Rabu, 30 Oktober 2013

kamu dan mimpiku

0

Panggung yang sepi. Hingar bingar sudah usai beberapa jam yang lalu. Penonton yang berjubel, hentakan-hentakan kaki yang seolah mengguncang bumi lenyap sejak tadi. Masih terlihat beberapa kru membereskan ini dan itu dari atas panggung. Show yang sukses. Aku dan Daffa duduk di dalam mobil sambil memandang semua itu. Pintu mobil sengaja tetap dibuka, angin pun sukses merasuki pori-pori tubuhku dan menyiksanya dengan dingin.

"Gila! Siapa sangka akhirnya kita bisa ada di tahap ini juga, Rin.."

Aku diam, kupandangi wajah Daffa dari samping.

"Kamu liat kan orang-orang tadi hafal sama lagu kita? Kamu liat kan mereka teriak-teriak manggil nama kita?"

Aku menangkap kilatan bahagia dari mata Daffa.

"Kamu kok diem aja? Kamu sakit? Capek?"

Aku menggeleng sambil tersenyum.

Aku seperti tidak berada di sini, di samping Daffa.

"Kamu nggak seneng sama semua ini, Rin?"

Daffa mengubah posisi duduknya, mengarah padaku, menatap mataku lekat-lekat.

Aku tak kuat lagi. Pertahananku runtuh.

"Daffa, kapan sih, kamu mau dengerin aku? Passion-ku nggak di sini..."

Aku memperlihatkan buku cetakan pertamaku kepadanya. Buku yang sebentar lagi rilis dan berada di rak-rak toko buku. Impianku sejak lama, yang diacuhkan Daffa.



inspired by:  Listen-- Beyonce

bukan aku

0

Minggu pagi yang cerah, secerah poloshirt yang kukenakan. Warna terang, warna baju yang biasa kupakai setiap bertemu dengannya. Ah, iya, dia yang selalu bilang kalau aku terlihat lebih tampan saat memakai baju berwarna cerah. Rumah Aira tidak banyak berubah. Satu bulan sudah aku tak mengunjungi rumah ini. Sesuai permintaannya.

Aku tak pernah salah ingat apapun tentangnya. Setiap Minggu pagi, rumah ini akan ramai oleh riuh rendah suara anak-anak kecil yang les melukis. Aira punya tangan malaikat, apapun yang digoreskan kuasnya pastilah indah.

Aku melangkahkan kaki mendekati pagar rumahnya. Pagar yang selalu jadi pemisah ketika aku mengantarnya pulang dari kampus. Pagar yang selalu jadi gerbang, tempatku melihatnya keluar dengan cantik dari balik pintu. Aira memang selalu cantik.

Hei! Itu Aira..

Aira tersenyum. Aku semakin bersemangat. Kupercepat langkahku. Sampai aku sadar..

"Halo, sayang, kamu dari mana aja sih, kok baru dateng? anak-anak udah nungguin, tuh. Masuk, yuk.."

Astaga..

Ada Jovi di belakangku. Kekasih barunya. Aira bahkan tidak menyapaku.




inspired by:  mengejar mimpi -- Yovie n nuno

Sabtu, 26 Oktober 2013

yang dirindu

0

langit menyuguhkan mendung kemerahan
ini yang dirindu-rindukan
setelah dia datang, aku tak akan tidur terlalu malam
membiarkan bayangmu mematut-matut bangga di pikiran

setelah dia datang, aku tak akan banyak habiskan waktu sendirian
membiarkan rintik-rintik bersuara, beradu dengan tanah, menumbuhkan tunas-tunas kerinduan

pilihan

2

"Jadi, kita berhenti di sini?"

"Aku masih mau berjalan lagi, andai tidak ada rantai-rantai besi yang mengikat."

"Jadi, kita benar-benar tidak bisa melangkah lebih jauh lagi?"

"Aku masih mau menata pijakan-pijakan kecil lagi di depan sana, andai tidak ada hati-hati yang akan terluka karenanya."

"Bukannya perhentian ini melukai hati-hati kita?"

Alfa menggenggam tanganku erat. Matanya mencari-cari mataku, mencari jawaban dan keyakinan di sana. Sementara aku hanya berani menunduk. Malam pekat, seolah memberi gambaran akan pekatnya jalan yang terbentang jika kami melangkah beriringan.

"Aku, lebih baik merasa terluka karena keputusan yang aku buat untuk melukai hatiku sendiri, daripada terluka karena melukai hati orang lain."

Aku memantapkan hati. Kupandangi cincin tunangan di jari manis Alfa. Ada hati yang harus dijaga di sana, dan itu bukan hatiku.


inspired by: sepatu--Tulus

Rabu, 16 Oktober 2013

pasti sembuh

0

"Heh! lo jangan diem aja dong, Ra, ngomong apa gitu, kek. Masa dari tadi kita diem-dieman begini?", Ola mengomel sambil tetep makan sebungkus Lays yang udah aku siapin sebelum mengajaknya pergi ke sini. Tempat favorit kala suntuk melanda. Taman kecil dengan air mancur di tengah-tengah, dikelilingi bangku-bangku beton yang bersensasi dingin ketika diduduki.

"Ola, gue ngajak lo ke sini biar gue nggak diberondong pertanyaan-pertanyaan sok care-nya biang gosip di kantor, semua itu bikin gue males. Jadi plis, lo temenin gue di sini. Tuh, masih ada seplastik penuh cemilan. Gue tau banget apa yang lo butuhin, kok.."

Ola nyengir. Dipandangnya seplastik cemilan di sebelah kirinya.

pesan terakhir

0

"And then, kenapa kamu masih sendiri?", tanya Arik.

Lila terus saja melihat langit, sementara Arik tidak henti memandanginya. Terlihat olehnya wajah Lila yang begitu manis, lesung pipinya terlihat bahkan ketika dia tidak sedang tersenyum.

"I don't know, Rik. Kalo aku bisa, kalo aku mau, aku udah ganti pacar berapa kali sejak aku putus sama Dean beberapa tahun yang lalu. Entahlah, aku ngerasa enjoy dengan situasi yang kayak gini. Sendiri, lebih bebas mau ngapain aja. Dan, yang pasti.."

"Yang pasti? Apa yang pasti?"

Selasa, 08 Oktober 2013

Malam yang Terang

2

Airin menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. Ada bekas alur sungai di kanan kiri pipinya. Pipi berlesung yang lembut, yang biasa kukecup dengan sayang di setiap jumpa akhir bulan. Tentu aku selalu menyempatkan waktu untuk menemuinya. Lelaki mana yang sanggup berlama-lama berjauhan dengan perempuan seperti Airin? Airin begitu manis, sederhana, dan lembut. Tidak pernah dia menuntutku macam-macam. Tidak pernah dia merengek dengan keberadaanku yang memang terbatas. Tidak pernah dia menyambutku dengan muka masam. Selalu ada senyum yang tersungging di wajahnya.

Seperti malam ini, aku akhirnya bisa berada di sisinya. Aku duduk di samping tempat tidurnya, aku membelai rambutnya yang terurai panjang. Terakhir kali bertemu, rambut Airin masih sebahu, tapi sekarang sudah hampir sampai punggung. Airin memang cantik.

Aku memastikan diriku tidak tidur malam ini. Tentu saja, malam ini sangat indah. Ada lautan bintang di angkasa, dengan bulan penuh serupa pulau indah di tengah samudra langit yang maha luas. Malam yang sangat terang. Malam di mana aku selalu beruntung bisa menengokmu, walau sesaat, Airin.

Selamat malam Airin, malam ini aku akan menjagamu sepuasku. Aku akan memandangi wajah teduhmu sepanjang malam. Aku akan menebus kesalahanku, pasti akulah penyebab airmatamu yang mengering itu. Aku akan berada di sampingmu, Airin, membelai lembut rambutmu sampai kau tertidur, seperti yang biasa kulakukan untukmu. 


Malam yang terang seperti ini. Malam di mana aku diijinkan malaikat untuk menemui Airin, sebelum terang datang pertanda pagi.














inspired by: Daylight-Maroon 5

tidak ada kebencian

0

ingin kukatakan padamu. tidak ada kebencian yang ingin kusampaikan. hanya doa yang selalu tercurah. doa yang kulayangkan ke langitNYA. doa yang semoga tidak akan berhenti. semoga DIA selalu menjagamu dari apapun yang buruk.

ingin kukatakan padamu. tidak ada kebencian yang ingin kusampaikan. hanya kepedulian yang terus saja sering hinggap, menunggu untuk kuucap, tapi harus kutahan.

ingin kukatakan padamu. tidak ada kebencian yang ingin kusampaikan. hanya perasaan yang belum bisa hilang. perasaan yang memang tidak mudah berhenti dan berubah. aku hanya menunggu kuasaNYA membolak-balikkan hatiku.

ingin kukatakan padamu. tidak ada kebencian yang ingin kusampaikan. hanya rindu-rindu yang mampir di malam sepi, mengusik. harus tega kutelan sendiri, aku hanya tak ingin mengulang segala yang tak benar di mataNYA.

ingin kukatakan padamu. tak ada kebencian yang ingin kusampaikan. hanya keinginan untuk melihatmu mencapai mimpi-mimpimu dan membahagiakan ibu, adik, serta keluargamu.

Tuhan,
kulayangkan doa untuknya ke langitMU
kadang air mata sebagai pengantarnya
semoga Engkau menjaganya agar tetap di jalanMU
semoga Engkau menempatkan orang-orang yang baik di sekelilingnya, seperti Engkau menempatkan aku di tengah orang-orang baik yang menyayangiku