Kamis, 28 Juni 2012

Ketika Ketulusan Menulis Diuji :)

2

Semakin banyak media menulis saat ini membuatku pusing. Hingga kadang ketulusan dalam menulis pun rasanya seperti mendapat ujian tersendiri. Bagaimana tidak, ada kalanya aku sengaja mencari topik bahasan. Supaya menarik, supaya banyak yang membaca, supaya dapet komen banyak, supaya jadi highlight, supaya jadi headline, dan banyak supaya supaya lainnya. Aku akui itu melelahkan. Kesenangan menulis bisa terhapus begitu saja ketika tulisan yang sengaja diatur sedemikian rupa malah sepi pembaca.

Untung saja itu belum sering kualami. Jadi aku berusaha mengembalikan semua ke jalur awalnya. Di media itu, orientasiku menulis jadi sedikit berubah. Gaya dan tujuan menulispun menjadi lebih bervariasi. Ini bagus untuk pengembangan diri. Tapi aku tidak mau kesenanganku hilang.

Menulis itu kesenangan, bukan kewajiban ataupun tuntutan. Itu yang selama ini selalu aku pegang kuat. Sehingga perasaan lega dan senang setelah menempatkan tanda "titik" di akhir tulisan itu tetap bisa dipertahankan. 

Karena bagiku, sebenarnya, menulis itu bukan tentang orang lain. Tapi lebih pada diriku sendiri. Bahwa pembaca, follower, komentar, dan semua efek dari tulisan yang aku buat hanyalah bonus. Bonus yang hanya akan membuatku semakin senang, dan tidak mempengaruhi kesenanganku setelah berhasil membuahkan satu tulisan.

Semangat menulis, supaya jarak otak sama tangan semakin dekat, supaya apa yang tertuang di kepala bisa lancar dituliskan jari-jari tangan :)
(itu kata Raditya Dika :p)

Kamis, 21 Juni 2012

jangan marahi aku, ya.. :)

2

Hujan yang rintik perlahan menderas. Aku masih berada di sisi jendela, sambil memegangi ponsel, berharap dia bergetar. Pesan dari siapa lagi jika bukan pesan darimu yang kutunggu. Seharian tanpa pesanmu, ternyata begini rasanya. Khawatir, penasaran akan apa yang merenggutmu dari detikan saja waktu menekan keypad untuk mengabariku. Laptopku masih menyala, cerpenku masih seperempat jalan, pikiranku terisi olehmu, penuh.

Jangan marahi aku ya, kalau kamu tahu aku seperti ini. Menghabiskan beberapa waktu hanya untuk menunggu pesanmu. Tenang saja, semua masih pada kadarnya yang tepat.

Jangan marahi aku yaa, kalau aku kadang tak tahu waktu ketika mengirimkan pesan berisi rindu. Sungguh aku tak ada niat sedikitpun untuk mengganggu harimu. Aku hanya rindu. Ya, sesederhana itu. Hanya saja, aku selalu ingin mengatakannya padamu. Sambil diam-diam berharap kamu juga merindukan aku di sana.

Jangan marahi aku yaa, kalau kadang aku cemburu. Aku hanya akan menikmatinya sendirian saja. Atau mungkin sesekali bertengkar dengan diriku sendiri, menertawakan kekanak-kanakanku. Percayalah, sejauh ini aku bisa mengatasinya sendirian. Dan kamu harus tahu, aku cemburu bukan karena aku tak percaya, tapi cemburu itu wajar, karena kamu berarti banyak buatku.

Jangan marahi aku yaa, kalau kadang aku khawatir akanmu. Efeknya, mungkin aku akan lebih cerewet dari biasanya. Tapi, yakin deh, itu bukan maksudku untuk mengganggumu, aku hanya ingin kamu lebih memperhatikan dirimu.

Jangan marahi aku yaa, kalau kamu membaca tulisanku tentangmu. Karena ini caraku. Bukankah berbicara itu tak harus dengan suara? Itu yang pernah kamu katakan. Maka aku menulis ini, dan banyak lagi tulisan yang aku buat tentangmu.

dan berharap kamu bisa untuk sekedar tersenyum saat membacanya.. :)