Jumat, 16 Juni 2023

Menapak Lagi Lautan Pasir Gunung Bromo

0


Bulan April yang lalu, aku berkesempatan menyambung libur lebaran untuk jalan-jalan di Malang selama tiga hari. Sebenernya tujuan utamaku bukan ke Kota Malang nya sih, tapi pengen banget menjejakkan kaki lagi di Gunung Bromo. Terakhir kali aku ke sana sekitar tahun 2012, touring naik motor bareng rame-rame sama temen kuliah. Lalu nginep di rumah penduduk yang dulu pernah dipakai KKN sama salah satu anggota rombongan. Demi mengulang nostalgi indahnya matahari terbit dari bukit Penanjakan, akhirnya aku memantapkan hati untuk ajak suami dan anakku ke Bromo.

Sejak jauh hari aku udah nyari-nyari info paket tour Bromo di Traveloka dan Instagram. Buanyak banget pilihannya, spot destinasinya sih hampir sama yah, cuma harga paketnya menurutku cukup variatif, sama kayak hasil dokumentasinya, hehe. Namanya juga emak-emak yah, aku maunya harga terjangkau dengan hasil dokumentasi yang apik pula. Oh iya, aku emang berencana ambil paket trip yang sudah termasuk dokumentasi (foto) ya, karena trip ke Bromo ini kan bukan termasuk trip yang mudah diulang macem kayak liburan ke Puncak, wkwkw. Selain itu, pemandangan di sana juga bagus banget, dan pengen aja gitu punya stok dokumentasi yang proper untuk kami bertiga. Daripada bawa-bawa kamera sendiri kan rempong ya kaaan, mending kita difotoin aja.

Setelah menimbang satu dan lain hal, membandingkan ini dan itu, akhirnya pilihanku jatuh kepada Dolan Gunung Bromo. Dari segi harga, paket trip nya menurutku sangat affordable, dan yang nggak kalah penting adalah hasil dokumentasinya yang bagus-bagus (bisa dilihat di instagram-nya). Karena jujur, ada provider trip yang harganya murah, tapi hasil fotonya itu yaa kayak foto pakai hp aja, gitu. Jadi di Dolan Gunung Bromo ini, aku ambil paket yang private trip sunrise + dokumentasi foto, cukup dengan Rp1.550.000,- aja. Itu juga karena masa libur lebaran, jadi nambah 50ribu, aslinya mah Rp1.500.000,-. Oh iya, itu sudah termasuk transportasi PP Malang Kota-Bromo dan jeep selama di Bromo. Gimana, murah kaan?

Jadi perjalanan dimulai hari Kamis dini hari, kami dijemput tim Dolan sekitar jam dua belas malam. Dari Malang Kota, kami bermobil ke base camp nya Dolan, yang letaknya kurang lebih satu setengah jam-an lagi dari Gunung Bromo. Nah, di base camp ini isinya lengkap banget guys! Ada gorengan, indomie, kopi dan teh panas, sampai sarung tangan dan syal, juga jaket tebal yang bisa disewa kalau kalian ngerasa jaket kalian kurang proper untuk menahan dingin. Harganya juga wajar, aku beli sarung tangan, sepasang Rp15.000,- aja. Dari sini kami rencananya bakal pindah ke jeep. Tapi, karena satu dan lain hal, jeep-nya nunggu di atas, Desa Ngadas. Untung banget sih, tim Dolan itu gercep dan solutif, jadi daripada nunggu jeep-nya, kami langsung dianter nyamperin jeep-nya di Desa Ngadas.

Begitu sampai di Desa Ngadas, kami pindah ke jeep warna merah marun yang eyecatching, hihi. Karena kami ambil private trip, jadi 1 jeep isinya hanya kami bertiga, pak driver, dan tour leader merangkap fotografer kami yang namanya Ramzi. Perjalanan dengan jeep pun dimulai dari sana. Seru deh iring-iringan jeep menuju Bromo-nya, walaupun di luar masih gelap, tapi feel petualangan mengejar sunrise-nya tuh berasa. Belum lagi jeep juga naik turun kanan kiri ke segala arah, karena medannya yang mirip offroad berpasir.


Kami dipilihin spot sunrise yang lebih ramah anak, alias jalannya nggak nanjak dan jauh, biar kalau ada yang gendong anak tuh nggak gempor-gempor banget gais! Selain itu, dapat info juga kalau di Penanjakan udah full, jadi melipir lah kami di spot yang ini. Maafin aku lupa nama spotnya, hahahaha.



Perlahan tapi pasti, matahari mulai menampakkan cahayanya, mengusir gelapnya malam. Alhamdulillah cuaca juga lagi bagus, langitnya cerah, dan hawanya juga nggak terlalu dingin, jadi Kiya juga menikmati banget. Dia nggak kedinginan sama sekali, malah minta kupluk rajutnya dicopot aja, hahaha.


Pas ketika langit sudah terang sepenuhnya, kami beralih ke spot berikutnya, yaitu Pasir Berbisik. Tau dong, yang dulu sempat dijadikan tempat syuting film-nya Dian Sastro itu lhoo! Nah di sini alhamdulillah nya lagi, karena semalemnya sempat hujan, lautan pasir jadi nggak begitu berdebu kayak biasanya. Masya Allah banget kayak udah disiapkan cuaca dan kondisi yang pas banget selama di Bromo. Foto-foto di sini hasilnya keren banget, asli deeh!




Setelah dari Pasir Berbisik, jeep kami berjalan kembali menuju ke Gunung Batok. Di sana kami foto-foto di atas jeep.


Puas foto-foto, agenda selanjutnya adalah sarapan. Jeep melaju ke jajaran warung yang sudah mulai ramai pengunjung. Aku lupa waktu itu kami makan di warungnya siapa, dan warung yang mana. Yang aku ingat cuma pilihan lauk dan sayur yang sangaaatt beraneka ragam, rasanya sedeeepp banget, dan harganya pun muraaahhh banget. Seingetku aku dan suami hanya bayar Rp30.000-an untuk makan dan minum kami dua orang.



Nah, sebenernya masih ada satu lagi sopot ke kawah Bromo, tapi kami skip karena ya taulahh, anak tangganya banyak banget, dan jalannya juga jauh banget. Ditambah lagi si Kiya udah 5 watt alias ngantuk, jadi kami mutusin untuk langsung ke spot terakhir yaitu Savana Bromo. Masya Allah yah bagus banget savana waktu itu lagi hijau banget, dengan beberapa daerah yang tanamannya udah agak kering jadi warnanya cokelat eksotis gitu. Sayangnya di spot ini, aku nggak ikutan foto-foto karena Kiya udah tidur lelap di pangkuan, nggak mau bergeser sama sekali. Akhirnya pak suami lah yang akhirnya dapat sesi private foto ama si Ramzi, wkwkwk.




Sekitar jam 10-an siang, trip kami keliling Bromo sudah berakhir. Kamipun naik jeep lagi untuk kembali ke basecamp, dan akhirnya diantar lagi pakai mobil sampai ke hotel. Kalau nggak salah ingat, kami nyampai hotel lagi di jam 12 siang, pas sesuai sama jadwal di itinerary.

Alhamdulillah, akhirnya keturutan juga ngajak Kiya dan suami liburan ke gunung, hehehe. Super senang bisa menapak dan melihat lagi pesona Gunung Bromo yang nggak hilang sejak lama. Kiya dan suami juga menikmati banget perjalanan. Akupun happy karena punya stok foto buat konten, hahaha. Nggak deng, happy karena punya dokumentasi yang proper, yang bisa dikenang dan ditunjukin ke Kiya nantinya.

Overall, budget yang kami habiskan kurang lebih segini:
Kereta Surabaya-Malang (Arjuno Ekspres) Kelas Eksekutif: per orang Rp65.000,- 
Hotel De Warna Zainul Arifin (3 Hari 2 Malam Include Sarapan) : Rp635.569,- ,simak ulasan singkatku soal Hotel De Warna di postinganku yang ini ya!
Paket Private Trip + Dokumentasi Foto dari Dolan Gunung Bromo: Rp1.550.000,- ; Bisa tengok-tengok paket wisata di IG Dolan Gunung Bromo.
Makan dan Rekreasi tipis-tipis selama di Malang: Rp500.000,- s.d. Rp750.000,-
Kereta Malang-Jakarta (Gajayana) Kelas Eksekutif: per orang Rp850.000,-

Okedeh, segini dulu postingan review jalan-jalan ke Bromo kali ini. Tahun ini entah akan liburan jauh lagi atau engga, karena budgetnya udah dipakai pulang kampung + liburan pas Lebaran kemarin, hihi. Semoga akan ada rezeki lagi dan lagi untuk bisa liburan melihat keindahan alam Indonesia bareng pak suami dan anak tercinta. Bye bye!



Senin, 05 Juni 2023

Mencicipi Gurihnya Rawon Nguling Di Tengah Hujan

0

source: https://www.pinhome.id/info-area/rawon-nguling-malang/

Libur Lebaran yang lalu, aku, suami, dan anakku berkesempatan untuk liburan singkat di Malang. Sebenernya tujuan utama kami adalah ke Bromo, jadi di Malang memang nggak ada tujuan khusus selain numpang nginep aja, dan kalau memungkinkan bisa menjajal beberapa kuliner di sana. Jauh hari aku sudah memesan penginapan yang nggak jauh dari stasiun Malang Kota, jadi aku pilih salah satu hotel di daerah Klojen, Hotel De Warna, tepatnya. Satu hal yang nggak berubah dari style traveling-ku adalah nggak pernah bermewah-mewah kalau pilih penginapan, wkwk.

Tapi Hotel De Warna ini cukup sesuai dengan ekspektasiku. Aku booking satu kamar termasuk sarapan dengan harga Rp330.000an per malamnya. Kamarnya memang sangat compact alias nggak begitu besar, tapi sangat cukup untuk kami bertiga dan barang bawaan yang lumayan (1 koper 24inch, 1 ransel, 2 tas jinjing), dan masih ada space yang cukup juga untuk sholat. Fasilitas di dalamnya juga lengkap, mulai dari ac, tv, coffee maker, air panas di kamar mandi juga berfungsi dengan baik. Buatku, minusnya cuma nggak ada jendelanya aja, hehe.

Yang paling bikin aku merasa hotel ini adalah pilihan yang tepat tuh karena lokasinya yang sangat-sangat strategis. Bener-bener deket dari mana-mana dan kemana-mana. Berbagai tempat yang bisa kami akses dengan berjalan kaki dari hotel ini adalah Alun-Alun Kota Malang, Masjid Jami', beberapa Mall, gerai kopi Janji Jiwa, dannnn terletak pas banget di seberang hotel adalah salah satu kuliner terkenal di Kota Malang, yaitu Rawon Nguling.

Janji Jiwa

Alun-Alun Malang

Hari pertama tiba di Malang tuh sore hari sekitar jam 4 sore, kami lihat Rawon Nguling-ya lagi tutup, kirain masih masa libur Lebaran ya, kan. Lalu keesokan harinya, pas kami pulang dari lihat sunrise di Gunung Bromo, karena rasanya lelah banget, kami langsung naik ke kamar dan nggak sempat lihat ke seberang, sempat bilang sama suami kalau nanti sore kita makan di Rawon Nguling aja. Nah sorenya, kembali kami dapati gerainya tertutup rapat.

Barulah di hari ke tiga, hari dimana kami harus pulang ke Jakarta jam 3 sore, paginya kami sarapan dan menengok ke depan, oooohh ternyata Rawon Nguling tuh bukanya pagi, sore udah tutup. Jadilah kami berniat nanti sebelum berangkat ke stasiun, harus makan siang di rawon terkenal ini dulu, hehehe.

Siangnya, ternyata hujan deras. Tapi tetap nggak menyurutkan keinginan untuk makan Rawon Nguling. Dilihat dari depan, kayaknya rukonya kecil, ternyata oh ternyata setelah masuk, panjang banget sampai ke belakang, haha. Setelah pilih tempat duduk, kami pun memesan makanan. Pesan apa? Apa lagi kalau bukan Rawon!

Nggak perlu waktu lama, dua porsi rawon pesanan kami pun datang, dibarengi dengan sepiring lauk-pauk yang bisa dipilih untuk pelengkap kenikmatan makanan berkuah hitam nan nikmat ini. Jujur aku belum pernah makan rawon enak di Jakarta dan sekitarnya. Jadi aku excited banget nyobain Rawon Nguling ini.

nyammmm

Masya Allah yaaa, baru dateng aja udah kecium wanginya. Menurutku kuah rawonnya nggak begitu pekat, tapi rasanya gurih banget nget nget. Dagingnya gede-gede dan empuk, nggak susah dikunyah. Aku sampe nggak nyentuh sambelnya sedikitpun, karena nggak rela cita rasa asli rawonnya bergeser sama rasa pedas. Aku pilih lauk paru bacem ya kayaknya itu, karena rasanya manis manis gurih, sedep. Parunya juga empuk, nggak ngelawan pas digigit alias nggak alot.


lihat kan potongan dagingnya segede gituu

Satu porsi rawon dengan nasi dipisah bisa dibeli dengan harga 40 ribuan ya, sedangkan lauk-pauknya bervariasi harganya antara 3.000-10.000, ada tempe, perkedel, empal, babat, dan paru. Oh ya, di sini juga ada makanan selain rawon ya, seperti nasi pecel, nasi gulai, sayur asem, dll. Jadi kalau kamu pergi ke sini bareng orang yang nggak suka rawon, nggak masalah, masih banyak menu lain yang bisa dijadikan pilihan.

lauk yang ngga layak ditolak

Berkesan banget makan Rawon Nguling di tengah hujan deras yang mengguyur Kota Malang di siang hari itu. Beruntung banget rasanya bisa sempat mencicipi salah satu kuliner khas kota ini sebelum kembali pulang ke Jakarta. Selesai makan, kami langsung tancap gas menuju stasiun Malang yang juga nggak jauh dari situ. Sekian reportase gurihnya Rawon Nguling di Kota Malang. Kalau kamu ke Malang, jangan lupa mampir ke sini ya!