Jumat, 25 Desember 2020

Hari Bersejarahku

0


Bulan Desember sudah hampir sampai di ujungnya, pertanda saatnya membuat postingan akhir tahun. Tahun lalu, aku absen bikin postingan macam itu. Entah, akhir 2019 atau awal 2020 itu bawaannya maleeeeesss banget. Apa karena bawaan hamil ya? Hahaha, alesaaan.

Sebenarnya, banyak hal mengesankan di tahun 2020 ini. Tapi semua hal mengesankan itu sama-sama tentang si bayi. Mulai dari pertama kali melihat wujudnya yang masih serupa sebutir kacang ijo, mendengarkan detak jantungnya, menikmati gerakan-gerakan kecilnya lewat layar usg, melihat bentuk wajahnya, sampai akhirnya menyaksikannya diangkat dari dalam perutku waktu lahiran. Ya, 2020 ini adalah tentangmu, anakku.

Maka di tahun ini, hanya ada satu hari yang paling bersejarah dalam hidupku, 12 Juli 2020 pukul 18.30 WIB, saat di mana aku terlahir sebagai seorang ibu :)

Sebagai seorang ibu, aku malah merasa diuntungkan dengan adanya pandemi ini. Kantor yang menerapkan WFH mulai bulan Maret benar-benar serasa angin surga. Karenanya aku terbebas dari rutinitas naik krl pagi-sore, bisa cuti mepet banget lahiran (in my case malah ngajuin cutinya setelah lahiran, gegara keburu brojol duluan, wkwk), dan yang pasti diidam-idamkan semua working mom adalah bisa bareng-bareng sama anak tiap hari, bahkan sampai usianya sekarang udah hampir 6 bulan. Sungguh nikmat tiada tara :)

 Banyak hal yang kupelajari sejak masa kehamilan sampai sekarang si bayi sudah bisa diajak bercanda. Tapi satu pelajaran yang paling mendasar adalah:

ketika sudah ada kehidupan yang ditiupkan dalam rahimnya, maka hidup seorang wanita tak akan pernah sama lagi.

Poros kehidupan sudah berganti posisi, ada seseorang yang jauh lebih penting daripada dirinya sendiri. Anaklah prioritas utamanya. Sedari dalam kandungan, begitu diperhatikan asupan-asupan yang masuk dalam perutnya, karena itu juga yang akan berperan untuk tumbuh kembang janinnya. Apalagi ketika bayi itu sempurna telah lahir ke dunia, masya Allah, akhirnya aku merasakan bagaimana rasanya seluruh perhatian tercurah untuk makhluk mungil ini. Belajar menyusui meski awalnya lecet-lecet dan sakit, kurang tidur di minggu-minggu awal (dan seterusnya, haha), belajar memandikan, dan lain sebagainya.

Sebagai alumni persalinan caesar, pasca lahiran adalah masa yang lumayan berat. Mulai dari belajar duduk, miringin badan, sampai belajar jalan. Kalaupun sudah lancar, masih ada sisa nyeri di otot perut kalau dipakai bangun dari posisi tidur, sakit punggung, badan yang masih cepat lelah, dan tentu saja perkara jahitan (jahitanku sempat ada yang lubang dan mesti jahit ulang sebanyak 2 jahitan).

Menjadi ibu baru berarti juga penuh dengan kegalauan. Galau kok ASI nya keluar dikit doang kalau dipompa, galau pas ngga bisa nenangin bayi yang lagi nangis, galau dan takut pas bayi cegukan, pun galau kenapa bayiku kok pup mulu tiap abis nyusu. Tambah galau lagi pas mama dan nenek udah harus pulang ke Surabaya. Besar sekali pertanyaan untuk diri sendiri, sanggup ngga ya aku ngurusin bayiku sendiri?

Alhamdulillah sampai lewat 5 bulan ini, pertanyaan besar itu terjawab juga, ku sanggup rawat bayi gembulku. Masih inget banget awal aku nyoba mandiin si bayi, aku hampir jatuh gegara punggung belum kuat dipakai jongkok lama terus tiba-tiba berdiri. Untung aja belakangku tembok, jadi bisa langsung nyandar. Akhirnya, bak mandi bayi ditaruh di atas kasur tiap mau mandi, dikasi tatakan biar nggak basah, wkwkwk. Udah makin mahir juga nyari posisi yang sama-sama enak untuk nyusuin bayi. Makin paham juga arti tangisan dia, apakah haus, kesel, bosen, minta gendong, atau lainnya. True, being a mother is a never ending learning.

Semesta-ku pun berubah total. Mau ngapa-ngapain mesti mikirin bayi dulu. Sesimpel mau ke minimarket juga mesti mastiin si bayi udah bobo atau udah kenyang. Missing my single time? Yes, sometimes. Kadang rindu juga pergi kelayapan semau sendiri tanpa mesti mikirin siapapun. Kadang rindu ngemall bareng temen, curhat-curhatan. Rindu ke salon creambath pijit berjam-jam dengan santai dan tenang. Dan bahkan kurindu teman-teman kantorku beserta rutinitasnya. Hahaha, banyak sekali yew yang kurindukan :p

But it's ok, kerinduan itu toh hanya muncul kadang-kadang. So far hari-hariku membahagiakan sekali dengan lihat senyuman si bayi, tatapan matanya ketika lagi menyusu, dengerin suara imutnya kalau lagi teriak-teriak atau ketawa. Masya Allah, she brings so much joy and happiness into my life :)

Kelamaan nggak nulis, tulisanku jadi nggak sistematis begini yak, wkwk. Akhir kata di akhir tahun ini, aku bersyukur atas apa yang Allah karuniakan kepadaku. Suami yang pengertian (walau sering ngeselin juga, hahaha), anak yang lucu dan sempurna, keluarga yang sehat dan berkecukupan, pekerjaan yang baik, udara gratis untuk bernafas, kemudahan untuk menjalankan ibadah, dan banyaaak nikmatNya yang tidak bisa dihitung satu per satu. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah.

Selamat datang 2021, semoga banyak hal baik terjadi di tahun depan :)

Rabu, 16 September 2020

Pertemuan Paling Indah

0

12 Juli 2020
.
Jam setengah 4 sore lagi santai-santai ngobrol sama suami, sampai tiba2 aku ngerasa ada bunyi "puk" dari dalem perut. Sempet ngebatin apaan ya tadi, tapi lanjut aja ngobrol. Pas ke kamar mandi, barulah sadar kalau ada cairan yang mengalir, yang setelah kukonfirmasi ke mama, fix ini air ketuban. Yap, ketubanku pecah.
.
Buru-buru aku sama suami capcus ke RSIA yg emang tempat kontrol rutin dan kami rencana lahiran di sana. Jam 5 baru dipanggil bidan untuk observasi. VT sama bidan, hasilnya ngga ada pembukaan dan posisi bayi masih tinggi. Akhirnya cek denyut jantung janin selama 20 menit. Jam setengah 6an, dokter Della ambil alih utk VT (lagi) dan USG. Hasil masih sama, ditambah fakta kalau ketuban di dalem perut udah tinggal dikit banget nget nget. Aku diberi opsi induksi atau operasi hari itu juga. Dipanggil lah suami ke ruang observasi, kami ngobrol.
.
Ngga pernah kebayang kalau aku mesti operasi, tapi saat itu aku cuma mikir kondisi bayi yg udh ga bisa berenang2 tanpa ketuban. Apakah dia ngga akan tersiksa dgn jalan induksi? Apakah dia akan bertahan melaluinya? Akhirnya setelah diskusi sama suami, aku juga sempet telpon mama, kami mutusin utk operasi aja. Bismillah 😊
.
Singkat cerita. Jam 18.35, suara tangisnya memenuhi telingaku. Dokter Della mengangkatnya, menunjukkan kondisi bayiku yg agak hijau krna ketuban dah habis. Aku cuma bisa nangis sembari membatin "alhamdulillah, allahu akbar, Allah yg menuntun keputusan operasi ini" 🥰
.
Azkiya Almahyra, terima kasih sudah sangat baik hati selama berada di perut mama 38 minggu ini. Terima kasih sudah bertahan di tengah ketuban yg tinggal sedikittt. Terima kasih sudah menjadikan aku dan @rizkhap seorang mama dan ayah 😊
.
We love you, Nak 😘
.
.
.
#birthdate #birthstory

Sabtu, 30 Mei 2020

Selangkah Lebih Dekat

0



Halo, assalammu'alaikum dekbaby nya Mama sama Ayah :)

Waktu terasa berjalan amat cepaaat, nggak berasa sekarang udah masuk minggu ke 31. Berhubung belum 35 week, masih belum bisa ketemu Dokter Della, akhirnya kita kontrol lagi ke Klinik Kehamilan Sehat, beberapa hari sebelum Lebaran.

Ada yang bikin aku deg-degan di kunjungan kali ini, apa lagi kalau bukan soal posisi dekbaby. Seperti yang sudah kuceritakan di postingan sebelumnya, posisi dekbaby di usia kehamilanku yang 7 bulanan tuh masih melintang. Jadilah setelah kontrol waktu itu, aku ikutan prenatal yoga yang salah satu materinya soal optimalisasi posisi janin. Tentulah kelasnya onlen yaaa, si covid bener-bener nyusahin emang. Tapi thanks to teknologi yang membuat segalanya mungkin. Oh ya, kelas prenatal yoga yang aku ikutin ini digelar sama klinik BWCC, instrukturnya seorang bidan, namanya mbak Pipit. Selain bidan, beliau juga instruktur yoga, dan ahli hypnobirthing juga. Biasa di sesi pendinginan tuh praktek hypnobirthingnya, selalu sukses bikin ketiduran dan rileks banget.

Ikut kelas prenatal yoga ini menurutku penting banget, karena ilmu yang kita dapat tuh nggak hanya soal gerakan dan manfaat gerakan yoganya, tapi juga pas sesi sharing itu banyak ilmu yang didapat. Mbak Pipit suka sharing soal proses lahiran dua anaknya, terus juga ditanya-tanya kondisi kehamilan kita gimana, keluhan-keluhan selama kehamilan ada atau nggak, plus tips-tips biar lahirannya lancar. Selain cat pose, yang fungsinya membantu bayi untuk parkir alias mencari posisi yang tepat untuk persiapan lahiran, latihan napas perut juga penting banget.

Jadi, demi mengingat posisi dekbaby yang masih melintang, aku rajin mengulang gerakan cat pose dan latihan napas setiap selesai sholat. Ditambah gerakan sujud beberapa kali hitungan. Jadi, di edisi kontrol kali ini, aku penasaran banget posisi dekbaby apakah kepalanya udah di bawah atau belum.

Tibalah saat USG! Jeng jeng jeeeenngg... Dokter bilang, "oooh, udah di bawah ini kepalanya". Alhamdulillah, aku pun bisa bernapas lega. Nggak sia-sia rupanya aku rajin latihan napas, sujud, dan cat pose. Dan berdoa sama Allah tentunya, supaya dekbaby bisa berubah posisi. Oiya, yang nggak kalah penting juga adalah sounding terus ke baby, kasih tau kalo kita lagi ikhtiar untuk lahiran, meminta dia untuk ikhtiar juga, pokoknya banyak-banyak afirmasi positif buat diri sendiri dan dekbaby :)

Di usia kehamilan yang hampir 8 bulan ini, utamanya ketika ternyata posisi kepala baby sudah di bawah, aku ngerasain sakit/nyeri di bagian pangkal paha. Omaigattt sakitnya tiap dipakai gerak, dipakai jalan, dan lain-lain. Pas aku tanyakan ke dokter, dokter bilang itu wajar karena ya beradu sama tulang kepala bayinya. Aku diminta untuk lebih banyak jalan kaki, nggak terlalu banyak duduk, tapi nggak terlalu banyak berdiri juga. Hahaha, gimana nggak kebanyakan duduk lah kalau lagi WFH begini kan. Akhirnya aku mengagendakan jalan pagi minimal tiga kali seminggu, minimal sejauh 1 km. Dan it works sih, karena nyeri di pangkal paha kirinya makin berkurang rasanya, dibuat jalan juga udah nggak susah. Alhamdullillah :)

Selain nyeri di paha, aku juga udah mulai berasa begaaahhh perutnya, hehe. Sejauh ini bobot udah naik 9 kg, tapi kata dokter, baby-nya masih selisih 200 gr-an dari bobot seharusnya, tapi masih oke. Jadi aku nggak diminta untuk naikin bobot baby, cuma disuruh rajin minum vitamin sama nutrisi makanannya dijaga. Tidur juga udah mulai nggak nyaman, berusaha miring ke kiri terus walau kadang berasa pegel. Mulai sering kebelet buang air kecil juga.

Di antara semua ketidakmudahan menjalani trimester tiga ini, satu tendangan kecil dari dekbaby mampu meruntuhkan semua kelelahan dan sakit yang dirasakan. Ajaib memang. Di satu waktu aku bisa ngerasa engap, sakit di paha, bete maksimal, tapi ketika dekbaby di perut bergerak-gerak, seketika senyum tersungging, lupa sama semua rasa bete yang tadi. Adanya cuma happy :)

Delapan bulan, kita sudah selangkah lagi lebih dekat ya, dekbaby Mama. Semoga Allah lancarkan dan mudahkan segalanya untuk pertemuan kita. Sehat-sehat dan kuat-kuat untuk bertumbuh dan berkembang di dalam perut Mama ya, Aamiin :)

Sampai bertemu di sesi kontrol berikutnya, insya Allah :)

Kamis, 21 Mei 2020

Melihat Wajahmu untuk Pertama Kalinya

0



Bismillahirrahmaanirrahiim

Hari itu tanggal 20an April, sudah waktunya kontrol lagi ke dokter. Mama sama Ayah udah sepakat sejak awal kalau kita akan ketemuan sama dokter satu bulan sekali, biar segala sesuatunya bisa terpantau secara teratur. Panik dan bingung adalah ketika Mama dan Ayah berangkat ke RSIA, daftar seperti biasa, tapi ternyataaaaa gegara covid-19 ini, RS memberlakukan peraturan baru, antara lain Bumil yang boleh cek ke dokter adalah yang usia kehamilannya minimal 35 minggu dan/atau ada keluhan berat. Mama yang masih belum genap 7 bulan dan nggak ada keluhan berarti, otomatis nggak masuk kriteria itu. Bingung harus bersyukur atau gimana, tapi yasudah, akhirnya Mama pulang, sambil memutar otak harus cek/usg di mana. Bagaimana mungkin Mama sama sekali nggak ngecek kandungan sampe 2 bulan ke depan. Itu nggak mungkin banget!

Akhirnya Mama browsing sana-sini soal klinik kehamilan yang deket rumah. Alhamdulillah nemu, Klinik Kehamilan Sehat, namanya. Tanggal 25 April tepatnya, Mama sama Ayah berkunjung ke sana. Protokol kesehatan untuk penanggulangan covid-19 sudah tampak di pintu masuknya, bikin secure sih, insya Allah aman kalo kayak gitu kondisinya. Sebelum masuk klinik, Mama sama Ayah diminta ngisi formulir kondisi kesehatan, pake hand sanitizer, pake masker, dan dijelaskan tata cara periksa selama ada pandemi ini. Setelah masuk, kursi di ruang tunggunya juga menerapkan physical distancing.

Beberapa saat Mama agak ngerasa amazed sama kliniknya. Nggak begitu besar, memang. Tapi ternyata klinik ini sudah punya banyak cabang di berbagai kota. Beberapa di antaranya juga udah mengakomodasi proses kelahiran pervaginam alias normal. Tapi kalau yang di tempat Mama periksa kali ini sih, baru klinik untuk periksa aja, belum melayani persalinan.

Setelah daftar, Mama dipanggil perawat untuk didata (karena pasien baru). Selanjutnya, cek tekanan darah dan berat badan. Alhamdulillah tekanan darah normal, dan (akhirnya) bobot Mama mencapai angka 60, hahaha. Ini berarti naik 7 kilo dari sebelum Mama hamil. Nggakpapa, yang penting kamu sehat, Nak. Kelar cek awal, Mama diminta menunggu dipanggil masuk ke ruang periksa.

Syukurlah Mama dapat urutan ke tiga, masih sepi. Karena saking semangatnya mau ketemu anak sholehahnya Mama nih, jadi Mama sama Ayah berangkat lebih awal. Setelah dipanggil, Mama sama Ayah masuk ke ruang periksa. Mama langsung diarahkan ke bed untk USG. Awalnya USG 3D kayak biasanya, yang hitam putih itu. Mama dijelasin beratnya kamu, posisi kamu (yang ternyata masih nyungsang dengan kepala di perut Mama sebelah kiri), dan HPL. Nah, setelah itu adalah sesi yang Mama tunggu-tunggu banget!

Akhirnya, Dokter mengalihkan untuk USG 4D dan tadaaaaaa...

Masya Allah, untuk pertama kalinya Mama bisa melihat wajah kamu, Nak :")

Yang paling menarik perhatian ya hidung kamu, hihihi. Perpaduan hidung Mama yang lebar, dan hidung Ayah yang mancung :D

Rasanya terharuuu sekali bisa lihat wajah bayi yang sehari-hari nemenin Mama bangun pagi nyiapin sahur, ikutan Mama rapat via aplikasi Zoom, bergerak-gerak heboh setiap Mama ngerasa laper, dan kemana-mana Mama bawa di dalam perut selama hampir 7 bulan ini. Sehat-sehat ya, Nakku :)

Selesai periksa, Mama dipesankan dokter supaya banyak-banyak sujud (biar kamu segera berputar alias pindah posisi kepala di bawah), banyak minum air putih, dan minum vitamin dengan teratur pastinyaa. Alhamdulillah so far puas dengan pelayanan di klinik ini. Walaupun Mama nggak terlalu banyak diskusi dengan dokternya, beda kalau pas sama dokter Della. Nggakpapa, sementara aja kita periksa di sini, sampai 35 weeks nanti bisa ketemu dokter Della lagi :)

Sampai jumpa di USG bulan depan ya, Nak. Mama dan Ayah sayang sekali sama kamu :)




Kamis, 16 April 2020

Dua Degup Dalam Satu Tubuh

0

11 weeks you
Bismillah, deg-degan mau bikin postingan kali ini. Karena postingan ini tentangmu, Nak. Tentang degup yang berdetak di dalam tubuhku, yang bersisian dengan degupku sendiri.. :)

Bulan awal, aku tidak menyadari kehadiranmu. Aku malas-malasan bangun pagi, jadi sering dapat KRL yang agak siang. Aku bawa kamu berdesak-desakan dengan banyak orang, sampai pernah suatu ketika aku nyaris pingsan karena kehabisan napas, berada di tengah himpitan manusia yang tinggi-tinggi. Belum cukup sampai di situ, aku bawa juga kamu dinas ke Tasikmalaya, di wilayah desa pesisir, tepatnya. Perjalanan jauh, jalan berkelok, mabuk perjalanan. Super kelelahan, sampai aku ngorok di mobil, disimak para stakeholder, hahahhaa.

Sepulang dinas, aku menyadari bulanan yang belum datang juga. Sampai akhirnya aku tahu, ada yang sudah hadir dalam rahimku :')

Setelahnya, bulan kedua, adalah bulan yang memabukkan. Sickness yang tak hanya aku rasakan ketika morning saja. Beberapa kali aku ambil cuti karena pusing di pagi hari, sampai nggak sanggup berangkat ke kantor. Jangankan ngantor, bangun saja sulit. Mual dan muntah yang tak bisa aku prediksi. Kadang pagi, siang, sore, pun malam hari. Tapi aku tetap berusaha makan teratur, walaupun jarang makan nasi, karena nggak selera dan eneg aja bawaannya kalau lihat nasi. Susu hamil pun cuma aku minum tiga kali, nggak sangguppp mualnyaaah >.<

Sejak bulan ke 2, kita rutin periksa setiap bulan. Aku sama Rizki nggak sabar setiap nunggu jadwal kontrol, kami nggak sabar ketemu kamu, walau hanya lewat layar monitor. Minggu ke 11 adalah pertama kalinya kami mendengarkan degup jantungmu. Masya Allah, rasanya ada keajaiban yang sedang hidup dalam diriku.. :)

Sejak tahu kamu sedang bertumbuh di dalamku, aku ekstra hati-hati membawa diri. Apalagi di minggu-minggu awal. Aku bangun dan berangkat lebih pagi dari biasanya, supaya bisa dapat tempat duduk di KRL. Nggak terhitung berapa kali aku bersitegang dengan orang yang nggak percaya kalau aku hamil dan perlu tempat duduk (secara perutnya belum nampak buncit). Sampai akhirnya punya pin bumil pun, aku juga masih harus berjuang untuk dapat tempat duduk. Jakarta keras, tapi aku lebih kuat, karena ada kamu :)

Memasuki bulan ke 4, mual-mual tiba-tiba saja menghilang, berganti doyan makan apapun juga. Alhamdulillah, jadi lebih seger badan karena udah nggak muntah. Aku juga bisa banyak makan biar kamu juga terpenuhi nutrisinya. Nggak lupa juga kuminum vitamin yang diresepkan dokter. Oh iya, dokter yang selama ini menemani kami bertemu kamu tiap bulan, namanya Dokter Della. Dokter favorit di RSIA tempat kita rutin ketemuan, yang nyari jadwalnya harus satu bulan sebelum jadwal konsultasi.

Waktu terasa berjalan begitu cepat, Nak, sekarang sudah minggu ke 26 kamu ada di rahimku. Bulan ke 5 adalah bulan dimana pertama kali aku merasakan gerakan-gerakan kecilmu. Awalnya memang nggak begitu terasa. Tapi semakin lama, sampai sekarang, aku bisa merasakan tendangan-tendangan kamu kalau aku lagi lapar. Pasti kamu juga lapar ya? Minta mamam ya? :3

Sekarang, aku bahkan bisa melihat perutku bergerak-gerak kalau kamu lagi gerak-gerak di dalam. Masya Allah, tumbuh dan berkembanglah dengan sehat dan sempurna ya di dalam rahimku. Semoga aku bisa membuatmu nyaman selama di sana. Maaf kalau aku masih suka malas jalan pagi, malas berjemur pagi. Segera, aku sedang mempersiapkan saat-saat pertemuan kita di dunia luar, Nak. Insya Allah nanti akan menjadi peristiwa indah yang tidak akan aku lupakan :)

Aku mengawali postingan tahun ini dengan tulisan tentangmu, Nak, karena aku amat bersyukur atas kehadiranmu sejak akhir tahun 2019. Bismillah ya, Nak, kami sudah menyiapkan nama yang berisi doa kami untukmu. Semoga kamu nanti juga suka :)

Oh iya, beberapa hari yang lalu, nenek dan iyut uti bikin pengajian 7 bulanan di Surabaya. Ngundang 5 orang takmir masjid untuk doa-doa di rumah. Mendoakanmu, mendoakan aku juga. Nak, mereka menyayangimu seperti aku menyayangimu juga. Aku bisa mengelusmu setiap hari, setiap aku ingin. Mereka juga mengelusmu melalui doa-doanya dari jauh, melalui rindu-rindu yang mereka sampaikan kepadaku, juga melalui senyum bahagia mereka setiap aku tunjukkan perkembangan-perkembanganmu. Sayangi mereka juga nanti ya, Nak :)

Di sini pun juga banyak yang sayang sama kamu, babeh, nyak, om, pakde, bude, mas, dan banyaak lagi. Doa-doa ketika memasuki bulan ke 4 juga sudah dipanjatkan. Sama tulusnya, sama khidmatnya :)

Wah, udah lumayan panjang. Next, sepertinya masih akan jadi postingan tentangmu, Nak. Aku begitu bersemangat ingin mencatatkan setiap proses kehamilan ini. Aku ingin mengabadikannya, hingga nanti kamu bisa membacanya sendiri :)

Udah malam, Nak. Yuk kita istirahat. Ayah dan Mama sayang kamu, A :)