Minggu, 28 April 2013

bolehkah aku mengenalmu sekali lagi?

6

bolehkah aku mengenalmu sekali lagi?
tentu tidak dengan berliter air mata yang kuurai di kedua pipimu
aku akan memastikan keduanya bersemu merah, seperti biasanya

bolehkah aku mengenalmu sekali lagi?
tentu tidak dengan kekurangajaranku yang melukai kelembutan hatimu
aku janji aku akan membuat kerangkeng besi dengan jutaan gembok, agar hatimu aman berada di tempatnya
iya, maksudku benar-benar aman, bahkan dari aku sekalipun

bolehkah aku mengenalmu sekali lagi?
tentu saja tidak dengan ketidakbisaanku memenuhi janji yang kuucapkan padamu
aku akan menciptakan reminder kecil
di mana aku akan menuliskan janji-janjiku untukmu di sana
oh iya, aku akan menambahkan beberapa jepit jemuran yang bisa menjepitku dengan otomatis jika aku bahkan masih dalam tahap berniat untuk ingkar

bolehkah aku mengenalmu sekali lagi?
tentu saja tidak dengan mulut kasarku yang kadang lidahnya bergerak semaunya tanpa aturan
kata orang memang lidah tak bertulang, bukan, tapi seringkali dia yang sangat berpotensi memberi gores luka
memang kamu tidak berdarah, tapi aku tau hatimu bersimbah
jadi kupastikan aku akan selalu membawa lem, lem apa itu namanya, yang lekatnya paling kuat
biar kubungkam sendiri mulutku rapat-rapat kalau ia mulai tak sopan

bolehkah aku mengenalmu sekali lagi?
tentu tidak dengan ke-diam-seribu-bahasa-an-ku ketika kamu tak sengaja berbuat salah
membiarkanmu lelah dalam kebingungan yang menyesak, membuatmu tersiksa dengan rasa bersalah
aku akan membawa buku catatan kecil, kalau-kalau penjelasanku kurang bisa kamu mengerti
jadi kamu akan sangat paham dan tahu apa yang harus kamu lakukan

bolehkah aku mengenalmu sekali lagi?
tentu tidak dengan ketiadaan waktuku untukmu, membiarkanmu kesepian seorang diri
aku pastikan nanti kamu akan punya waktu khusus untuk menemuiku
ah iya, bahkan kamu yang akan bebas menentukan jadwalnya sendiri

bolehkah aku mengenalmu sekali lagi?
bolehkah?
nanti jika perih yang kugores sudah tertutup oleh benang-benang fibrin yang sudah kubayar lebih untuk lebih cepat menyembuhkan lukamu
nanti jika waktu bisa kusuap untuk benar-benar menyembuhkanmu--kata mereka biar waktu yang menyembuhkan segala-- apa itu juga berlaku buatmu?

bolehkah??

Rabu, 24 April 2013

Tempat Pulang

0



"Seneng ya, kamu udah sukses banget sekarang. Aku bangga sama kamu!," kataku sambil meninju lenganmu.

"Sudahlah, berlebihan kamu ini.."

"Nggak lah, Fer. Aku sebutin satu-satu nih, ya. Jadi penulis terkenal, udah apa belum?," tanyaku.

"Mmm, udah sih, lumayan.."

"Punya bisnis sendiri?"

"Udah juga, walaupun masih kecil-kecilan, hehe.."

"Dapet penghargaan penulis muda paling menginspirasi?"

"Udah.. Ah, udahlah Ema, cukup.."

"Kaaan, apa aku bilang! Kamu keren, Fer. Kamu akhirnya bisa raih semua yang kamu pengen. Aku masih inget lho waktu SD dulu kamu pernah bilang ke aku, kalo kamu pengen jadi penulis terkenal suatu saat nanti. Kamu memulai semuanya dari nol, dan kamu berhasil.. Hmm.."

"Kan karena kamu juga selalu kasi aku semangat. Nggak kerasa ya, kayaknya baru kemarin aku jatuhin kamu di lapangan sekolah, kamu nangis sejadi-jadinya, sampe aku dipanggil kepsek. Tapi malah bisa deket sampe sekarang..,"

Aku melihat Ferdi tergelak. Aku tersenyum.

"Kamu udah punya semuanya, Fer.. Nikah sana, lho.."

"Belum, aku belum punya semuanya.."

"Apa lagi yang kurang?"

Ferdi lantas berdiri meninggalkan kursinya. Berjongkok di hadapanku.

"Kurang kamu. Kurang kamu, tempatku pulang dengan semua mimpi-mimpiku..."

Tempat ku tuju segala angan dan harapan
Tempat ku padu cita-cita dan impian
Tempat ku tuju setiap langkah yang berarti
Tetap menyatu dalam hasrat dan tujuanku slalu

My (Ordinary) Boss

0

"Jo, aku nggak tau kenapa jadi begini. Aku harus gimana??", Arina meminta jawaban dariku yang sedari tadi kebingungan melihat tingkahnya di hadapanku.

"Rin, jujur ya, aku.. Aku nggak biasa ngeliat kamu yang.."

"Yang kayak apa? Yang kayak gini? Yang merengek seperti anak ayam kehilangan induknya?," potongnya cepat. Arina yang ini masih kukenal, tapi yang merengek beberapa menit sebelumnya, entahlah.

"Entahlah.. Memangnya dia udah ngelakuin apa, sih, sampe kamu bingung kayak gini?"

"Dia membuat aku, membuat aku sejenak menjadi perempuan biasa.."

"Perempuan biasa? Maksudnya?," aku mengernyitkan dahiku tanda tak paham. Arina, perempuan baja rekan kerjaku beberapa tahun belakangan, yang kini sudah satu tingkat jabatan di atasku, membuatku kebingungan dengan pembicaraannya yang mbulet. Sangat berbeda dengan Arina yang tegas, yang kata-katanya cenderung menusuk alias ceplas-ceplos bisa jadi se-membingungkan ini. Ada apa? Aku bertanya-tanya dalam hati.

"Iya, Jo. Perempuan biasa, yang akhirnya harus mengakui kalau aku juga bisa.."

"Bisa apa?"

"Bisa jatuh cinta," tukasnya cepat. Sepertinya dia tidak ingin terlihat lemah saat mengatakannya. Dia ingin tetap terlihat kuat saat mengatakannya, seakan tidak ingin menghilangkan kesan bahwa ia bukanlah wanita yang lemah, yang kemudian menggunakan perasaan sepenuhnya dalam menghadapi ke-jatuh-cintaan-nya.

"Wooow! Selamat, Arinaa, my Boss! Jadi, sekarang, siapa orangnya? Siapa orangnya yang ternyata bisa membuatmu melemah sejenak dan mengakui kalau kamu jatuh cinta?"

"Ada, deh!"

Arina mengerling tepat di depanku dan membuatku nyaris tersedak kopi yang sedang kuseruput. Cinta. Ya, cinta..

Minggu, 21 April 2013

:3

0

ketika kamu mengatakan sudah pada banyak pencarian

ketika kamu merasa cukup untuk segala keinginan

ketika kamu menemukan pelabuhan terakhir dari jutaan kilo perjalanan

ketika kamu menemukan sebelah hatimu

ketika kamu bisa melihat bintang,
bukan yang paling terang, tapi yang tak lelah untuk bersinar

ketika kamu bisa menemukan embun,
bukan yang paling bening, tapi yang paling setia datang setiap pagi menjelang, sekalipun matahari menyirnakannya dengan panas

ketika kamu sudah memilih senja,
bukan yang paling indah, tapi yang paling bisa membuatmu merasa tenang

ketika kamu menemukannya dalam bayangan masa depan yang ingin kamu jalani

ketika kamu akhirnya bertemu dengannya
yang tidak selalu di sampingmu
tapi bisa membuatmu yakin dan merasa bahwa dia masih ada untukmu

Rabu, 17 April 2013

waiting your call

0

phone love wait call graphic

Masih teringat jelas di kepalaku. Beberapa tahun silam, gadis cantik itu menggenggam tanganku erat. Mata bulatnya digenangi air. Seperti luka, seperti keterpaksaan. Aku hanya bisa menyeka tetesan itu dengan punggung tanganku. Aku mencoba tersenyum, supaya dia merasakan juga bahwa akupun berusaha kuat. Supaya kekuatanku sampai kepadanya. Pada akhirnya, aku hanya sanggup melihat langkahnya yang menjauh. Memandangi punggungnya, sampai hilang di balik pintu.

Masih juga terdengar nyata, ketika ia bernyanyi di dalam mobilku. Ya, dia suka sekali menyanyi. Aku tak pernah keberatan, suaranya indah. Walaupun, seandainya suaranya cempreng sekalipun aku akan tetap tidak keberatan mendengarnya bernyanyi. Suaranya, ada energi tersendiri ketika aku mendengarkan suaranya. Aku merasa hidup.

Aku mengamati ponsel-ku. Memutar-mutarnya sejenak. Aku menimbang-nimbang niatku. Aku sudah membeli pulsa lebih untuk agenda yang satu ini. Tapi mungkin, aku terlalu takut memulai.

"Ayo, telponlah.. Telpon aku, sedetik saja..", batinku.

Aku meletakkan ponselku menjauh. Aku teruskan memandangi langit-langit kamar. Aku bisa melihat bibir mungilnya yang bergerak-gerak lucu ketika bernyanyi. Aku masih ingat perjalanan jauh yang kami habiskan bersama. Sepanjang jalan dia bernyanyi, aku diam menikmati. Sampai-sampai dia tertidur pulas di sebelahku. Tanpa sadar aku tersenyum, tapi juga merasa pedih.


Waiting for your call, I'm sick, call I'm angry
Call I'm desperate for your voice
Listening to the song we used to sing

Aku segera menyambar ponselku, berharap kalau...

"Halo? Miranda??"

"Miranda? Kamu masih belum bisa ngelupain dia ya?", suara di seberang tampak sedih dan tersakiti.

Aku menunduk, merasa bersalah mengakuinya pada kekasihku.

Kapan Putus?

1



"Si Anya emang udah keterlaluan, Cyn. Masa dia seenaknya aja ngebatalin janji yang udah dia bikin sama gue. Ini udah berkali-kali, bukan sekali-dua kali. Parahnya, gue juga selalu nge-gep-in dia jalan sama cowok pas dia ngebatalin janji sama gue. Gimana gue nggak keki, coba..", Ari menceritakan kelakuan pacarnya dengan berapi-api. Gue yang sedari tadi cuma menjadi pendengar, menyeruput teh sedikit demi sedikit, gue berdoa dalam hati semoga secangkir teh manis ini cukup untuk mendengarkan keluhannya.

"Yaudahlah, ini juga bukan sekali dua kali lo ke rumah gue, ngejelasin panjang lebar kelakuannya Anya. Kalo emang udah keterlaluan dan lo ga bisa kasi toleransi lagi, putusin aja..", kata gue enteng.

"Nggak bisa, Cyn.."

"Kenapa nggak bisa?"

"Mungkin ini yang namanya udah terlanjur sayang sama orang.."

"Ah, dasar norak!", gue tertawa mendengar jawabannya barusan. Atau mungkin juga gue sedang menertawakan diri gue sendiri.

*   *   *

"Cyndi, akhirnya gue putus sama Anya!"

"Oh ya? Kapan?", bodohnya, mungkin gue nggak sempet menyembunyikan kegembiraan gue demi mendengarkan berita putus itu.

"Kok lo kayaknya girang banget?"

"Hah? Mmm, anu, yaa, kan gue seneng gitu akhirnya lo nggak tersiksa lagi, nggak sering marah-marah lagi gara-gara kelakuannya Anya.. Eh, btw, itu siapa yang di mobil lo?"

"Ooh, gitu. Oh iyaa, nih, kenalin.."

"Tasya.."

"Cyndi.."

"Kenalin, Cyn, dia cewek gue yang baru..."

"Ooohh..."

ku menunggu, ku menunggu kau putus dengan kekasihmu
ku kan slalu di sini untuk menunggumu..

Senin, 15 April 2013

Tanya Tak Terjawab

0

Kenapa ya? 

"Nez, mana Dyon?", tanya Fajar mengagetkan aku yang sedang melamun di depan monitor komputer.

"Hah? Dyon? Nggak tahu, Jar. Katanya ntar mau ke sini, tapi ga tau jam berapa. Kenapa?"

"Gapapa, tanya aja. Heh, kamu ngapain? Ngelamun melulu, kesambet baru tau rasa! Hahaha", katanya sambil menarik ujung rambutku.

"Siaaall, jangan tarik-tarik rambutku, Jaar..", akupun meninju lengannya. Sejenak kemudian aku tertawa terbahak-bahak melihat Fajar meringis dang mengusap-usap lengannya. Hahaha. Rasain, tuh!

Keributan kecil itu masih terjadi ketika Dyon masuk ruangan untuk menemuiku.

"Nez, pulang, yuk..", kata Dyon.

"Pulang sekarang, Yon??"

"Iya, ayok, sekalian jemput adek dulu, baru nganterin kamu pulang. Nggakpapa, kan, mampir dulu?"

"Nggakpapa lah! Bentar ya, aku siap-siap dulu.."

"Jaaar, tasku mana?? Kamu sembunyiin yaa? Ayooo, manaa???", aku menarik-narik baju Fajar sampai dia akhirnya memberikan tasku yang dia sembunyikan. Haah, anak ini memang nggak ketulungan usilnya.

Aku dan Dyon keluar ruangan dan menuju tempat parkir. Di lobi kampus, aku bertemu Nana, temanku, teman Dyon juga. Kamipun saling menyapa.

"Yang, Nana tuh kok bisa ya, jadi cewek anggun banget, lemah lembut, gitu..", kata Dyon setelah Nana berlalu ke arah yang berlawanan.

Aku cuma diam sambil mengingat-ingat kejadian di ruangan tadi, aku yang ribut dengan Fajar.

Iya ya, pertanyaanku belum terjawab. Kenapa ya.. Batinku.

Minggu, 14 April 2013

pertanyaan

0

- sekiranya anak manusia pasti pernah bertanya-tanya

mengapa dirinya bisa dicintai

bagaimana bisa dirinya dilabuhi hati si pencari

dan apakah yang membuat pengelana menemukan dirinya sebagai tempat terakhir untuk ribuan perjalanan -

Minggu, 07 April 2013

Tuntutan atau Sekedar Pertanyaan ??

4

Beberapa hari yang lalu, aku menemui salah seorang dosen favorit untuk membicarakan proyek penulisan jurnal jurusanku. Setelah membicarakan jurnal-jurnal yang harus diedit, sambil menunggu file-nya selesai dan ditransfer ke flashdisk, kami mengobrol. Beliau bercerita mengenai beberapa anak bimbingannya yang sudah lulus.

Dosen: Saya lho, kapan hari disms sama si ***** sama ******, mereka ini pada galau belum dapat kerja. Weees, wess. Dulu nggalauin saya pengen cepet lulus, sekarang udah lulus juga galau belum dapet kerja (cerita beliau sambil senyum dan geleng-geleng). Kamu nggak galau juga Ul ??

Aku: Waduh, kalau saya sih, Pak, kadang-kadang ya galau kalau ditanya 'sidang kapan?' atau 'kapan lulus?', yaa galaunya mahasiswa tingkat akhir. Tapi yaa nggak terlalu diambil hati juga, Pak. Masalahnya, selama kita hidup, pasti juga selalu dapet pertanyaan-pertanyaan semacam itu, cuma stage-nya aja yang beda.

Dosen: Ha? Gimana itu maksudnya?

Sabtu, 06 April 2013

I'll be there

0

"Nando?? Kamu ngapain??", aku membuka pintu dan terperanjat mendapati sosok Nando di sana. Badannya basah kuyup, sedikit menggigil karena kedinginan.

"Sini masuk, sebentar ya, aku ambilin handuk. Ya ampuun.. Kamu ini..". Aku berlari masuk kamar adikku, mengambil selembar handuk dan kaos untuk ganti pakaian Nando. Aku kembali ke ruang tamu, memberikan baju ganti dan handuk itu padanya, lalu pergi ke dapur menyeduhkan teh panas supaya bisa sedikit menghangatkan badannya.

"Jadiiii, kamu ada apa malem-malem begini?? Hujan-hujan segala lagi, kamu bawa jas hujan kan sebenernya?"

"Bawa", jawabnya pendek sambil pelan-pelan menyeruput teh di genggamannya.

"Kamu ini selalu, deh, dari kecil kok hobinya hujan-hujan. Eh, kamu udah makan?"

"Belum"

Jumat, 05 April 2013

Nikah Muda: Ketika Wanita Komunikasi dan Manajemen Bertemu

1

Hari ini aku nganterin seorang temen paketan (disebut paketan karena apa-apa mesti barengan sama dia sejek semester 1, hahaha) untuk ketemu temen SMA di fakultas sebelah. Niatnya ya, nyari info mengenai dunia industri kreatif. Jadi, ceritanya, si temen paketan, namanya Redha, topik skripsinya berkaitan sama kreativitas dan lagi butuh obyek penelitian. Jadilah kubawa dia menemui temen SMA-ku, namanya Vita di fisip. Awalnya perbincangan ya masih sesuai topik, lama-lama ya melenceng juga, hahaha. Gara-garanya ngebahas temen-temen yang udah pada nikah, tunangan, lamaran, dan sebagainya.

Vita kuliah di jurusan komunikasi yang pelajarannya sangat-sangat dekat dengan dunia kita sehari-hari. How to interact with people, and many more. Nah, salah satunya yaa mengamati fenomena menikah muda. Kalo mau diceritain keseluruhan percakapan sih mungkin nggak cukup di satu postingan aja. Maka dari itu, di postingan ini, aku cuma mau membagi sekelumit hal menarik yang tadi jadi pembicaraan kami bertiga. Di tengah obrolan, Vita cerita tentang wejangan dosennya yang sudah senior, dan sekarang sudah pensiun. Beliau pernah kasih wejangan begini "Heh, kalian pikir nikah itu isinya bahagia terus? Nikah itu tanggung jawabnya besar, nggak main-main.."