dibuka.




Waktu aku duduk-duduk itulah, aku berkesempatan untuk mendengarkan banyak kisah dari abang dan bapak yang menjaga Masjid Raya Medan. Yang pertama ngajakin aku ngobrol, namanya bang Hamdan. Bang Hamdan sebenarnya bukan orang asli Medan. Berkisahlah si abang tentang masa kecilnya di Aceh, yang kemudian, setelah terjadi tsunami, bang Hamdan jadi pindah ke Medan, dan menetap hingga saat ini. Karena Bang Hamdan juga, aku jadi tahu sejarah Masjid Raya Medan. Masjid ini dibangun pada tahun 1906 hingga 1909. Uniknya, ada 4 orang arsitek dari luar negeri yang berperan dalam pembangunan Masjid ini, yaitu dari Spanyol, Italia, Jerman, dan Belanda. Lebih dari sekedar tempat ibadah, Masjid Raya Medan juga sekaligus menjadi 'rumah' dan 'kantor' bagi sebagaian orang di sana. Karena temannya tak juga datang, bang Hamdan berinisiatif untuk mengambil kunci masjid di rumah temannya. Tinggallah aku sendirian, tapi itu juga nggak bertahan lama, karena ada bapak-bapak yang nyamperin aku. Dan yaa, bisa ditebak, bapak inipun juga sama seperti bang Hamdan, bercerita panjaaang lebar mengenai kisah hidupnya hingga saat ini menjadi salah seorang pemandu apabila ada yang berkunjung ke Masjid Raya Medan.

Sekitar 15 menit kemudian, bang Hamdan datang dengan kunci di tangan dan membuka pintu ruang utama masjid. Dan waooow... cantiiiiik banget memang masjid ini. Seperti di bagian luarnya, bagian dalam juga penuh warna. Ada satu benda yang menarik perhatianku, bentuknya kayak balkon gitu, punya tangga di kedua sisinya. Usut punya usut, benda itu adalah mimbar untuk muadzin ketika mengumandangkan adzan. Full ukiran, full warna, cantiik :3

full warnaaa :))

tempat Muadzin :)
Masjid Raya Al-Mashun atau yang lebih dikenal dengan Masjid Raya Medan :D


full ukiran :)

Masjid Raya difoto dari gerbang masuk :)

Jam menunjukkan pukul 09.45 ketika aku memutuskan untuk kembali ke hotel saja, berhubung saking hausnya dan temen tak kunjung datang menjemput. Eh di tengah perjalanan menuju hotel akhirnya si temen ini muncul juga batang hidungnya. Jadilah kami melanjutkan perjalanan ke Istana Maimun.





Istana Maimun ini kalau di Jogja mungkin bisa dikatakan kayak Keraton gitu lah. Letaknya nggak jauh dari Masjid Raya, 5 menit nyampe. Istana Maimun didominasi warna kuning dan hijau di tiap sisi bangunannya. Sebelum masuk, kita harus bayar 5000 rupiah dulu per orang. Di dalam, banyak hal menarik. Ada spot yang isinya papan-papan sejarah Kerajaan Deli, tapi sayangnya letak papan-papan ini agak tersembunyi gitu, jadi mudah luput dari pandangan para pengunjung. Selain itu, ada foto/gambar Raja/Sultan Deli, foto-foto kunjungan Presiden RI, beberapa display kaca berisi senjata tradisional, baju kerajaan, dan masih banyak lagi. Minusnya sih agak-agak gerah di dalam sana, hehehe.

papan-papan sejarah

senjata kerajaan (1)

senjata kerajaan (2)

kostum kerajaan

galeri foto

Oh iyaa, di dalam Istana Maimun juga ada beberapa stand yang menjual souvenir khas, ada juga yang menjual jasa persewaan baju kerajaan plus foto pakai baju kerajaan itu juga. Nggak membuang waktu, kamipun mencobanya, hahaha. Kapan lagi kan, mumpung lagi di Medan :D

Satu pasang baju biaya sewanya cuma 10.000 rupiah saja! Muraaah, dan sudah bisa bikin berasa jadi putri-putri Kerajaan Deli :D



Pulang dari Istana Maimun, kamipun pergi ke toko oleh-oleh. Jam 16.40, kereta membawaku ke bandara untuk kembali ke Jakarta....

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selalu ada yang pertama untuk segala hal, maka inilah kali pertama aku menjejakkan kaki di tanah Sumatera. Medan jadi kota pertama, semoga akan ada kota-kota selanjutnya yang aku jelajahi di pulau ini. Terimakasih untuk semua orang yang menyambut dan menemani aku berjalan-jalan menjelajahi kota Medan selama 2 hari. Terimakasih untuk teman bercerita di Masjid Raya Medan. Terimakasih undangan dan jamuan Dina serta Mas Galang, semoga menjadi keluarga sakinah, mawadah, dan warohmah.

Next time kalau ke Medan harus agak lamaan, biar bisa ke Danau Toba dan Pulau Samosir, hmmm.. See you again, Medan.. :)

see you again, Medan :D

0 komentar:

Posting Komentar