Sabtu, 30 Desember 2017

2017: The Turning Point

0

Seperti yang sudah-sudah, di penghujung tahun 2017, aku bikin postingan untuk flashback apa saja yang sudah dilalui selama satu tahun ini. Mengawali tahun dengan perasaan kehilangan, tapi kemudian begitu cepat Allah menggantikan kehilangan itu dengan kesempatan untuk melancong ke salah satu tujuan wisata yang kuimpikan sejak lama. Alhamdulillah :)

Setelah berpikir cukup lama, aku memutuskan untuk membagi postingan kaleidoskop 2017 ini menjadi 5P (People, Place, Pride, Plan, Prayer). Yoklah dimulai aja dari bagian yang pertama, People :D

PEOPLE
Tahun 2017 adalah tahunnya aku bertemu dan mengenal banyak orang baru. Tapi yah, banyak yang datang, beberapa pula ada yang pergi. Hmm, bukankah hidup memang demikian ya? Ada yang datang, ada yang pergi. Ada yang meninggalkan, ada yang ditinggalkan. Rangkaian pertemuan dan perpisahan.

Sahabat Bolangs


Ria, Tika, Uni Amel, Hanik, Tyas, Rinda, Mba Titin, Mbak Ridha, Mbak Rida, Ovi, Novi, Mbak Andin,
Iman, Mas Rahmad, Khafidz, Rusdi, Mas Yogi, Mas Nanda, Mbak Ipon
Akhir tahun 2016 aku memutuskan untuk daftar jadi anggota Youth Islamic Study Club (YISC) Al Azhar. Apa itu YISC? Simplenya sih, YISC itu tempat belajar Al-Qur'an dan ilmu agama Islam. Nah, sebelum memulai program studinya, kita diwajibkan untuk mengikuti Maperaba. Dari sekitar 400-an anggota baru, dibagi menjadi 20 kelompok. Aku masuk di kelompok 13, yang isinya satu profesi semua (nggak tahu sih apa memang pembagiannya berdasarkan profesi ya :p). Mereka inilah orang-orang yang pertama kali kukenal di YISC. Orang-orang yang langsung berisik bahkan sejak pertemuan pertama di tanggal 7 Januari. Bersama mereka juga nantinya aku ngetrip ke beberapa tempat (ini dibahas di bagian Place aja, ya, hehe)

Faqih Fiddin Family


Masih tentang YISC, mereka inilah teman-teman sekelas SII (Studi Islam Intensif). Hampir setiap minggu ketemu, ditambah weekend-weekend yang sibuk untuk nyiapin Tafaqquh Fiddin. Banyak suka duka yang dijalanin sama mereka. Potluck pertama, latihan drama yang nggak pernah komplit, latihan yel-yel yang komplitnya cuman sekali (dan sempat ngganti gerakan pas H-beberapa menit sebelum tampil, wkwkwk), sampe ikutan lomba tumpeng pas ultahnya YISC. Nggak akan terlupakan juga pencapaian kita pas TF yaaa, best yel-yel dan juara 1 performance, Alhamdulillah <3



Frans Seda Squad

Mbak Rina, Mbak Nana, Mbak Novia, Mas Rahman, Yudha, Mbak Tiwi, Mbak Nathalia, Mas Pras,
Anggita, Audra, Ipeh, Mas Puguh, Ana, Mbak Radhika, Arif, Andreas, Bening, Mas Hendra,
Mas Syarif, Mas Wachid, Mas Radit.
Sekitar bulan Oktober, aku kembali join Kemenkeu Mengajar. Pengalaman seru ngajar anak-anak SD di event yang sama di tahun sebelumnya, nggak bikin kapok, malah bikin nagih pengen ngerasain lagi. Pengen nyobain metode ngajar yang nggak aku pakai di tahun sebelumnya. Tiba saat hari briefing, alias hari dimana kami bertemu pertama kalinya dengan kelompok masing-masing, akhirnya aku mengenal juga anggota kelompok yang beberapa minggu sebelumnya hanya berinteraksi lewat grup whatsapp.

Frans Seda. Apa kesan pertama dari member grup ini? Muda dan bersemangat! Kesan selanjutnya? Heboh, wkwkwk.



PLACE
Tahun 2017 nggak begitu sering travelling kayak tahun lalu, hehe. Tapi mengagendakan liburan jauh setahun sekali itu tetap wajib :p. Liburan jauhnya ke Lombok, selebihnya menyesuaikan dengan waktu dan kondisi dompet :p

Lombok, Nusa Tenggara Barat

bukit merese
sunrise in gili trawangan
Trip pertama di tahun 2017. Trip yang berkesan dan banyak kenangannya. Berawal dari randomisasi dua orang anak manusia yang suka jalan-jalan, aku dan mbak Anggi yang belum mengantongi izin cuti kala itu, yang sedang nongkrong-nongkrong ngopi cantik dan makan singkong keju, tetiba membeli begitu saja tiket PP Jakarta-Lombok untuk akhir bulan Februari, hahaaha. Jelajah Lombok dalam waktu 5 hari 4 malam. Gonta-ganti hotel setiap hari, sarapan nasi goreng hampir tiap pagi, dan banyak pengalaman lucu lainnya. Cerita selengkapnya bisa dibaca di sini (Part 1) dan di sini (Part 2).

sunset vew from bukit pantai seger

Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur

kakaban <3
sunset in maratua
Diidam-idamkan sejak lama, Alhamdulillah kesampaian tepat setelah galau melanda, hehe. Sedihnya satu kali, bahagianya berkeali-kali. Maratua yang indah, Kakaban yang memesona dengan ubur-ubur imutnya.

ubur ubuuuur :3

Cibodas Trip

Curug Cibereum
Bersama Sahabat Bolangs (walau hanya berenam, hiks) nyobain kemping syantik di Taman Nasional Gede-Pangrango. Kempingnya tetep di tenda biasa, masak sendiri, tapi yaa toilet bersih sudah tersedia, aliran listrik terjamin adanya, warung-warung pun berjejer di luar area camp, hahaha. Di sini juga kami naik-naik dikit meuju air terjun Cibeureum. Banyak kejadian lucu juga, misal pas bikin adonan bala-bala yang keenceran, Iman yang jadi minimarket berjalan, Ria yang pilek semalaman, bahan makanan yang udah kayak orang mau kemping seminggu, sampai soal K3DB yang bikin kehidupan terkorek-korek, wkwkwk. Bisa dibaca ceritanya di sini :D

Kebun Raya Cibodas


Jakarta Trip (TIM, Masjid Ramlie Musofa, Ancol, TIM)

Masjid Ramlie Musofa
Ini trip dalam kota sama Bolangs, wkwk. Trip dadakan dan random. Awalnya cuma mau nonton film Surau dan Silek, akhirnya jadi jalan kemana-mana.. :D

Curug Bidadari, Sentul

Curug Bidadari
Ini termasuk unplanned trip, hahaha. Trip sama Bolang (lagi) :)


Gombong, Jawa Tengah


Another wedding trip, hahaha. Kali ini nikahan Stevie. Aku, mbak Titis, dan Danar, berangkat ke Gombong.


Solo dan Yogyakarta

Dapat diklat di Jogja, aku dan Cipi sekalian aja ikutan Pak Bos Adi ke Solo. Alhamdulillah keluarga Beliau amat welcome dengan kehadiran dua anak (buah) yang nginthilin bosnya ini, hahahaha. Wisata di Solo means wisata kuliner. Selama dua hari di Solo, udah nggak kehitung makanan yang masuk dalam perut. Solo emang rajanya kuliner enak dan murah <3

kupat tahu favorit <3
Diklat di Jogja selama lima hari, tiap malem wisata kuliner juga. Aku dan Cipi lanjut sampai hari Minggu. Udah diniatin kami pengen pergi ke pantai dan dataran tinggi. Bahkan sebelum berangkat diklat, kami sudah nyusun itinerary :p

Ratu Boko
Tempo Gelato <3
Mangunan
Imogiri
Pantai Indrayanti

Pulau Pari, Kepulauan Seribu

sunrise :)
Mengunjungi Pulau Pari untuk ke dua kalinya, yang pertama pas tahun 2014. Trip bersama Bolang (lagi), hehehe. Banyak yang berubah dari Pulau ini dalam jangka waktu tiga tahun. Rameeee banget sekarang. Nggak mengubah keindahannya, cuman suasananya udah beda aja. Yang beda juga sih kali ini nginepnya di tenda, bukan di homestay :p. Banyak kejadian menarik, mulai dari mas Yogi dan mas Rahmad yang hampir ketinggalan turun dari kapal, sebelahan sama tenda bocah-bocah, tips naik hammock, hampir tenggelam (terimakasih masih dikasih kesempatan hidup, ya Allah), sampai jadi rombongan kucel yang makan di dalem restoran :D




PRIDE
Nggak ada pencapaian besar di tahun ini, tetapi beberapa hal kecil berhasil membuat diri ini seolah mengukir prestasi, wkwkwk. 

Swim

ilustrasi, sebelum hampir kelelep, hahaha
Setelah pengalaman keseret arus di Lombok dan nyaris tenggelam di pulau Pari, tekad untuk belajar berenang itu semakin tak tertahankan. Bersama dua orang teman kantor, akhirnya ikut les privat berenang. Alhamdulillah sekarang udah bisa berenang  mengambang, maju, maju sambil gerakin kaki ala gaya katak (tanpa tangan, soalnya masih belom bisa sinkron-in gerakan tangan dan kakinya, hahaha). Mengalahkan rasa takut tenggelam dan takut kuping ini kemasukan air. Bismillah, semangat terus latihan biar bisa berenang sungguhan!

5 KM in 45 Minutes

partner lari :D
Tahun ini ikutan event Oeang Run lagi :D Berhasil pecahin rekor sendiri, lari 5 km dalam waktu 45 menit. Setelah sebelumnya vacuum lari berbulan-bulan, rasanya lumayan ngos-ngosan parah, hehe. 

MC-ing more

MC-ing sosialisasi PMK
after MC-ing Pengambilan Sumpah Jabatan Direksi
Stakeholder mulai merambah ke subdit tetangga, hehehe. Thanks for the chances, mates! :)

Kemenkeu Mengajar 2

puzzle KN
Kali ini nggak hanya join sebagai Relawan, tapi juga sebagai Panitia di bidang rekrutmen. Nyobain gimana rasanya jadi bagian HRM, bidang yang jadi impian sejak kuliah dulu. Sampai konsentrasi pun ambilnya Manajemen SDM, hehe. Pas kembali jadi Pengajar, merasakan kebanggaan dan kebahagiaan tersediri juga, karena apa? Karena berhasil mengatasi ketakutan diri sendiri untuk ngajar kelas kecil, hahaha. Pengalaman tahun kemarin kewalahan buangeeeetttt. Tapi Alhamdulillah tahun ini berbalik 180 derajat, well done! Kalau mau tahu ceritanya, bisa disimak di sini :)




PLAN

Awal tahun 2017, banyak rencana terpampang di benak, banyak tekad berjejal di dalam dada. Rencana untuk nerbitkan/bikin buku/novel, rencana untuk daftar beasiswa S2, rencana untuk menikah (eh ini rencana atau keinginan, sih?), rencana untuk posting lebih sering. Mungkin kurang upaya, mungkin kurang sungguh-sungguh, mungkin kurang berdoa sama Allah.

Tapi yang terpenting dari belum terwujudnya semua rencana itu adalah belajar. Belajar dari kesalahan, belajar dari kegagalan, belajar untuk memperbaiki segala sesuatunya.

Jadi apa rencana untuk tahun 2018? Masih sama. Masih berencana untuk ngejar beasiswa. Masih berencana untuk bikin buku/novel/kumpulan cerpen. Masih berencana untuk lebih sering menulis/posting. Dan yaa, masih berencana untuk menikah (rencana aja, perkara sama siapa-nya ya masih minta sama Allah :'').

Cuma itu rencananya? Nope. Tapi itu saja yang dituliskan di sini, sisanya biarlah hanya aku dan Allah yang tahu.. Hehe

PRAYER

Seperti judul postingan, bisa dibilang bahwa 2017 ini adalah one of my turning point. Nggak ada pencapaian besar yang kasat mata, karena untukku, 2017 lebih ke spiritual journey. Titik balik dimana aku punya pandangan baru tentang menjalani hidup. Titik dimana  aku belajar menempatkan harapan. Titik dimana aku sadar kalau selama ini aku kurang banget memperjuangkan akhirat.

Tahun ini, satu doa baik telah mengubah motivasi menulisku. Menjadi penulis besar yang bermanfaat untuk umat. Jika tidak jadi penulis besar, setidaknya aku bisa menjadi penulis yang bermanfaat. Maka sejak saat itu, semoga Allah memberikan kemampuan untukku konsisten menyelipkan nilai-nilai kebaikan (atau bahkan nilai-nilai Islam) dalam setiap tulisanku.

Alhamdulillah untuk semua yang terjadi di tahun 2017, entah itu yang membahagiakan, menyedihkan, mengecewakan, mengagetkan, sampai yang mengharukan. Tidak ada air mata yang tidak dibarengi dengan senyuman. Percaya dengan janji Allah dalam Q.S. Al-Insyirah ayat 6-7, "Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.".  Garis bawahi kata "bersama", dan Allah menyebutkannya dua kali.

Doa untuk tahun 2018, semoga langkah kaki ini dituntunNya ke jalan yang benar, jalan orang-orang yang Allah ridhoi. Semoga Allah senantiasa mendekatkan dan menempatkan di sekeliling orang-orang baik. Semoga Allah memberi kemampuan untuk senantiasa husnudzon, bersyukur, dan istiqomah. 

Semoga akan lebih banyak orang yang melantunkan doa, bukan sekedar bertanya "kapan?", wkwkwwkwk :p

Akhirnyaaaa, di penghujung tahun ini, aku mengucap hamdalah.

Alhamdulillaahirobbil 'alamiin :)

cheerfully welcoming 2018 :D

Kamis, 14 Desember 2017

Kajian Tauhiid: K.H Abdullah Gymnastiar dan Ustadz Abdul Wahab

0

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Kajian Tauhiid 12 November 2017
oleh: K.H. Abdullah Gymnastiar dan Ustadz Abdul Wahab

1. Ada 3 ilmu yang harus dipelajari dan diamalkan dalam Islam, yaitu Aqidah, Syari'at, dan Akhlaq.

2. Aqidah adalah pegangan hidup. Syari'at adalah jalan hidup. Akhlaq adalah perilaku hidup.

3. Aqidah
- pelajari dan dalami rukun Iman.
- sudahkah mengenal Allah? tidak akan bisa cinta jika tidak mengenal Allah terlebih dahulu. kenali sifat-sifatNya.
- kenali diri sendiri dgn cara mengenali 5 potensi manusia, yakni akal, nafsu, hati, fisik, dan ruh.

4. Syari'at
Ada 5 tujuan syari'at Islam (Daruriyatul Khams), yaitu:
- Memelihara agama
- Memelihara jiwa
- Memelihara keturunan
- Memelihara harta dan akal
- Memelihara lingkungan

5. QS Al-Hujurat ayat 10
- Bahwa sesama mukmin adalah saudara, tanamkan itu agar hati kita menjadi lebih lembut kepada sesama.
- Saudara itu ada 2, saudara seiman dan saudara dalam kemanusiaan.
- Apabila ada konflik, ada 3 semangat yang harus dijaga utk bisa menyelesaikannya, yaitu semangat bersaudara, semangat solusi, dan semangat sukses bersama.

6. QS. Al-Hujurat ayat 11
3 larangan Allah:
- jangan mengolok-olok/meremehkan
- jangan mencela
- jangan memanggil dengan panggilan yang buruk

7. QS. Al-Hujurat ayat 12
3 larangan Allah berikutnya:
- jangan berprasangka buruk
- jangan mencari-cari kesalahan orang lain
- jangan menggunjing orang lain/ghibah

8. Apabila datang ke majlis ilmu (apalagi di masjid), jangan lupa diniatkan untuk 3 hal:
- niatkan i'tikaf
- niatkan mencari ilmu
- niatkan silaturahim

Perbanyak dzikir, perbanyak istighfar.

Perbanyaklah sholawat, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Ahzab ayat 56
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya."

Semoga bermanfaat :)

Wallahu'alam bishshowwab

Kajian Tauhiid: K.H Abdullah Gymnastiar dan Buya Yahya

0

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Kajian Tauhiid 10 Desember 2017
Oleh K.H. Abdullah Gymnastiar dan Buya Yahya

1. Jika ada yang menyakiti hati atau berbuat buruk kepada kita, sikapi sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ali Imran: 134
"(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan,"

2. Cara menumbuhkan cinta:
A. Doakan saudara-saudara summat, maupun saudara-saudara dalam kemanusiaan
B. Jangan suka menggunjing
C. Jangan mudah percaya kepada pernyataan-pernyataan kebencian

3. Sikap jika menemui perbedaan, pelajari perbedaan itu. Jangan membicarakan perbedaan apabila belum menguasai ilmunya.

4. Ada 4 hikmah apabila ada orang yang berkata/berbuat buruk kepada kita, yaitu:
A. Syukur (bersyukur karena bukan kita yang berperilaku buruk tersebut)
B. Belajar (belajar agar tidak berperilaku yang sama)
C. Sarana taubat (mungkin kita pernah melakukan perbuatan yg sama di masa lalu, dan itu adalah cara Allah Menegur kita, banyak-banyak taubat dan istighfar)
D. Ladang pahala (akan menjadi pahala bagi kita apabila dapat membalas perlakuan buruk itu dengan kebaikan)

5. Q.S. Al-Hujurat 11-12
Janganlah orang mukmin itu:
A. mengolok-olok
B. meremehkan
C. memanggil dgn sebutan yg buruk
D. berprasangka buruk
E. menggunjing
F. mencari-cari kesalahan orang lain

6. Cara untuk mempererat persaudaraan
A. Banyak berdoa dan mendoakan. Doa sendiri adalah bentuk ibadan dan jalan mengubah takdir.
B. Rajin silaturahim
C. Tebarkan salam, sebab salam adalah doa
D. Perbanyak senyum dan menebar energi positif

7. Berbuat baiklah, tapi jangan diingat-ingat kebaikan diri kita. Jangan mengharap balasan kebaikan dari orang lain.
Firman Allah dalam Q.S. An-Nisa': 79
"Kebajikan apapun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apapun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi."

"Apabila menuntut kesempurnaan, maka tidak akan ada orang yang berdakwah. Dakwah itu tidak harus sempurna, asalkan benar ilmunya dan benar cara menyampaikannya. Jika ada kekurangan, maka tugas kita adalah untuk saling menyempurnakan, bukan mencari kesalahan." - Aa Gym

Wallahu'alam bishshowwab :)

Semoga bermanfaat :)

Jumat, 27 Oktober 2017

Terima Kasih, Gio

0

Ada rasa grogi yang tiba-tiba merayapi hati ketika kumasuki kelas pertama pagi itu. Di event yang sama, setahun yang lalu, aku gagal total menghandle anak-anak kelas 2 SD. Ada yang bertengkar, ada yang menangis, pun ada yang lompat-lompatan dari satu meja ke meja yang lain. Tahun ini, aku mencoba menantang diriku sendiri, mengikuti event yang sama, lalu dengan sengaja memilih kelas 1 sebagai salah satu kelas yang menjadi tanggung jawabku.

Ransel abu-abu yang nangkring sempurna di punggung, satu lembar karton besar bergambar peta Indonesia, dan satu tas jinjing yang penuh dengan materi untuk mengajar hari ini, itulah bekalku sampai sekitar jam setengah 12 siang nanti. Pintu kelas semakin dekat, deg-degan pun semakin menjadi, kulafalkan Bismillah dalam hati. Aku telah mengerjakan semua ini dengan sepenuh hati, maka semoga mereka akan menerimaku dengan sepenuh hati juga.

"Assalammu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh," sapaku. Kemudian kukembangkan senyuman selebar mungkin. Alhamdulillah, salamku dijawab dengan ceria. Rasa percaya diriku mulai muncul ke permukaan.

Setelah perkenalan sebentar, aku lanjutkan dengan sesi pemasangan headband yang sudah kami (para relawan) siapkan. Karena bentuk headband-nya harus ditaliin/dipitain dulu, maka sudah pasti anak-anak ini minta tolong dipasangin. Cute sekali ketika mereka berebut minta tolong dipasangin headband-nya, rasanya kayak dikerubutin fans gitu, hihihi.

ice breaking
pasang headband
Ah iya, aku sudah belajar banyak dari pengalaman tahun sebelumnya, jadi kali ini aku pakai media untuk membuat anak-anak ini aktif bergerak, instead of meminta mereka mendengarkan atau menyimak penjelasan. Sesuai dengan tugas dan fungsi instansi tempatku bekerja, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, maka aku ingin memperkenalkan apa saja yang termasuk kekayaan negeri ini, dan bagaimana menjaganya. Aku memilih puzzle sebagai media pembelajaran. Ada gambar gedung-gedung, pelabuhan, sungai, sampai hutan dan seisinya.

main puzzle
 Aku membagi anak-anak ini menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok aku berikan satu puzzle yang harus mereka kerjakan bersama-sama. Nah, di tengah kesibukan merangkai potongan puzzle, salah satu murid bernama Gio memanggilku, dan terjadilah percakapan berikut:

Gio: Ibu ini gimana kepala monkey nya kurang satu.. (dengan nada merajuk)

Aku: Mana? Coba Ibu lihat dulu ya.. (mencoba tetap terlihat cool, padahal udah deg-degan takut bikin nangis bocah)

Gio: Nggak ada kan.. Nggak aku sembunyiin kok.. (makin kesel dianya)

Aku: Wah iya. Maaf yaa, sebentar Ibu ganti dulu pakai puzzle yang baru..

Sesi pasang-pasang puzzle pun kembali kondusif. Sampai waktu istirahat tiba, ketika anak-anak lain mulai keluar kelas untuk istirahat, Gio malah menghampiri aku.

Gio: Bu mau main puzzle lagi dong. Masih ada nggak puzzle nya?

Aku: Puzzle nya ada, Gio. Tapi kan habis ini Ibu ngajar ke kelas-kelas lain, jadi nanti puzzle nya juga buat temen-temen Gio yang lain. Maaf ya, nggakpapa kan?

Gio: Oh gitu, yaudah nggakpapa.. (senyum maniiiis)

Aku langsung terharu.

Anak-anak memang begitu cepat melupakan dan memaafkan kesalahan orang lain :")

Masih kuingat jelas wajah dan nada suara bete-nya ketika beberapa saat lalu puzzle-nya kurang dan kuganti dengan yang baru. Ternyata itu nggak membekas di hatinya, Gio malah dengan ramahnya menghampiriku dan ingin main puzzle lagi.

Seiring bertambahnya usia, mungkinkah kemampuan untuk memberi maaf itu berkurang?

Koreksi diri lagi dan lagi. Soal beginian saja kadang malah kalah sama anak kecil T.T

Belajar bisa dari mana saja, dengan siapa saja. Buka mata, hati, telinga (kayak lagunya Maliq aja), supaya kita bisa menangkap hikmah-hikmah dan pelajaran kecil yang mungkin seringkali kita lewatkan begitu saja. Kali ini, aku belajar banyak tentang memaafkan, dari seorang anak lelaki berusia 7 tahun.. :")


Terima kasih, Gio :)

Sabtu, 14 Oktober 2017

Benteng Baja

0

Image result for tol jagorawi
pict from: mediatataruang.com

"Kenapa jadi cuma kita berdua yang berangkat pakai mobil?" tanyaku.

"Lu nggak lihat itu perlengkapan bejibun di kursi belakang?", Haikal menjawab tanpa menoleh sedikitpun. Pandangannya fokus ke depan, kedua tangannya mencengkeram kemudi kuat-kuat.

"Itu tapi masih muat buat satu orang lagi, kayaknya."

"Kanaya bawel, ah."

"Hahaha, ampun bos, jangan marah," jawabku sambil cekikikan.

Minggu ke dua bulan Mei, acara gathering kantor kami rupanya jadi digelar. Setelah sempat beberapa kali berganti opsi tempat karena kuota yang nggak sesuai, terpilih juga salah satu tempat outbond yang ada di Bogor. Seperti biasa, selalu ada pioneer yang berangkat duluan naik mobil beberapa jam sebelum rombongan bus berangkat dari kantor. Dan di sinilah kami, rombongan pioneer yang cuma dua gelintir.

Di kala weekend, jalan tol Jakarta-Bogor tidak akan konsisten dengan nama lainnya, jalan bebas hambatan. Makanya, pergi pagi-pagi banget itu wajib hukumnya. Aku dan Haikal sudah sepakat untuk berangkat jam setengah enam pagi untuk mengantisipasi bawaan molor Haikal yang nampaknya sudah mendarah daging. Syukurnya sih lumayan berhasil, kami berangkat jam enam dari kantor. Tetep ya molor setengah jam -_-

Di luar matahari tampak semangat bersinar, tapi Haikal tampak kuyu.

"Begadang yak nyelesaiin videonya?" tanyaku sambil memilih-milih track musik.

"Iya, sampai jam 3. Bayangin, tuh."

"Dih, kalau ngantuk mah melipir aja dulu. Jangan dipaksain."

"Iya, bentar lagi kita melipir ya. Berat banget mata gua."

Mobil terus melaju, Jagorawi memang lumayan bersahabat di pagi hari. Rest Area KM 35 mulai nampak hilalnya.

"Lu mau turun atau nunggu di dalem mobil?" Haikal sudah melepas sabuk pengamannya, bersiap turun.

"Hmm, kamu mau beli apa?"

"Gua mau beli es krim."

"Hah? Es krim?"

"Ya nggak lah, beli kopi, Ka! Kan lagi ngantuk.. Ah lu ada-ada aja dah pertanyaannya."

"Kamu kalau ngantuk galak, ya. Yaudah aku turun juga deh, tapi nggak ikutan kamu beli kopi."

"Yaudah, nanti ketemu di sini lagi, ya. Yakin kamu nggak nyasar balik ke sini?"

"Kan ada google maps," jawabku ngasal. Haikal tergelak.

Kami berjalan ke arah yang berlawanan. Haikal perlu kopi, aku butuh cemilan. Perutku belum kemasukan makanan sedikitpun, belum sempat sarapan dulu sebelum berangkat. Rest area belum begitu ramai, jadi aku leluasa untuk mengedarkan pandangan ke segala arah. Aku pun nggak perlu susah-susah berjinjit untuk mengamati tenant-tenant jajanan yang tersebar di sini, seperti yang biasa kulakukan kalau rest area sedang ramai.

Salah satu yang membuatku suka dengan rest area Sentul ini adalah banyaknya variasi makanan yang bisa dicoba. Ada pisang molen, tahu gejrot, bahkan sampai es dawet ayu. Semuanya tersedia! Semuanya enak!

Lima belas menit berlalu, aku kembali ke mobil. Rupanya Haikal sudah duluan ada di dalam.

"Beli apa, lu?"

"Tahu gejrot, hehehehe," sahutku sambil nyengir.

Beberapa menit kami terdiam, sibuk dengan kopi dan tahu gejrot masing-masing. Aku sedang menimbang-nimbang sesuatu.

Cerita atau nggak, ya?

"Lu mikirin apa, Ka?"

Aku tersentak. Haikal lama-lama kayak cenayang.

"Kok kamu tau aku lagi mikir sesuatu?"

"Soalnya tahu gejrot-mu nggak habis-habis, hahahaha."

Aku melengos.

"Yaelah sensi. Lu mikirin apaan sih?"

"Nggak sih, nggak penting sebenernya."

"Justru karena nggak penting, lu harus cerita sama gua. Kalau hal penting biasanya bukan level gua untuk ngasi solusi, haha."

"Itu, temenmu, Vero."

"Oh. Kenapa Vero?"

"Belakangan dia sering ngechat."

"Cieeee.. Ngechat apaan?"

"Macem-macem."

"Iya macem-macem tuh, apa? Ngajak jalan?"

"Iya, salah satunya."

"Trus lu mau?"

Merasa aneh dengan pertanyaan Haikal barusan, aku menoleh.

"Eh, anu, maksudnya, lu jadi jalan sama dia?"

"Enggak."

"Kenapa enggak?"

"Kamu tumbenan kok kepo banget, sih, Kal?"

"Dih, siapa juga yang kepo. Kalau lu nggak mau cerita juga nggakpapa, sih."

"Kamu habis ngobrol apa sih sama Vero?"

Beberapa detik hening.

"Kal?"

"Nggak ada ngobrol apa-apaan. Kenapa lu ngga mau jalan sama dia?"

"Yaa ngapain. Ketemu juga cuma sekali yang waktu kita liburan itu. Terus tiba-tiba dia ngontak, ngobrolin beberapa hal, terus ngajakin jalan. Buat apa."

"Dia tertarik sama lu, kali."

"Tertarik kok ngajak jalan. Tertarik ya ngajak taarufan, lah."

"Dia belom sampai ke level itu lah, Ka. Mungkin dia pengen kenal lu lebih deket dulu."

Matahari meninggi, tahu-ku tinggal tiga potong lagi. Kopi Haikal sudah hampir habis.

"Kenal lebih deket? Kalau cuma untuk itu, dia bisa lah cukup tanya-tanya ke kamu aja, Kal. Kan kita udah lama kenal, kamu tau lah aku orangnya kayak gimana."

"Yaa, nggak asik juga kali kalo cuma tahu dari gua. Vero pengen interaksi langsung sama lu, ngobrol langsung sama lu."

"Cukup deh, Kal. Kan kamu tahu juga kalau aku udah nggak mau lagi yang namanya pacaran, deket, temen jalan, or anything you named it lah. Aku udah pernah ngerasain semuanya, dan nggak pernah happy ending."

"Iya, iya, jangan marah-marah, lah. Nanti pas nge-MC malah jelek mood lu."

Haikal menyalakan mobil. Kopi di gelas kertasnya sudah tandas. Kami harus melanjutkan perjalanan, jangan sampai rombongan bus malah tiba lebih dulu di tempat acara. Kalau sampai itu terjadi, apalah fungsi kami sebagai pioneer?

Beberapa kilometer berlalu dari rest area, giliran Haikal yang tampak gelisah.

"Kenapa, Kal?"

"Hah?"

"Iih, jangan sok pura-pura bego gitu, deh."

Aku mendengar helaan napas panjang Haikal.

"So sorry, Ka. Gua yang bilang ke Vero kalau nggak mau bantu dia soal lu."

"Maksudnya?"

"Feeling gua belum bisa lmenangkap keseriusan Vero waktu dia ngomongin lu."

Aku diam. Haikal menurunkan volume mp3 sampai tak terdengar sama sekali.

Lalu katanya,

"Gua nggak berani ikut campur, Kanaya. Kalau hati dan perasaan lu yang jadi taruhannya."

Sabtu, 16 September 2017

Menemuimu Sekali Lagi

0

Image result for galeri bengkel deklamasi
pict fom Journesia.id

Erick mengamati daftar kontak di smartphone-nya. Sampai pada huruf F, nama Faya, gerakan jarinya terhenti. Sejak pertemuan di taman rumah sakit itu, tak terhitung berapa kali Erick mencoba menuruti kemauan Faya untuk menghapus kontaknya. Tapi, sebanyak itu pula Erick bimbang, dan menunda menghapus nama Faya.

Gimana caranya biar bisa ketemu lagi sama Faya.

Lelaki jangkung itu kemudian bangkit dari tempat tidur. Dibukanya laci di dekat pintu kamar, satu sachet kopi bubuk sekarang berada di genggamannya. Lalu Erick beralih ke dispenser, diseduhnya kopi sachet yang tiga bulan lagi sudah tak layak minum itu. Secangkir kopi hitam panas tanpa gula. Erick tak pernah suka menambahkan gula dalam kopinya. Ia hanya ingin selalu ingat bahwa masih ada yang lebih pahit daripada masa lalunya.

Erick menggamit pegangan cangkirnya, melangkah menuju samping jendela. Kamar kos Erick ada di lantai tiga, total ada empat lantai, dengan sepuluh kamar berukuran lumayan besar di setiap lantainya. Sebenarnya masih ada beberapa kamar yang kosong di lantai dua, tapi Erick enggan pindah. Dia suka pemandangan dari ketinggian. Walaupun nih, tak ada yang benar-benar menarik untuk dipandang, hanya ada rentetan rumah-rumah yang padat di daerah Pisangan ini. Tapi buat Erick, pemandangan dari ketinggian sedikit banyak bisa mempengaruhi pikirannya untuk melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang lebih luas, dan dari banyak sisi. Helicopter-view, istilah kerennya.

Beberapa menit kemudian, seperti teringat sesuatu, Erick menyambar handphone-nya yang tergeletak di kasur. Cepat jarinya bergerak, menyusuri foto-foto dalam gallery. Tiba-tiba penyuka kopi pahit itu tersenyum lebar. Ada foto kartu nama Faya di sana.

Biro Bantuan Hukum.

Demikian tertera jelas unit kerja tempat Faya menghabiskan lima harinya dalam seminggu.

***

Erick percaya tak ada yang namanya kebetulan. Segala sesuatu sudah digariskan, manusia cuma tak tahu saja. Selepas mengetahui tempat kerja Faya, Erick cepat menghubungi temannya di biro yang sama. Walau berbeda bagian, teman Erick mengenal Faya. Sudah tentu, gadis berlesung pipi itu pasti mencuri perhatian. Yah paling tidak, bisa mencuri pandangmu untuk sekedar menengok wajah manisnya itu.

Lagi-lagi berbekal informasi dari temannya, di hari Minggu siang yang lumayan terik ini, Erick tengah ada di depan pintu bioskop Taman Ismail Marzuki. Tidak ada film menarik yang hendak ditontonnya, keberadaannya sudah jelas karena satu sebab saja.

Selain duduk-duduk di kedai kopi, Faya punya hobi lain yang dilakukannya hampir tiap Minggu. Berkunjung ke toko buku bekas yang ada di sudut kiri Komplek Taman Ismail Marzuki. Bengkel Deklamasi.

Sebentar-sebentar Erick mengamati arlojinya. Sudah hampir satu jam, Faya belum muncul juga. Beberapa kali Erick merutuki dirinya sendiri, mana mungkin Faya pergi ke toko buku siang-siang bolong begini, bisa jadi sore hari adalah waktu yang lebih tepat untuk jalan-jalan ke sini. Tapi untuk pulang lagi, terlalu tanggung. Dia tak ingin pulang dengan tangan hampa. Apalagi hati hampa.

Lima belas menit kemudian, yang ditunggu-tunggu sejak tadi akhirnya menampakkan diri. Tampak dari kejauhan, Faya, dengan terusan selutut berwarna cokelat muda, berjalan ke arah toko buku. Seperti biasa, cardigan tampaknya tak pernah lepas dari gadis itu, kali ini berwarna hijau saphire. Erick menunggu sampai Faya benar-benar masuk toko. Hati-hati Erick bersembunyi di balik pilar depan bioskop, Faya tak boleh tahu dia sengaja berada di sini hanya untuk mencari kesempatan menemuinya kembali.

Dengan langkah satu-satu, Erick semakin mendekati toko buku. Tumpukan buku yang mulai menguning itu semakin jelas berada di hadapannya.

Oke, ambil satu buku, sok dibaca-baca, Erick bergumam dengan dirinya sendiri.

Di luar dugaan, Faya nampak menyadari keberadaan Erick. Dari balik rak buku, Faya tampak melangkah mendekat. Erick pun bersiap.

"Mas, kayak kenal, ya?" sapa Faya.

"Eh, loh, mmm, yang waktu itu ketemu di rumah sakit kan, ya? Ummm, Faya?"

"Iyaa. Eh sori mas, siapa ya namanya? Saya suka lupa nama orang, nih, maaf," Faya tertawa. Erick nyaris tampak salah tingkah. Lesung pipi itu.

"Erick. Perlu salaman lagi nih, untuk kenalan?" tawarnya yang dengan segera disambut cengiran Faya.

"Mas Erick ngapain di sini? Nyari buku apa?"

"Ngg, nggak, tadi saya habis nonton, hehe. Lumayan, nonton di TIM kan murah, terus sebelum pulang iseng mampir  ke sini dulu," kilah Erick.

"Oooh, kirain."

"Faya sering ke sini?"

"Yaa, lumayan, sebulan bisa dua atau tiga kali," jawab Faya sambil terus mengamati barisan buku di rak. Sesekali ditariknya buku yang menarik hatinya, kemudian sinopsis di cover belakang itu habis dibaca dalam beberapa detik saja.

"Dua sampai tiga kali beli buku dalam sebulan? Keren!"

"Nggak, nggak selalu beli, sih. Kadang cuma lihat-lihat aja, kalau ada yang benaran menarik, baru dibeli."

"Oh.. Hmm.. Ngomong-ngomong, ini toko buku bekas tapi rapi dan bersih, ya," Erick mencari bahan pembicaraan lain. Ada yang lupa diputuskannya sebelum berangkat ke sini:

Kalau sudah bertemu Faya, lalu mau apa?

"Eh jangan salah, di sini juga ada buku baru, mas. Tuh, di rak yang itu, tuh," kata Faya semari menunjuk rak buku berwarna putih.

Erick hanya ber-ooh dan mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Toko buku ini punya sejarah panjang, mas. Didirikan tahun 1996, berarti umurnya sudah tiga puluh tahun lebih. Pendirinya bapak yang lagi sibuk sama laptopnya itu, namanya Jose Rizal Manua. Tahu kan? Beliau penyair. Galeri Buku Bengkel Deklamasi ini tempat bagus, kalau mas Erick cari buku tentang sastra, sejarah, dan budaya, ini tempat yang tepat!"

"Kamu tahu banyak soal tempat ini, ya, Fay. Bahkan sampai masa lalu alias sejarah pendiriannya aja kamu tahu. Beda banget sama saya."

"Beda gimana maksudnya?"

"Saya dari dulu nggak gitu suka sesuatu yang berhubungan sama hal-hal yang sudah berlalu, soal sejarah, misalnya," canda Erick.

Tapi ternyata, candaan itu ditanggapi serius oleh Faya.

"Mas, masa lalu itu ibarat ransel di punggung. Dia lekat, tapi letaknya di belakang. Dia bukan beban, tapi bekal. Bekal supaya kita nggak mengulang kesalahan yang sama. Bekal biar kita lanjutkan hidup dengan kebaikan-kebaikan yang pernah ada."

Kedua anak manusia itu saling tatap dalam hening. Erick tidak siap dengan reaksi seserius itu dari Faya. Sementara Faya, ingatannya seperti melayang ke beberapa tahun silam, ke peristiwa yang sudah membentuk pemahaman bijaksananya soal masa lalu.

"Eh, kok saya jadi sok tau begini, ya. Maaf. Saya pulang dulu deh, tiba-tiba nggak mood nyari buku. Duluan, ya."

"Eh, pulang? Bareng aja Fay, saya antar."

"Nggak perlu, saya bisa sendiri."

Faya mengayun langkahnya agak cepat. Sementara Erick tak bisa melakukan apa-apa untuk mencegahnya. Lagi-lagi seperti pertemuan pertamanya dengan gadis itu, Erick hanya bisa berdiri melihat Faya menjauh. Hatinya bimbang.

Satu.

Dua.

Tiga.

Sebelum Faya benar-benar menghilang di belokan menuju Planetarium, Erick sudah berada beberapa langkah saja di belakangnya.

"Faya, wait!"

Faya menoleh.

"Fay, sejak pertemuan kita di rumah sakit itu, saya belum hapus kontak kamu."
***

Mendoakanmu Sekali Lagi

1

Image result for sunset di jakarta
pict from mindis.id

Tempat ngopi di jalan Sabang ini tak pernah sepi. Walau tidak terlalu besar, rasa nyaman nampaknya berhasil membuat para pelanggannya betah. Aku, misalnya. Pernah satu kali aku ke sini, bersama seorang teman kantor. Saat itu kami sedang membicarakan rencana liburan ke Lombok. Dan pertemuan di hari itu langsung menghasilkan dua tiket PP Lombok-Jakarta. Okay, absurditas memang kadang mengerikan, hahaha.

Aku menengok jam tangan, sudah hampir setengah jam, dan orang yang kutunggu-tunggu belum datang juga. Chat-ku yang menanyakan keberadaannya juga belum dibalas, ah bahkan belum dibaca, sebab kedua tanda centang itu belum juga menampakkan warna birunya. Kusesap lagi greentea latte-ku.

"Permisi kak, ini singkong garlic-nya.."

"Okay, terimakasih," sahutku. Singkong garlic, cemilan pertama yang membuatku jatuh cinta pada kafe ini.

"Assalammu'alaikum, Vidya, maaf aku telat."

Sosok jangkung berambut ikal ini akhirnya datang juga. 

"Wa'alaikumussalam.. Ini dia nih, yang ditungguin dari tadi, nongol juga finally!"

"Jangan marah-marah, dong. Tadi aku kena macet tuh di Medan Merdeka, ada yang lagi demo," kilahnya.

"Kena macet doang apa plus bangun kesiangan juga?"

"Hehehehe, iya sih, itu juga," Pram nyengir.

"Lagian weekend gini di Medan Merdeka ada demo apa? Demo masak? Kebiasaan ngaretmu tuh ya, nggak ilang-ilang, Pram," protesku.

"Iya, iya, maaf. Ini, laptopmu udah beres."

"Alhamdulillah.. Ini udah tinggal pakai aja, kan?" tanyaku sambil menimang-nimang laptop baru. Dua minggu lalu aku minta tolong Pram untuk membeli laptop plus menginstall segala aplikasi yang diperlukan untuk pekerjaanku. Menimbang bahwa kantorku sedang sibuk-sibuknya, dan aku tak sempat mengamati perkembangan spesifikasi laptop-laptop baru, maka meminta pertolongan Pram adalah hal yang tepat. Soal IT begini, Pram selalu bisa diandalkan.

"Iyee, udah beres semua-muanya. Coba aja sekalian di sini. Kamu nggak mau langsung pulang kan abis nerima laptop dari aku?"

"Nggak lah."

Aku membuka laptop, menyalakannya, dan kemudian merasa takjub sendiri. Laptop ini harganya lumayan, barang yang dulu akupun hanya berani melihatnya di etalase toko, atau mungkin di tabloid-tabloid IT.

"Pram, yakin nih, kalau laptop ini nggak bakal lemot kamu isi banyak aplikasi gini?" tanyaku sambil mengutak-atik beberapa aplikasi arsitektur yang sudah diinstall Pram.

"Insya Allah, nggak, Vid. Itu RAM nya udah besar, kok, 8GB," jawabnya santai.

"Waw, kamu install-in Vectorworks Arch juga? Itu kan, buat profesional banget, Pram."

"Sure. Visioner. Insya Allah kamu akan besar juga di dunia arsitektur nantinya, Vid."

"Aamiin. Thanks ya, Pram."

"You're welcome. Eh, how's life?"

"Fine. Masih berkutat dengan lemburan hampir tiap hari. Kamu sendiri gimana, anak buah Pak Menteri?"

"Jangan lemburin kerjaan mulu, lah. Lemburin berdoa biar buruan ketemu jodoh, gih."

"Setdaah, kalau itu nggak perlu kamu suruh, Pram, hahaha."

Kami tergelak. Jodoh. Pembahasan yang tak pernah ada habisnya, setidaknya hingga saat ini.

"Vid, kamu nggak pengen tahu kelanjutan prosesku sama temenmu yang beberapa bulan lalu kamu kenalin ke aku ?"

"Alita?" tanyaku.

"Iya."

"Mmm, nggak, aku nggak pengen tahu. Proses itu kan sifatnya rahasia, Pram. Pun aku sudah menyerahkan tahapan selanjutnya ke orang yang jauhhhh lebih mumpuni ilmu dan pengalamannya dibanding aku, kan. Jadi yaa, no worry. Aku tinggal terima undangan aja, lah. Mana undangan?"

Hening.

"Kami nggak lanjut, Vid."

"Nggak lanjut?"

"Iya, sudah selesai. Nggak cocok."

"Nggak cocok?"

"Iya."

"Apanya yang nggak cocok?"

Pram tidak menjawab, dan malah meminum kopinya.

"Eh, maaf, kok aku jadi kepo banget, ya. Hahahaa. Nggak usah dijawab, Pram. Ganti top..."

"Visi kami dalam menjalani rumah tangga nantinya," Pram memotong kalimatku yang berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Oh.. Hmm.. Yah.. Gagal deh dapat undangan, hehe. Jangan sedih, Pram. Insya Allah ada yang lebih baik, yang sedang disiapkan Allah untuk kamu," hiburku. Aku tahu Pram bercita-cita menikah di tahun ini. Sebelum ulang tahunnya yang ke tiga puluh.

"Aamiin. Kamu juga, jangan galau, jodohmu Insya Allah sedang dalam perjalanan hijrah untuk nemuin kamu, Vid."

"Enak aja, siapa yang galau? Aku kan masih dua puluh lima tahun.."

"Lah bukannya kamu tiga bulan lagi jadi dua-enam?"

"Haha iya, sih. Awas kamu, Pram!"

Pram seperti laki-laki kebanyakan, jarang sekali menampakkan eskpresi dari apa yang sebenarnya dia rasakan. Itulah sebab mengapa Pram hampir selalu tersenyum, terlihat selalu semangat. Pameran buku reliji yang mempertemukan kami beberapa tahun silam. Saat itu bahkan kami tidak bertukar nama, hanya berdiskusi singkat soal buku yang sedang sama-sama kami incar. Sampai beberapa bulan kemudian, kantor tempatnya bekerja akan dirombak total, dijadikan bangunan berkonsep ramah lingkungan. Dan yaa, proyek pembangunan itu bekerja sama dengan perusahaan konsultan arsitektur dimana aku bekerja. Bahkan, aku didapuk jadi ketua tim proyek.

"Vid, udah jam setengah enam. Pulang, yuk."

"Yuk."

Kamipun berkemas, dan tak lupa menghabiskan sisa singkong garlic beberapa slice. Pram melangkah keluar kafe, aku berada di belakangnya.

Cahaya matahari senja menimpa wajah Pram ketika berpamitan. Aku tersenyum dan menjawab salamnya. Pram memacu motornya ke arah matahari tenggelam, sementara hatiku berbisik kepada Yang Maha Tinggi..

"Ya Allah, bagaimana bila kubawa namanya kepadaMU sekali lagi?"

Rabu, 06 September 2017

Book Review: Tentang Kamu by Tere Liye

0

Image result for tentang kamu tere liye
pict taken from goodreads.com

Assalammu'alaikum wr wb

Beralih sejenak dari seri petualangan Raib, Seli, dan Ali, kali ini aku mau mengulas sedikit novel karya Tere Liye (lagi) yang berjudul Tentang Kamu. Sekilas ketika membaca judulnya, aku agak-agak berprasangka kalau ini adalah novel yang berkisah tentang cinta nan menye-menye. Tapi, kembali mengingat bahwa orang di balik buku ini adalah Tere Liye, I always expect more than just an ordinary story. I believe that there must be something special about this book. 

Dan aku nggak salah.. :)

Tentang Kamu bercerita tentang seorang pengacara muda bernama Zaman Zulkarnaen. Dia bekerja di sebuah firma hukum di London, yang mengkhususkan bidangnya pada hukum waris. Pada suatu pagi, dia mendapatkan tugas yang istimewa, menyelesaikan kasus warisan senilai 19 triliun rupiah yang ditinggalkan oleh seorang wanita bernama Sri Ningsih.

Siapa yang menyangka, penugasan itu akan membawa Zaman menelusuri kisah hidup Sri Ningsih yang sarat makna.

Petualangan Zaman dimulai di Paris. Bukannya pergi ke menara Eiffel, ia justru harus mengunjungi sebuah panti jompo tempat Sri Ningsih menghembuskan napas terakhirnya. Di sana Zaman bertemu dengan Aimee, seorang pengurus panti yang sabar dan baik hati. Melalui Aimee, pengacara muda itu mendapatkan cerita soal asal muasal Sri Ningsih sampai ke London. Dari tangan Aimee pula, Zaman mendapatkan diary Sang Pemilik Warisan, yang nantinya akan menjadi bekal utama Zaman untuk menuntaskan tugas pentingnya kali ini.

Fokus utama novel ini adalah kehidupan Sri Ningsih yang sangat-sangat tidak mudah, dan betapa mengesankannya cara wanita itu menuntaskan episode hidupnya dengan sangat apik. Terlebih lagi, bukan hanya apik untuk dirinya sendiri, tetapi diri Sri Ningsih telah menetap di hati banyak orang yang mengenalnya. Menjadi inspirasi yang tak pernah mati karena kebaikan hati dan budinya.

Sedang Zaman Zulkarnaen, tak ubahnya adalah diri kita yang sedang menelusuri jejak kehidupan Sri Ningsih. Aku sendiri paling terkesan dengan petualangan Zaman di Pulau Bungin. Aku turut merasakannya sesaknya, dan hampir putus asanya. Tere Liye pun dengan apik menggambarkan situasi "sumpek" yang ada di sana.

Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari novel ini. Kalau boleh kubilang, novel ini komplit. Perjuangan hidupnya ada, sejarahnya ada, pelajaran budayanya ada, bahkan kisah cinta yang bikin melelehnya pun ada.

Cobalah nanti kalian baca kisah cinta Sri Ningsih dengan Hakan Karim. Bagaimana cara mereka bertemu, bagaimana pengorbanan yang dilakukan Hakan, kehilangan mendalam yang mereka alami, dan banyak lagi. Kisah cinta yang inspiratif, dan jauh dari galau-galauan :p

Ah iya, selain komplit, kisah dalam buku ini juga bisa dibilang kompleks. Aku curiga Tere Liye mesti menggambar pohon masalah dulu sebelum menyelesaikan Tentang Kamu. Banyak masalah yang saling bertautan, tokoh-tokoh yang saling bersinggungan, dan tentu saja..

Tere Liye tak pernah lupa menyiapkan kejutan di akhir cerita!

Spoiler dikit, setelah menjelajah berbagai tempat, nanti Zaman akan kembali ke salah satu tempat yang pernah disinggahinya. Untuk apa? Menemui siapa? :)

Buku ini memang tebal, 524 halaman. Jujur akupun nggak sanggup menghabiskannya dalam sekali duduk. Bahkan, sempat aku tinggal beberapa lama, sampai akhirnya aku lupa cerita sebelumnya, dan mulai baca dari awal lagi. Tapi sungguh, sama sekali nggak menyesal baca novel bersampul cokelat ini :D

Akhir kata, Sri Ningsih adalah sosok yang benar-benar sempurna untuk frase "hati selapang lautan" :)

Sampai jumpa di review-review selanjutnya, Insya Allah.

Wassalammu'alaikum wr wb.. :)