Jumat, 12 Desember 2014

Kesetrum Supernova!

2

picture taken from http://www.nasa.gov/images/content/414725main_W49b_optical_xray.jpg


Kemarin malam tiba-tiba memutuskan untuk nonton bareng temen-temen sekantor. Salah satu temen ngajak untuk nonton Supernova. Sounds familiar? Yes, itu adalah film yang diadaptasi dari novel berjudul sama, Supernova, karya dari salah satu penulis favoritku, Dewi Lestari. Aku jujur belom pernah baca bukunya, tapi gara-gara lihat trailernya, aku jadi pengen lihat. Yaudah, kamipun sepakat untuk nonton berlima.

Adegan pertama adalah prolog, kemudian tampaklah 2 pemuda bernama Reuben dan Dimas. Singkat cerita, mereka berdua ini membuat suatu cerita, roman, yang secara ajaib, terjadi secara nyata di belahan bumi yang lain. Cerita itu terjadi pada Ferre, Rana, dan Arwin. Kemudian ada yang namanya cyber avatar bernama Supernova. Supernova ini, sepenangkapanku, kayak jejaring sosial, yang kepadanya orang-orang bisa mengirimkan berbagai pertanyaan, yang kemudian akan dijawab oleh sang Supernova. Tentulah aku nggak bakal menceritakan endingnya seperti apa, hahaha, tonton aja sendiri.

Aku pribadi, berasa mikiiiir banget buat mencerna film ini. Terlepas dari bukunya yang memang belum pernah aku baca, menurutku, the hidden message dari film ini adalah tentang Tuhan. Terlepas (lagi) dari adegan-adegannya yang klimaks banget, awal-awal masih bisa paham, tapi makin ke belakang makin bikin dahi berkerut-kerut. Belum lagi bahasa alias kosa kata yang digunakan dalam film ini nyaris ajaib semua, kayak bifurkasi dan lain sebagainya. Selain bikin mikir, aku juga dibuat sadar bahwa, sebagai orang yang hobi nulis, kosakata yang aku punya masih kuraaaang banget.

Keluar dari bioskop, aku masih bertanya-tanya sendiri dalam hati, dalam pikiran, sebenernya maksudnya film Supernova ini apaan sih? Hahahaha. Baiklah, sepertinya baru ini film yang bikin aku mikiiir banget nontonnya. Baru ketika udah di kosan, sebelum tidur, merenung sendirian mikirin maksudnya film tadi, aku jadi bisa ambil pesan-pesan bagus dalam film Supernova. Baiklah mungkin hal-hal yang aku tangkap, pemahamanku terhadap film ini nggak sepenuhnya benar. Tapi, selama itu positif, aku rasa nggak ada ruginya untuk aku share di sini.. :D

Melalui film Supernova disampaikan bahwa tidak ada yang terjadi secara kebetulan di dunia ini. Kembali ke yang aku tulis di awal tadi, tentang menghadirkan Tuhan, aku sebenernya masih belum bsa memutuskan, tokoh mana yang berperan sebagai itu. Tapi kalau pendapatku pribadi sih, Dee memvisualisasikan Tuhan dalam diri Supernova itu sendiri.

Kenyataan bahwa Supernova di sini serba tahu. Ia menjadi tempat manusia-manusia dalam film ini menanyakan apapun tentang kehidupannya, curhat tentang masalah-masalahnya. Dan kemudian di film ini diceritakan juga bahwa Supernova bisa ada di mana saja, dekat dengan siapa saja. 

Bukankah demikian juga adanya dengan Tuhan? Kemana kita jika harus mempertanyakan kehidupan? Tuhan. Kemana kita harus mencari Tuhan? Kita tidak harus kemana-mana, karena Tuhan selalu berada di dekat kita, mengawasi kita, melihat kita menjalani baris demi baris skenario yang Dia tuliskan.

Tidak ada yang terjadi secara kebetulan di dunia ini, sudah ada yang mengaturnya, itu yang menurutku jadi pesan paling ngena di film ini.

Oh iya, ada satu quote favoritku di film ini, dialog dari ibunya Rana:

"Akan tiba suatu masa, di mana kebahagiaan personal tidak lagi menjadi prioritas kita..."

Benar, masa itu pasti ada. Seperti ketika kita menjadi seorang ibu, manusia mulia yang kebahagiaannya tidak sepenting kebahagiaan anak-anaknya, keluarganya..

Itu hal-hal yang finally aku terjemahkan dari film Supernova. Berhasil menemukan makna lain? Atau ada pemahaman yang benar-benar benar mengenai film ini dari yang udah pernah baca bukunya? Mari dishare :)

Selasa, 09 Desember 2014

untitled #3

0

kelak jika ada alunan musik yang membawa masa lalu kembali,
jangan menyalahkan lagu-lagu yang biasa kita nyanyikan bersama.

kelak jika gerimis datang dan tiba-tiba kau mengingat jas hujan biru tuamu yang ada padaku,
jangan salahkan air langit untuk ingatan itu.

kelak jika kau bermain ke pantai dan rindu melihatku berkecipak air di sana,
jangan salahkan indahnya pantai atas hadirnya kerinduan.

bukan salah siapa-siapa
bukan salah jalan yang bercabang
bukan salah hati yang tidak lagi menemukan rumah di masing-masingnya
bukan salah harap yang sedang tinggi-tingginya
ini hanyalah cuilan takdir
itu saja.

Senin, 08 Desember 2014

Buku Baru!

0




Akhirnya tahun ini ada juga karya yang bisa nyangkut diterbitin. Hehehe. Tahun ini bisa dibilang jadi tahun transisi. Yea, proses adaptasi yang berlangsung sepanjang tahun. Lingkungan baru, kerjaan baru, orang-orang baru, tantangan baru, jadi agak nggak fokus nulis. Bukan sekedar excuse yang dibuat-buat, karena memang beginilah adanya.

Sempat sedih karena sampai penghujung tahun, belum ada satupun karya yang bisa diterbitin, atau dijadiin buku kompilasi. Sampai akhirnya September lalu nulisbuku.com ngadain proyek menulis Surat Untuk Penghuni Surga. Tanpa pikir panjang langsung ikutan.

Lalu lolos, dan ini jadi buku pertama tahun ini. Buku pertama di bulan terakhir tahun 2014. Terimakasih nulisbuku :)

Sabtu, 06 Desember 2014

Buket bunga

5

Buket bunga yang diletakkan di teras sekian lama
Pernah terlihat seorang berjas cokelat membawanya
Di depan pintu, menanti

Anak kecil pernah melewati rumah itu
Terkesan dengan buket bunga
Warna-warni
Bahkan beberapa kali kupu-kupu mampir
Tapi ia teringat pesan ibunya
Jangan ambil apapun yang bukan miliknya
Ia pun pergi

Seorang wanita muda pun  pernah melihatnya
Dengan tatapan penuh iba
Dan sayang
Saat kuntum wangi itu menunjukkan masa layunya mulai datang
Menguning di sana-sini
Beberapa sudut yang berubah warna

Pintu rumah itu masih saja tertutup
Hingga buket bunga itu tinggal tali pengikatnya saja
Sementara isinya telah tenggelam
Menyatu dengan tanah sebagai hara

Sampai suatu saat hujan turun
Dua telapak tangan terulur dari jendela, mencoba meraba hujan

Ia tersenyum, menangkupkan kedua tangan ke depan hidungnya
Seperti sedang mencium wangi bunga

Ah, mungkin seperseribu hara itu ada yang terbawa uap sampai ke awan
Turun sebagai hujan
Yang akhirnya sampai kepada penghuni rumah...

Walau lama.

Senin, 01 Desember 2014

Untitled #2

0

Ilalang yang pada angin ia tak membangkang
Dedaunan jingga yang pada musim gugur tak pernah merajuk
Sebab musim pun pada masa ia harus takluk
Puja puji seakan pupus, sebab memang ada kalanya tunduk jadi jalan yang cuma satu

Liukan angin membawa ilalang pulang
Pun tanah jadi senyaman-nyamannya rumah
Sementara hujan dan panas adalah masing-masing satu kepastian

Lalu apa yang masih perlu dirisaukan?

sesederhana ini

0

"Aku besok ke kampus"

"Ya ampun kangen makan di kantin kampus.. Kantin gazebo, DW, apa aja deh.."

"Kangen makan mie rebus pake telor dan cabe rawit di gazebo pas ujan-ujan.."


lalu nostalgi demikian lancar mengalir...




Hei, kadang rindu memang sesederhana ini...


Minggu, 30 November 2014

atas nama perempuan, kan?

0

kalau saja sejenak bisa mengambilmu dari keramaian
mungkin sebentar saja mengartikan sepi
yang jarang bisa kau jamah

kalau saja pinta kecil bisa membuatmu kalah
mungkin mencoba tau bagaimana rasanya mengalah
coba buat angkuhmu luruh untuk sesaat

tanyakan pada malam yang sabar menanti pagi
atau malah tak sabar datang ketika sore baru memasuki hari
sudahkah kau coba merenungi diri?
apa yang kau tanam hari ini
inikah yang benar ingin kau tuai nanti?

pikirkan lagi
dari lain sisi
bukankah atas nama perempuan kau lahir di dunia?
maka sudah sepantasnyalah ia kau jaga

Yang Terlewatkan

0

picture taken from atarashinosarsas.blogspot.com



"Faizaaa... Ya ampun ini anak masih aja di depan laptop dari tadi. Nggak dikunci pula kamarnya, kebiasaan, deh!"

"Arina sayang, kalo aku kunci ntar kamu nggak bisa masuk, kan." jawabku sambil tetap mengetik. Naskah ini harus selesai sebelum besok.

"Aku tadi habis beli ini, lho.. Bagus nggak?" Arina mematut-matut baju barunya di cermin besar yang kugantung di pintu kamar.

"Iya, bagus."

"Apaan sih? Kamu bahkan nggak ngelihat ke aku. Bete ah, aku mau ke kamarku aja."

Moody banget, batinku.

"Eh, btw, Faiza.."

"Apaan?"

"Kamu bukannya lagi nunggu-nunggu ujan beberapa hari belakangan?"

"Iye, kenapa?"

"Tadi ujan, lho."

"Seriuuusan??"

"Liat aja di luar, masi ada sisa basahnya, kok."

"Yaaah, aku kelewatan, dong.. Hhhh.."

Arina berlalu dari depan pintu kamarku. Tapi tiba-tiba kepalanya melongok sedikit.

"Makanya, jangan sibuk-sibuk terus. Masih untung yang kelewatan cuma ujan, coba kalo jodoh.."

Aku melempar bantal kecil ke arahnya. Kampret!

Sabtu, 29 November 2014

Bang Bing Bung yok, Kita Nabung! :D

3

Halooo.. Happy weekend everyone! :D

Pagi tadi, Sabtu pagi, tiba-tiba aja kepikiran untuk sharing tips-tips menabung. Hehehe. Aku tau sih, kalo udah seumuran 20-an ke atas, cocoknya adalah langsung investasi, tapi karena aku belum berpikir dan menjelajahi jenis-jenis investasi, aku share apa yang selama ini udah aku lakukan aja, yaitu menabung.

Sejak kecil aku udah suka nabung. Jaman kecil kan masi nabungin duit-duit recehan di celengan tanah liat. Masih inget banget gimana girangnya aku pas mecah celengan. Duit-duit recehan itu dibendelin pake selotip, terus ditukerin di bank deh sama mama. Seneeeng banget deh waktu itu. Hihi,,

Kebiasaan nabung itu kebawa sampai gede. Menurutku sih aku lumayan berhasil soal nabung, lumayan lah karena aku ngga pernah minta uang lebih buat beli baju atau jalan-jalan. Sejak SMP aku udah dikasi uang jajan secara bulanan, jadi secara nggak langsung aku udah belajar mengatur duit. Nah, kali ini aku pengen share aja selama ini gimana cara aku nabung.. Selamat membacaa.. :D


1. Jangan tunggu sisa
Maksudnya adalah jangan tunggu uang sisa, baru ditabung. Tapi sisihkan sejak awal nerima duit. Dulu, tiap nerima uang jajan di awal bulan, langsung aku sisihkan buat ditabung. Nabung itu harus dianggarkan sejak awal, bukan menunggu uang sisa di akhir bulan. Kalo nunggu uang sisa di akhir bulan sih, kayaknya banyak nggak bakal bersisanya.. iya kan? :p

2. Dont put eggs into one bucket
Ini sih sebenernya pepatahnya orang yang lagi invest saham. Hihihi. Kurang lebih sih gitu ya bunyinya. Maksudnya adalah jangan invest di satu saham aja, tapi harus dibagi-bagi untuk meminimalkan risiko. Nah kalo diterapkan buat nabung gimana dong?

Beda lagi, kalo buat nabung, pepatah itu berarti adalah jangan jadikan satu antara duit tabungan dengan duit konsumsi. Dulu pas masih di Surabaya, aku emang orangnya males nabung di bank, jadilah aku nabung di rumah. Pake celengan tanah liat lagi? Nggak lah. Caranya adalah aku punya dua dompet. Dompet pertama isinya uang jajan, uang konsumsi. Dompet ke dua adalah dompet untuk duit tabungan. Gunanya dipisah ini biar duit tabungan nggak ikut kepake, tapi tetep reachable kalo misal butuh duit yang mendadak banget.

Nah ketika sekarang aku nggak lagi tinggal di rumah, aku prefer untuk nabung di bank. Prinsip pemisahan dompet ini tetep berlaku. Caranya adalah dipisah rekeningnya. Jadi untuk gaji ada di rekening sendiri, sementara untuk tabungan juga di rekening sendiri. Kalo perlu bank-nya juga beda, biar sekalian feel kepisahnya berasa.. *apasih, hahaha.

3. Tambal sulam
Ketika ada keadaan darurat yang mengharuskan aku ngambil duit tabungan, pasti aku ganti di bulan berikutnya pas aku dapet duit jajan (sekarang sih duit gaji, Alhamdulillah). Ngeganti  di sini bukan sesuai ritme nabung yang kayak biasanya ya. Jadi misalnya gini, duit tabungan yang terpakai ada 300ribu, sementara tiap bulan anggaran duit yang untuk ditabung itu 500ribu. Bulan depan, berarti aku masukin 800ribu ke rekening tabungan. Dengan begitu, duit tabungan pasti nambah terus. Emang mesti konsekuen sih, kalo habis diambil, harus diganti.

4. Kuat iman
Nah yang terakhir adalah kuat iman. Hahaha. Yang namanya nabung yaa mesti hemat, mesti disiplinkan diri sendiri.


Naah, itu beberapa tips yang bisa aku share tentang menabung. Hihihi. Nabung emang berat di awal memulainya. Tapi kalo udah ngerasain manfaatnya, bakal nagih rasanya, pengen nabung terus.

Sampai ketemu di postingan berikutnya.. Semoga postingan kali ini bermanfaat :D

Selasa, 25 November 2014

Sajak Sore yang Hujan

1

sebuah kolaborasi sajak di sore yang hujan..


Hujan adalah anak-anak
Berlarian berkejaran
Menjerit riang
Bernyanyi lagu dolanan
Di atas genteng, aspal dan hujan itu sendiri
Hujan menjerti riang
Dan menari-nari


Hujan adalah permainan
Ramai rintiknya menghadirkan genangan
Aroma tanahnya banyak dipuja
Tapi tak terhitung juga yang berkeluh kesah
Seakan lupa pernah merindunya saat terik berkuasa


Hujan adalah kanvas
Dingin kesendirian. Putih
Hangat kebersamaan. Merah
Kanvas yang dibentangkan semalaman
Paginya rerumputan lebih ceria. Hijau
Tanah makin bijak. Coklat
Sajak beranak-pinak
Tak terhitung jumlahnya. Pelangi

Minggu, 09 November 2014

Saudara di Perantauan :)

0

Hari ini ngelipet-lipetin jemuran yang baru kering, dan tiba-tiba inget sama temen sekamar kosan selama 7 bulan di Jakarta yang bernama Maknis. Hehehe, actually her name is Annisa, tapi aku lebih suka panggil dia Maknis :p

Hei Maknis kamu pasti tau apa yang bikin aku inget kamu kalo lagi ngelipet-lipet jemuran yang baru kering :p

Sebenernya, aku nggak tau mau nulis apaan, tapi yang jelas aku kangen. Kamar kos sepi tanpamuuu.. Huhuhu

Oiya, btw, tadi aku nata ulang barang-barang di atas lemari, termasuk tas kertas berisi tanaman yang kamu kasih ke aku. Terimakasih yaa, Maknis... and then I found this..



Masi inget banget pas kita mutusin buat sekosan bareng karena sama-sama nggak nyaman sama kosan yang waktu itu kita tinggali. Aku yang nggak nyaman karena dapet kosan campur dengan kamar mandi di luar, kamu yang nggak nyaman dengan kosanmu yang jauhnya kebangetan. Lalu, karena kita satu ruangan di OKI, yaudah, langsung aja gitu mutusin buat ngekos bareng. Awalnya kamar kos terasa sempit banget diisi kita berdua. Hahaha. Tapi seterusnya sih udah biasa aja.

Selama sekosan, kamu yang paling rajin bersih-bersih, sementara aku rajin bangun pagi. Kesukaanmu adalah bersihin kamar mandi, huahahaha. Tapi kamu paling males pergi keluar beli makan.

Awal penempatan, kamu nggak lagi sekosan, aku sendirian. Dan aku jadi sering telat bangun gara-gara berasa nggak ada yang harus dibangunin. Lumayan lama lho aku kayak gitu. Tapi sekarang udah nggak lagi, sih. Pasti kamu kangen suaraku pas ngebangunin kamu kan, Mak? :p

Satu lagi yang paling aku inget tentang kamu adalah,

Kamu orang yang ada di masa transisiku untuk belajar memulai menjadi orang yang lebih baik, dengan berhijab... :)

Terimakasih kerudung paris biru tuanya :)

Ah, iya, kamu yang rajin mendorongku untuk menyegerakannya. Bahkan ketika aku bilang mau hari Jumat aja mulai pakainya, kamu bilang mulai Senin aja, kan semua hari itu baik.

Aku masih ragu, sampai di hari itu, hari Minggu pas kita ke Atrium mau beli makan, aku udah pakai hijab.

Kamu bilang "kalo tiba-tiba kita ketemu temen-temen di Atrium, pasti aneh kalo kamu nggak mulai Senin besok pakai hijabnya.."

Katamu sambil ketawa-tawa. Dan omonganmu benar, kita ketemu mas Eka.. :D

Terimakasih ya, Maknis, untuk semuanya. Walaupun kita jauh, beda dua jam, tapi doa akan membuat kita tetap dekat.

Ini postingan emang nggak jelas arah pembicaraannya, hahaha. Tapi akhirnya aku bikin postingan tentang kamu juga kaaan?! Seperti yang pernah kamu request dulu.. :p

Maknis baik-baik yaa di tanah Ambon.. semoga menemukan kekeluargaan yang erat di sana (atau malah membuat keluarga? ups, hahahaha :p)

Semoga Maknis selalu sehat, dan dalam penjagaan Allah :)

Miss you, Makniiiis :*
Hari pertamaku pakai hijab ke kantor.. :)


Rabu, 05 November 2014

Self SWOT Analysis

0

Hai November, tinggal 2 bulan lagi sisa waktu untuk bisa menambah postingan. Targetku adalah aku bisa melampaui jumlah postingan di tahun lalu, 87 postingan. Bukankah aku ingin menghidupkan blog ini sampai tua? Maka ini yang harus kulakukan, reminder untuk tetap menulis, reminder untuk posting lebih banyak lagi dan lagi dan lagiii..

Kali ini mau ngebahas analisis SWOT untuk diri sendiri. Udah pada familiar sama analisis SWOT kan? Itu lho, analisis S(trong)W(eakness)O(pportunity)T(hreat). Biasanya analisis ini bakal sering didenger di ilmu manajemen, atau ketika kita ngomongin bisnis, bahkan ngomongin instansi nonprofit, analisis ini juga sering dibahas. Karena multifungsi, aku jadi pengen nulis penerapannya untuk diri sendiri.

Kenapa tiba-tiba pengen bahas SWOT untuk diri sendiri? Berkaca dari pengalamanku waktu jadi jobseeker, hehehe. Diinget-inget lagi, waktu aku masih berjuang nyari kerja, aku selektif banget pas pilih lowongan mana yang aku masuki. Bukan lantaran aku pilih-pilih yang gajinya besar atau perusahaan yang bergengsi, tapi aku pilih lowongan mana yang sekiranya aku punya peluang besar untuk bisa keterima.

Aku ambil contoh diriku sendiri , ya. Hehehe. Sekedar gambaran, aku orangnya kecil, tinggi badan rata-rata lah, rata-rata kecil, hahahaha. Aku nyadar banget deh kalo masalah yang satu ini. So, setiap aku lihat lowongan kerja yang salah satu persyaratannya "berpenampilan menarik" atau malah "tinggi badan minimal sekian sekian", waaah, itu pasti udah otomatis aku lewatin. Hahaha. Bukannya pesimis, sih, tapi aku sadar diri aja gitu. Biasanya, perbankan sih yang punya persyaratan macam itu. Kalo dilihat dari analisis SWOT, postur tubuh itu adalah salah satu W-ku. Jadilah aku selalu nyari lowongan yang kira-kira nggak punya persyaratan yang sifatnya fisik (macam tinggi badan dan kawan-kawannya :p). Adalah penting melihat O yang sekiranya tersedia untuk kriteria macam diriku ini.

Lulus kuliah, cuma 2 berkas yang lolos untuk lanjut seleksi kerja, yaitu PCPM Bank Indonesia sama Kementerian Keuangan. Keduanya ini, Alhamdulillah nya sampe ke tahap akhir, dan bisa diterima di salah satunya. :)

PCPM BI, pas tes kesehatan, aku sempet minder juga. Kenapa? Karena yang lolos tuh buset daah, badannya tinggi-tinggi, bagus-bagus, looks so proporsional gitu kalau dibandingin sama aku, huahaha. Pas didata tinggi ama berat, yaudah aku pasrah. Hihi. Tapi, usut punya usut, yang dilihat adalah BMI yang ideal, bukan masalah tinggi minimal atau berat badan minimal. Syukurlah aku masih punya BMI yang ideal. BMI itu Body Mass Index alias Indeks Masa Tubuh. Bisa di-googling kok gimana rumusannya, nanti juga bisa tau kategorinya tergolong ideal, terlalu kurus, obesitas, atau overweight.

Beda lagi ceritanya untuk Seleksi Kementerian Keuangan. Kembali lagi ketika tes kesehatan, ada juga yang namanya tes kebugaran (satu paket ama tes kesehatan). Tes kebugaran ini bentuknya adalah lari 12 menit ngelilingin lapangan KONI (kalau di Surabaya sih tesnya di lapangan KONI). Jadi kan ada lintasan larinya tuh, kita dikasi waktu selama 12 menit untuk ngelilingin lapangan itu sebanyak yang kita mampu. Jujur aja aku emang nggak kuat kalau disuruh lari macam begini. Mending aku disuruh push-up, sit-up berapa kali dah, daripada disuruh lari. Sesuai perkiraan, didukung dengan kondisi badan yang agak nggak sehat, aku cuma berhasil selesain sebanyak 2 kali putaran lebih dikit. Sementara denger-denger, kalau yang cewek, standarnya minimal 4 kali putaran. Hahaha.. yasudahlah yaa.. aku pasrah.. Sambil bertekad untuk berjuang maksimal ketika tahapan wawancara di keesokan harinya. Lagi-lagi, masalah lari adalah W-ku yang lain. Threat-nya adalah bertemu dengan mereka-mereka yang punya keunggulan dalam hal fisik, entah itu fisiknya kuat, atau yang lain.

Dari hal-hal fisik yang menjadi Weakness itulah, aku harus nyari apa-apa saja yang bisa jadi Strength alias keunggulan yang sekiranya jauh lebih bisa dipertimbangkan dibanding weakness-weakness tadi. Dan menurutku, sesi wawancara itulah yang penting banget, punya pengaruh yang besar banget untuk para penyeleksi dalam melihat potensi diri kita. Kemungkinan dari sanalah, aku bisa nyampe berada di sini sekarang (tentunya yang utama ya karena Kuasa Tuhan dan restu orangtua, ya).

Jadi, ada baiknya mulai sekarang, analisislah SWOT dalam diri kita. Yang aku ceritakan di atas tuh cuma salah satu penerapannya aja dalam soal perjuangan menjadi jobseeker, mencari lowongan yang tepat untuk bisa bekerja di tempat yang diinginkan. Hehehe. Kelemahan alias weakness itu sebenernya macam-macam, ada yang bisa diubah (dihilangkan) dan yang nggak bisa diubah. Kelemahan yang bisa diubah misalnya kemampuan berkomunikasi, ini kan bisa dilatih dengan cara ketemu banyak orang baru, latihan bicara di depan umum, dan masih banyak lagi. Sementara itu kita juga harus realistis dengan kelemahan-kelemahan yang sifatnya nggak bisa diubah, ya misalnya postur badan. Bukan berarti pesimis, tapi aku lebih suka menyebutnya dengan realistis. Ada perbedaan besar di antara keduanya. Pesimis akan membuat kita mundur teratur, tapi realistis akan membuat kita cerdas melihat peluang yang tersedia.

Selamat melakukan self SWOT analysis, semoga postingan kali ini bermanfaat :)

Kamis, 30 Oktober 2014

Too Late

0

Aku menjentikkan ibu jari dan jari tengah yang saling bertemu. Tepat di depan wajahnya, hingga dia mengulangi kata-kata yang sama. Maaf, itu katanya.

Lalu memoriku berputar. Ah, cinta. Cinta menahun ternyata bisa habis juga digerus dusta. Ada kala aku masih merasakan hangat pendarannya di dalam sini. Tapi, sudahlah.

"It's too late, honey. Aku tahu kamu akan mengulangnya lagi suatu saat nanti.."

Aku menatapnya lekat-lekat. Oh, tahun-tahun indah bersamanya selama ini akan berakhir juga nyatanya.

"Dari mana kamu tahu?" sergahnya.

Aku menghela napas dalam, amat dalam. Kupalingkan wajahku darinya.

"Aku tahu saja," ujarku. Tak mungkin kuceritakan, aku baru saja kembali dari masa depan.





Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program dari di Facebook dan Twitter

Rabu, 29 Oktober 2014

bawa aku ke pantai

2


bawa aku ke pantai
pasang, surut
ah, mungkin demikian pula hidup

pasang ataupun surut
indahnya pantai tidak akan meredup
ah, mungkin demikian pula harusnya aku

langkah harus tetap dijejak
jikapun ada yang tertinggal, biar ombak yang menghapusnya
jejak yang tidak mengikuti
memang harusnya tertinggal di sana
mengendap, tertutup lagi dengan pasir yang dibawa riak

jejak yag pernah ada
tapi tak lagi terlihat
memang harusnya begitu

bawa aku ke pantai
terbit dan tenggelam matahari
indah di masing-masing sudutnya
berlawanan
tapi sama mempesona

begitulah hidup harus dibawa
senang susah memang berbeda
tapi sama membawa hikmah

KNDs Family Gathering

1

Hai hai.. hari ini bisa awal banget pulang. Awal banget means pulang sebelum jam setengah 6, hehe. Jam 7 udah selesai mandi sama makan malem. Jadinya adalah agak bingung mau ngapain. Daripada nganggur, marilah posting aja. Kali ini mau posting tentang Family Gathering nya Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan. Di Direktorat inilah aku bekerja untuk beberapa tahun ke depan.

Murni sharing, inilah keluarga baru aku di kantor.. :)


Keluarga Besar Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan DJKN

with whole familyy :D

Tangkuban Perahu! :D

Ngga banyak tempat sih yang kami kunjungi, tapi kegiatan-kegiatan selama FamGath berhasil banget mengakrabkan kami semua. Khususnya sih buat para anak-anak baru, termasuk aku. Hehehe. Siapa aja sih, new comers nya KND? Ini nih...

urut dari kiri:   Dian, Yusuf, aku, Silvi, mba Nisa, Githa :)

Seneng banget bisa ikutan FamGath kali ini, jadi makin semangat berkontribusi buat KND, buat DJKN, dan buat Negara pastinyaa..


Salam dari pengelola aset negara :D


Minggu, 26 Oktober 2014

Sampai Tua

0

Jarang, dan semakin jarang menulis. Banyak, dan semakin banyak yang harus dikerjakan di kantor.

Kelelahan ketika sampai kosan.

Ah, alasan.

Ingat kan kau akan menghidupkan blog mu sampai tua?

Kamis, 02 Oktober 2014

Short Holiday: Seseruan di (ultah) Bandung!

2

Heyyyloooo.. Akhirnya posting lagi, setelah sekian lama blog ini sepi postingan. Entah karena tidak ada yang bisa diceritakan, i mean tidak cukup menarik untuk diceritakan, atau malah tidak ada waktu luang untuk menceritakan, ya entahlah, mungkin bisa jadi kombinasi antara keduanya. Tapi apapun itu, kali ini aku punya hal menarik yang pengeeeeen banget aku bagi lewat tulisan ini.. :D

Sekitar pertengahan Agustus, IKASMANCA pusat Jakarta ngadain acara halal bihalal dan Smalafair gitu. Di acara ini aku ketemu sama banyaaak temen-temen SMA, baik yang seangkatan maupun yang nggak. Salah satunya adalah ketemu adik generasiku yang namanya Monic. FYI, di SMA ku, ada yang namanya sistem generasi, misal yang awalnya kelas X-3, naik ke XI ipa 3, terus ke XII ipa 3, itu namanya generasi 3, alias B3ST!

Balik ke si Monic yaa, Monic ini masih kuliah di ITB, otomatis dia berdomisili di Bandung. Sudah sejak lama aku pengen ke Bandung, tapi gagal melulu. Nah pas ketemu Monic ini, keinginanku untuk pergi ke Bandung mulai mucul lagi. Hehehe. Jadilah sebelum acara kelar, kami tukeran kontak (maklum hp yang lama udah rusak nomernya ilang semua). Dan sebelum pulang, aku iseng bilang Monic kalo aku mau main ke Bandung kapan-kapan.

Aku ini emang nggak bisa lama nggak jalan-jalan. Jadilah awal bulan ini, aku searching tempat-tempat wisata di Bandung. Awalnya aku ngajak temen-temen kantor, lalu berganti ke temen kuliah. Karena satu dan lain hal, nggak ada yang bisa nemenin aku ke Bandung. Akhirnya, kepikiranlah untuk ngerepotin si Monic. Hwahaha. Jadilah aku ngehubungin Monic, ngabarin kalo aku lagi pengen banget ke Bandung, main ke sana. Utamanya sih aku pengen ke Bosscha. Apa sih Bosscha? Itu lho, observatorium, tempat peneropongan bintang yang di film Petualangan Sherina. Kekanak-kanakan ya? Hahaha, biarin, yang penting Monic menyambut dengan senang hati keinginanku ituu. Asik!

Kamis, 25 September 2014

Kamis, 04 September 2014

Happy Weekend with Tulus :D

0

Weekend lalu adalah weekend menyenangkan, karena ketemu banyak orang yang udah lama banget nggak ketemu.

Pertama, ketemu sama Nano. Sebenernya baru ketemu pas libur Lebaran kemaren sih, tapi udah kangen aja. Temen-temen PHKI emang pada ngangenin semua sih. Hihi. Nano ke Jakarta dalam rangka ikutan tes kerja, dia nginep di kosan aku. Setelah kelar tes kerjanya, aku sama Cece ajak dia jalan-jalan, main-main lah dikit.. :D




Selain Nano, ada juga Adi alias Ahong. Dia nih anggota HIMA yang hilang. Habisnya lamaaa banget nggak ada kabarnya. Eh, tau-tau nongol di Jakarta gara-gara ikutan tes kerja yang juga diikutin sama Nano. Jadilah dia ikutan jalan-jalan sama kami. Halo, Ahong! :D
 

Lalu, weekend ini juga akhirnya bisa ketemuan sama Kahimyog! Hihi. Awalnya sih mau minggu sebelumnya ketemu, tapi dia nggak bisa kalo malem-malem, yaudah akhirnya mingg lalu dijadwalin ketemu. Aku, cece, kahimyog. Kita jalan-jalan mulai siang. Karaokean, makan, naik City Tour, terus ke GI, ngemil sama foto-foto. Setelah dari GI? Kita meluncur makan lagi di deket kosan cece. Lalu cus ke Stasiun Gambir, nungguin Nano. Kejadian lucunya adalah si kahimyog ketinggalan bis damri terakhir yang berangkat ke Soetta! Padahal bis itu yang harus dia naiki buat balik ke kosannya yang ada di daerah Soetta sana. Jadilah malam itu dia nostalgia, nginep di kosan Hannie..





And then, puncak dari kegembiraan weekend lalu adalaaaaahhh....


INI DIA !!!!




Akhirnya bisa nonton Tulus secara LIVE !!! Pas nonton udah ayak lupa umur, hahaha. Teriak-teriak nggak jelas. Tulusnya cuma nyanyi satu jam, sih, tapi aku udah seneeeeng banget!

Mau banget nonton Tulus lagi!! Hehe

Sekian cerita weekend menyenangkan kali ini. See you on the next (great) weekend! :D

Minggu, 24 Agustus 2014

Short Holiday: Pulau Pari, Kepulauan Seribu

2

Malam, malam ini saatnya bikin postingan (lagi). Tadi pagi udah bikin postingan tentang Liebster Award, balesin gitu deh. Sekarang, mau posting tentang liburan singkat beberapa waktu yang lalu, di awal bulan Agustus.

Jadi ceritanya, tanggal 9 sampai 10 Agustus, aku dan beberapa temen seangkatan DJKN ngerencanain liburan singkat ke Kepulauan Seribu. Awalnya mau ke Pulau Tidung, tapi karena beberapa referensi dari temen-temen yang lain, tujuannya diganti jadi ke Pulau Pari. Aku sih ngikut aja, mau ke Pulau mana aja juga boleh. Pasalnya aku udah kangen banget pengen pergi ke pantai. Jadi, begitu ada wacana liburan ke pantai, aku semangat banget mau ikutan. Padahal sih, minggu-minggu waktu itu entah kenapa Jakarta lagi angin kenceng tiap hari. Dalam hati ada rasa takut juga, angin kenceng apa nggak ngaruh ke ombak di perjalanan? Tapi yah, karena udah kangen kebangetan sama pantai, laut, nekad aja deh berangkat, Bismillah..

Sabtu pagi sebelum subuh, grup whatsapp Wisata Pari udah berisik, saling ngebangunin satu sama lain. Udah diingetin sejak beberapa hari sebelumnya, berangkat kumpul di Kanwil DJKN jam 5 pagi. Aku yang malemnya baru tidur jam 12, masih ngantuuuk banget jam segitu. Tapi demi pantai, aku kembali semangat! Di sini jam 5 pagi masih gelap banget, tapi aku beraniin jalan sendirian dari kosan ke Kanwil. Emang nggak seberapa jauh sih, tapi serem juga kalo gelap. Hahaha. Tapi syukurlah bisa nyampe Kanwil dengan selamat, malah sempet beli koran buat bekal kipas-kipas di kapal nanti.

Sampai di Kanwil, sudah ada Mbak Tiar, Mbak Uli, Mbak Zulfa, sama Mas Indrok. Oh iya, ada seorang mas-mas yang belum teridentifikasi (hahahaha, habisnya diem aja), yang kelak diketahui namanya adalah Mas Rahmad, temennya Mbak Tiar. Nggak lama kemudian juga Dina sama Diyara dateng. Perutku laper belum makan apa-apa, ngelihat mbak Tiar makan popmie.. Pengen banget, akhirnya aku ajak mbak Uli ke Indomaret depan Atrium. Sekalian kita beli obat ke apotek. Apalah daya di Indomaret kan nggak bisa nyeduh popmie, akhirnya aku cuma beli roti buat sarapan. Pas balik dari Indomaret, lha ketemu si Erik di pinggir jalan, ternyata dia lagi nungguin 2 peserta wisata lainnya, Fika sama Nurul, yang notabene salah satunya adalah pacarnya.

Sampai lagi di Kanwil, 2 mobil yang bakal membawa kami ke Muara Angke ternyata udah dateng. Jam udah nunjukin pukul setengah 6 lewat. Mulailah kami sibuk ngehubungin temen-temen lain yang belum dateng juga sampai jam segini. Setelah angkutin barang-barang masuk mobil, akhirnya Fika sama Nurul dateng. Masih jadi misteri adalah mbak Dini sama mbak Lili, belum muncul. Ditinjau (jiaaah ditinjauu) dari percakapan di whatsapp pas malemnya, kami sepemahman kalo mbak Dini berangkat sendiri ke Angke bareng sama pacarnya. Sementara mbak Lili nggak ada kabarnya, bahkan pas malem sempet bilang ada kemungkinan kalo nggak ikut. Sementara itu mbak Dini sama mbak Lili ditelpon juga nggak diangkat-angkat. Akhirnya kami putuskan untuk berangkat aja ke Muara Angke, takut ketinggalan kapalnya kalo kesiangan.

Naiklah kami semua ke mobil. Aku satu mobil sama mbak Uli, mbak Tiar, Diyara, Dina, sama mas Rahmad. Sisanya masuk mobil yang satunya. Belum ada setengah jam perjalanan, tiba-tiba ada telpon bunyi. Eng ing eeeeng, telpon dari mbak Dini yang baru nyampe Kanwil, bersama mbak Lili. Hahahaha, alhasil baliklah rombongan mobil tempatku buat jemput ke Kanwil. Mobil satunya tetep jalan ke Angke. Sesampainya di Kanwil, melas banget dah ngelihat mbak Lili yang jongkok di pinggir jalan, ada mbak Dini juga yang cengar-cengir. Lalu satu-satunya alasan logis keterlambatan dari mbak Lili adalah:

"Maaf yaa Lili tadi ngejemur dulu.. Sempet kepikiran mau beli bubur ayam juga sih.."

Toweeng -____-

Untungnya mereka berdua bawa jajanan buanyak, jadi dimaafin deh. Hahaha. Perjalanan menuju Angke pun dilanjutkan (sembari ngebully mbak uli.. hahaha)..

Pelabuhan Muara Angke ada di Jakarta Utara, kami ada di Jakarta Pusat. Kalo nggak salah ya, perjalanannya mungkin sekitar satu jam. Sampai di Muara Angke sekitar jam tujuh-an, kamipun berkumpul nunggu mas-mas dari agen wisatanya. Total ada 16 orang, ada aku, mbak Tiar, mas Rahmad, mbak Uli, mbak dini dan pacarnya (mas Alam), Erik dan pacarnya (Fika), Nurul, Dina, Diyara, mbak Zulfa, mas Indrok, mas Eka dan pacarnya (mbak Putri), dan mbak Lili. Nggak lama, mas-mas dari agen wisatanya pun datang, aku lupa siapa namanya, hehe. Pokoknya dia akhirnya nyatet rombongan kami gitu deh. Setelah dicatet, kami dibawa menuju kapal.

Kesan pertamaku sama pelabuhan Muara Angke ini, nggak wisata-able sama sekali. Becek, kotor, dan bau amis. Celana itemku bagian bawahnya sampe bisa ketambahan motif polkadot cokelat tanah. Hahaha. Yauda mau gimana lagi, nikmatin aja, ntar juga bisa dicuci. Aku pikir, kapal yang bakal kami naiki tuh bersandar di bibir pelabuhan. Tapi aku salah besaar! Kapalnya ada di tengah-tengah. Jadi, kan di sana banyak kapal (yaiyalah secara pelabuhan :p), jadi kami harus menyeberangi kapal satu dan yang lain untuk bisa nyampe ke kapal yang memang harus dinaikin menuju ke Pulau Pari. Masalahnya adalah lompat dari satu kapal ke kapal yang lain itu nggak gampang, dan jaraknya ada yang lumayan jauh juga. Secara kakiku nggak panjang, ditambah aku nggak bisa berenang, badan ini rasanya keringet dingin tiap lompatin kapal. Tapi syukurlah dibantuin sama temen-temen yang lain.

Akhirnya sampai juga di kapal yang bakal membawa kami ke Pulau Pari. Kami pilih duduk di bagian atas kapal, dan yang di luar, soalnya, katanya sih bakalan mual banget kalo duduk di dalem. Kalo di luar, seenggaknya ada udara bebas gitu. Kamipun segera nata duduk sama barang bawaan, gimana caranya biar cukup buat 16 orang. Setelah semua dapet duduk nyaman, kami pun foto-foto :D


Kalo nggak salah, jam setengah delapan, kapal mulai jalan menuju Pulau Pari. Ini pertama kalinya aku naik kapal dalam waktu yang lumayan lama. Perjalanan dari Muara Angke ke Pulau Pari tuh sekitar dua jam-an. Dan ini bukan naik kapal feri yang (kayaknya) jauh lebih kokoh, nggak gampang terombang-ambing ombak. Ini pake kapal biasa, ya bukan perahu juga sih, tapi ini kapalnya kayaknya nggak se-mantap kapal feri gitu. Ditambah lagi aku nggak bawa antimo gara-gara lupa beli. Aku takut mabok. Tapi aku lebih takut lagi karena aku nggak bisa berenang. Hahaha. Awal perjalanan, ombaknya nggak berasa. Aku masih duduk anteng menikmati pemandangan. Nggak lama kemudian, ombaknya mulai kerasa. Temen-temen bilang mending tidur aja. Tapi nggak tau kenapa, aku makin pusing kalo tidur. Akhirnya aku tetep di posisi duduk sementara temen-temen udah pada duluan ke Pulau Pari (lewat mimpi.. hehe). Lagian jarang-jarang juga kan perjalanan kayak gini. Sepanjang perjalanan, kapal kami melewati banyak pulau. Jadi paham kenapa dinamain Kepulauan Seribu, pulaunya banyak banget.. Temen-temen udah pada molor, akhirnya aku ikutan ngantuk, tapi tetep nggak berani posisi tidur. Jadilah aku tidur pake posisi duduk. Emang nggak pewe sih, tapi yang penting aku nggak mual.

Jam menunjukkan angka 12 dan 10 waktu kami sampai di Pulau Pari.. Aku cuma bisa speechless saking indahnya Maha Karya Allah ini...


Laut, pesisir, pasir pantai, langit yang biru dan luaaaas banget... Pemandangan yang jarang banget aku temuin akhir-akhir ini, apalagi di Jakarta, adanya cuma gedung-gedung bertingkat sama kendaraan bermotor. Tapi yaa, disyukuri saja, toh di Jakarta dalam rangka ibadah menjemput rejeki.. :)

Sampai di Pulau Pari, kami langsung disambut sama mas Irfan, pemandu selama di Pulau. Kami diajak ke rumah yang bakal jadi tempat kami menginap sampai pulang besok harinya, alias nginep semalem doang. Jadi, di pulau ini, tempat nginep untuk para wisatawannya ya di rumah-rumah penduduk yang udah disulap jadi rumah inap wisatawan (apa pula rumah inap wisatawan? hahaha). Jadi ya satu rombongan dapet satu rumah. Rumah tempat kami nggak terlalu besar, standar aja, dengan dua kamar tidur, satu ruang tv, dan dua kamar mandi. Hal pertama yang dilakuin adalah bagi-bagi kamar. Untuk yang perempuan diputuskan tidur di dalem kamar, karena pada pake jilbab, kecuali Nurul. Sementara yang laki-laki tidur di ruang tv. Ada kejadian lucu pas mbak Lili masuk kamar mandi yang nggak ada kuncinya. Masa dari dalem dia ngomong "Ada orang ada orang ada orang" sampe selesai pakai kamar mandi, biar nggak ada yang masuk gitu. Hahahaha.

Nggak lama, welcome drink pun datang! Yeaay! Welcome drink nya adalah es kelapa muda yang dikombinasi pakai rasa mangga (eh mangga apa nangka ya? gitu deh pokoknya), terus dikasi jeli-jeli yang lucu-lucu gitu bentuknya. Enak deh es-nya, seger banget. 

Sembari menikmati es kelapa, ternyata mas Irfan udah nganterin beberapa sepeda yang bisa kami pakai selama berada di pulau ini. Ada sepeda yang nggak ada boncengannya, ada yang ada boncengannya, ada sepeda cowok, ada sepeda cewek juga, macem-macem deh. Aku langsung semangat buat nyobain naik. Udah lupa kapan terakhir kali naik sepeda, takut lupa, hehehe. Buat sepeda ini sempet bingung juga, gara-gara ada yang nggak bisa naik sepeda, jadi harus pake yang boncengan. Terus ada juga yang ban sepedanya kempes, dan lain-lain. Tapi, berkat kesigapan pemandu kami (cieee), semua bisa teratasi. Dia wira-wiri bolak-balik nyari sepeda, mompain ban sepeda juga. Aku yang udah pewe sama sepeda yang aku pakai, kok ya pengen pakai sepeda yang nganggur, yang tampaknya lebih bagus dari sepeda yang udah aku pakai dari awal. Jadilah aku ganti sepeda.

Tujuan pertama kami di pulau Pari hari ini adalah Pantai LIPI. Pantai LIPI ini tempat penelitian gitu deh, neliti penyu, bintang laut, dan ekosistem laut lainnya. Kamipun siap-siap ngonthel, membentuk barisan sepeda (udah kayak konvoi) dengan mas Irfan yang berada di paling depan. Beberapa menit ngonthel, mulai ngerasa nggak beres sama sepeda yang aku pakai. Ban sepedanya nggak pas, jadi mepet sama rem, dan itu bikin sepedaku bunyi-bunyi. Kalau cuma bunyi sih nggak masalah, tapi ini jadi berat banget dikayuhnya. Akhirnya aku kesalip deh sama temen-temen yang lain. Temen-temen pada nyaranin minta tuker aja sama sepedanya mas Irfan. Tapi apalah dayaaa, mas Irfan nun jauh di depan sana udah nggak kelihatan, sementara aku ada di urutan 2 dari belakang. Pas udah pasrah aja, eh ternyata mas Rahmad nawarin buat tukeran sepeda. Haaaa, senangnyaaa.. Akupun lanjut ngonthel dengan riang gembira, tapi kasian mas Rahmad jadi pake sepedaku yang berat. Maap ya mas..

Beberapa menit kemudian, sampailah kami di Pantai LIPI. Jarak pantainya nggak terlalu jauh sama rumah kami, jalannya pun gampang, tinggal belok sekali, terus luruuus aja ngikutin jalan. Setelah markir sepeda, kami jalan menuju pantai. Di sekitar pantai, masih rimbun pepohonan, dan ada bangunan tempat penelitiannya juga. Mas Irfan jalan di depan kami, beraksi kayak pemandu wisata beneran.. Dia bilang..

mas Irfan: Ini dulu tempat penelitian..
kami: lha emangnya sekarang jadi tempat apa, mas?
mas Irfan: ya masih jadi tempat penelitian sih..
kami: -______- hahahahaha

Tadaaaaaa... Pantai LIPI...






Baaaguuus bangeeeet, Subhanallah.. :D

Di sini airnya jerniiih banget, terus di sekitar pantai juga banyak bintang laut. Banyak tumbuhan bakau juga. Kami ambil banyak foto di sini. Seneng banget rasanya bisa liat laut lepas.. Aku emang suka wisata alam gini sih, khususnya pantai. Padahal aku nggak bisa berenang, dan kadang bete kalo mukaku item karena habis main-main di pantai. Hahaha. Sayangnya Diyara nggak ikutan pas kami ke sini, dia lagi nggak enak badan, jadi lebih pilih istirahat di rumah.. :(

Setelah puas foto-foto ke sana kemari, kamipun balik ke rumah. Agenda berikutnya adalah snorkeling sekitar jam setengah 2 siang nanti. Sampai rumah, kami disambut dengan makan siang yang udah terhidang. Nyaaaam, perut yang udah keroncongan sejak pagi, akhirnya dimanjain sama makan siang kali ini..

Jam 1 siang kami siap-siap buat berangkat snorkeling. Aku sama Diyara nggak ikutan snorkeling, tapi tetep ikutan naik kapal ke spot snorkeling. Lha daripada ngendon di kamar, mending ikutan, walau nggak ikut nyemplung, masih bisa liat-liat pemandangan laut. Oh ya, walaupun aku sama Diyara nggak ikut snorkeling, kami tetep harus bawa peralatan yang udah disiapkan. Jadi, tiap orang tetep tanggung jawab sama masing-masing perangkat snorkeling nya. And theeen, here we gooo!


Dari semua anggota rombongan, yang paling oke persiapannya ya mbak Tiar. Tuh, dia udah siap sedia pake baju renang, dia bahkan juga bawa kacamata renang. Wooosshh.. keren pokoknya! Nah, berhubung aku nggak ikut nyebur, aku didaulat menjadi tempat penitipan barang sekaligus fotografer yang kudu motoin mereka selama agenda snorkeling ini. Yauwes, jadilah sepanjang waktu snorkeling, aku sibuk bidikin foto-foto mereka. Yang lucu mbak Uli. Dia kan nggak bisa berenang, ya, tapi akhirnya nekad nyemplung juga. Terus cara renangnya adalah dia digeret/ditarik sama mbak Tiar. Hahaha.. Lucu banget, mbak Tiar kayak lagi bawa apaaaa gitu.. :p Dan inilah hasil jeprat jepret selama snorkeling.. :D






Jernih banget kaan? Mupeng banget buat nyemplung, tapi nggak bisa. Hihi. Ada dua spot snorkeling, tapi paling bagus sih yang pertama menurutku. Aslinya ada tiga sih, cuma, karena angin dan ombak lagi besar, jadi nggak memungkinkan untuk ke tempat yang ke tiga. Sekitar jam 4 sore, kami melaju melewati ombak untuk kembali ke pulau. Di perjalanan pulang, aku rasanya pengen ketawa tapi juga khawatir sama temen-temen yang keliatan pada kedinginan. Moga-moga nggak pada masuk angin deh. Pas udah mau nyampe pulau, mbak Zulfa kena jackpot, huek-huek dia. Ini jackpot ke dua, setelah di kapal pas berangkat dari Angke ke pulau Pari dia juga udah huek-huek. Sabar ya mbak Julpee.. *pukpuk*

Sesampainya lagi di pulau Pari, beberapa orang mulai memilih jalan hidupnya masing-masing (haha lebaaay). Maksudnya milih agenda sendiri mau ngapain setelah puas snorkeling tadi. Ada yang pilih main watersport, ada yang balik lagi ke rumah, ada juga yang memilih jajan sambil jalan-jalan plus foto-foto tentunyaa..





Ada beberapa jajanan yang ada di sekitar dermaga. Ada otak-otak, ada terangbulan mini, ada pentol, daaan coba tebaaak.. ada papeda! Sayangnya sih nggak ada dari kami yang sempet nyobain papeda. Penasaran sih sebenernya, tapi nggak berani, takut rasanya aneh.. :p

Jam 5, kami balik ke rumah. Terjadi perdebatan sengit antara mandi dulu atau lihat sunset di pantai dulu. Awalnya aku, mbak Julpe sama mbak Uli udah siap di atas sepeda. Tapi yang lain belum pada siap. Akhirnya mbak Uli malah mutusin buat mandi dulu, masuklah dia ke dalem rumah buat mandi. Mbak Tiar yang udah siap, karena mbak Uli mandi, dia jadi beli mie goreng. Lha kok pada makan, aku sama mbak Julpe akhirnya tergoda juga buat beli popmie. Popmie nggak ada, dikasi mie sedap cup, yaudalah nggakpapa. Setelah jadi, udah mau kami makan itu mie, mas Indrok bilang kalo rasa mie nya aneh, bumbunya udah keras. Zzzz.. Langsung parno kan aku sama mbak Julpe. Kami beranikan diri untuk nyicipin dulu, dan bener, rasanya aneeeh. Aku nggak lanjutin makan, tapi mbak Julpe lanjut. Beberapa menit kemudian, kami cus ke sepeda, udah bulet banget niat buat lihat sunset. Akhirnya dengan formasi yang nggak lengkap, yang mau aja, kami ngonthel sepeda ke Pantai LIPI. Jadi, lihat sunsetnya di pantai LIPI, tapi beda spot dari yang tadi siang kami kunjungi. Ngonthel ngebut bangeeet, takut ketinggalan alias keburu tenggelam mataharinya. Parkir cepet-cepetan, jalan cepet-cepetan ke spot yang dimaksud. Eh ternyata udah ada mbak Dini sama mas Alam duluan di sana. Dan syukurnya, kami nggak telat, kami masih ketemu sama sunset...




Walau agak tertutup awan, tetep aja sunset-nya mempesonaaa... :)

Di sini juga mbak Dini sama mas Alam buka sesi foto pre-wedd..


Lomancis yaa.. Uwuwuwuuu :3


Udah, jangan pada pengen.. Hahahahaha.. Yak, sebelum hari gelap, kami segera pulaang.. Sampai di rumah, kami kalang kabut. Pasalnya rumah dikunci, dan kami nggak tau siapa yang bawa kuncinya. Hubungin sana-sini, ternyata yang bawa kuncinya Dina sama Diyara. Yang paling bingung sih mas Rahmad, soalnya ternyata dia lupa belum sholat Ashar.. Hiyaaaa.. Untungnya Dina sama Diyara dateng nggak lama setelah itu.

Agenda malam hari sih sebenernya barbeque-an. Tapi, kata mas Irfan, di pantai rame banget orang, takutnya berdebu. Akhirnya kami minta dimasakin aja, terus dianter ke rumah. Lagian temen-temen udah pada tepar, pada tiduran semua. Termasuk aku, setelah mandi kan makan malem tuh. Udah kenyang, langsung deh ngantuk, padahal di depan tv nyala, tapi aku ketiduran. Terus samar-samar aku denger suara kalo ikan barbeque-annya udah dateng. Aku langsung bangun!

Waaaa.. nggak nyesel deh mengabaikan hasrat untuk tidur demi menemui ikan bakar yang muantap! Serius enak bangeeet. Sambelnya apalagi.. Aduuh.. Enaaak bangeeet.. *ngences*. Sayangnya nggak kepikiran untuk difoto. Gara-garanya enak banget sih, cuma kepikiran makannya doang.

Kelar makan, mata udah nggak seberapa ngantuk. Mau tidur kok ya masih jam 8 malem, akhirnya kami, yang habis makan ikan, pada mau nongkrong di luar aja. Aku sama mbak Julpe sama mbak Uli pesen es kelapa muda. Kamipun duduk-duduk di depan pantai. Syahdu banget suasananya. Pantai yang sepi, suara ombak, dan bulan utuh di langit. Aku paling suka nikmatin suasana pantai yang sepi. Sepintas aku jadi inget pas dulu di Sempu, sholat di pinggir pantai, saking syahdu-nya sampai nggak sadar netesin air mata.. :"

Es kelapa habis, kami yang cewe-cewe udah mau balik ke rumah. Tapi dicegah sama Erik sama mas Indrok. Erik ngajakin main kartu, yaudah hayuk kami sih ngikut. Sembari Erik ambil kartu, kami cari tempat yang pewe. Tapi ujung-ujungnya sih kami cuma nongkrong, nggak main kartu. Habisnya anginnya kenceng banget, kartu-kartunya bisa terbang kemana-mana, kacau kan..

Nggak kuat sama anginnya yang kenceng banget, aku sama mbak Uli balik duluan ke rumah. Entah jam berapa yang lain balik ke rumah, karena aku udah duluan terlelap..

Morniiiiing!

Agenda pagi ini, setelah subuh, adalah berburu sunrise! Ke manakah berburu sunrise-nya? Kami pergi ke pantai Pasir Perawan buat bisa ketemu sama sunrise. Konyolnya, si mas Irfan yang tadi malem nawarin kami buat liat sunrise malah nggak nongol-nongol. Jadinya kami berangkat sendiri ke pantai Pasir Perawan, sesuai petunjuk arah dari mas Irfan pas malemnya. Masih banyak yang pada tidur. Kami yang udah bangun mutusin buat tetep berangkat. Sayang banget kalo sampe ketinggalan. Jam udah hampir setengah 6 pagi waktu itu. Ngonthel-lah kami menuju pantai..

Sampai sana ternyata ya masih gelap. Tapi udah rame orang, dan yaa air lautnya lagi surut. Kamipun jalan-jalan sampai ke tengah. Dan agenda yang tak pernah lupa adalah foto-fotoo! 

Kali ini mbak Tiar semangat banget buat jadi pengarah gaya kami..






Itulah foto-foto sebelum sunrise datang.. Sebelum sunrise aja udah bagus, gimana pas sunrise? Gimana? Kayak gini nih..






Indah banget mataharinya... *speechless*

Kelar berburu sunrise, kami nggak langsung balik ke rumah. Sayang banget, pemandangan masih bagus di sini. Kamipun jalan-jalan di sekeliling pantai. Tiba-tiba eh tiba-tiba, mas Rahmad nemu fenomena unik. Karena air laut lagi surut, makhluk hidup yang tinggalnya di lubang-lubang pasir bisa kelihatan jelas. Dan kali ini, disuatu cekungan pasir, ada seekor kepiting dan seekor kepiting lainnya..

mas Rahmad: ini lho, kasian, kepiting ini lagi nemenin temennya yang udah mati..
kami: wah iya ya, kasian yaa.. kayaknya mau dikubur tuh temennya..

Lalu (aku lupa siapa yang mau coba pegang kepiting yang udah mati) kepiting yang udah mati itu dipegang sama seseorang. Lhadalaaah..

Ternyata oh ternyata, itu bukan kepiting mati, tapi cangkang kepiting. Jadi, si kepiting itu lagi ganti cangkang, bukannya ngelayat temennya yang mati.. Hahahaha

Sebelum balik ke rumah karena perut udah keroncongan, kami sempetin foto-foto dulu, mumpung masih di sini kan.. :D



Ini nih kepiting yang lagi ganti cangkang :p




Pas mau balik ke rumah, eh mbak Lili dateng. Kami tanyain dong, kok sendirian. Dia bilang, lagi pengen menikmati pantai sendirian.. Baiklah... 

Kamipun kembali ke rumah dengan perut lapar.. Dan sudah ada sarapan yang siap disantap..

Pagi ini acara bebas sampai jam 11 nanti kami siap-siap pulang. Akhirnya aku, mbak Julpe, mbak Lili, Dina, dan lain-lain memilih untuk beli oleh-oleh. Di sekitar pantai ada beberapa toko yang jual gantungan kunci, gelang-gelang, bahkan dreamcatcher juga ada! Sambil nggak lupa untuk tetep jajan tentunyaa.. :9

Kelar beli-beli, aku sama temen-temen yang lain balik ke rumah. Mandi, terus packing. Bahkan aku ketiduran (lagi), dan baru bangun pas jam 11 itu. Kami langsung kumpul, cek barang jangan sampai ada yang ketinggalan di rumah. Kapal udah nyaris penuh, kami duduk terpisah-pisah. Ada yang duduk di dalem, ada yang di luar juga. Tinggal menunggu waktu untuk sampai lagi ke Jakarta...

Holiday is over, guys..

Short trip yang mengesankan! Makasih mbak Tiar dan Erik yang udah mengagendakan. Makasih buat temen-temen yang udah ikutan. Makasih buat pacarnya mbak Dini yang sigap banget sering jadi fotografer kami selama di pulau Pari. Hahaha..

Overall, liburan ini menyenangkan. Tapi tetep aja, aku takut naik kapal. Mau sih ke sana lagi, tapi mau diajarin renang dulu sama mbak Tiar, biar bisa tenang selama di kapal. Masih inget banget ombaknya gede pas perjalanan pulang. Aku sampe udah baca bacaan segala macem, berdoa. Hahaha. Parno banget lah pokoknya, apalagi pas mesin kapalnya mati di tengah-tengah, kapal udah miring-miring nggak karuan kena ombak.

Di laut yang luas, buat aku yang nggak bisa berenang ini, adalah waktu dimana aku merasa paling nggak berdaya, paling merasa pasrah banget sama Allah. Tapi nggak kapok sih, pengen lagi.. Kalo pake speedboat bisa nggak? Mahal ya? Yaudah nunggu ada kelebihan rejeki lagi.. Hehehe

Okaay, sekian cerita liburan di Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Sampai jumpa di petualangan selanjutnya! :)