Jumat, 29 Maret 2013

kenangan

2

Hari ini perhatian terenggut oleh nostalgi. Aku sedang berniat untuk membereskan lemari buku, tapi nyatanya benda-benda itu bermunculan. Benda-benda itu mengusik dan menyalakan lagi api kenang yang semacam sudah padam lama sekali.

Bukan benda-benda mewah yang rupiahnya punya angka nol  banyak. Tapi sejarah dan kisah di dalamnya membuat mahal.

Ada satu kaset hadiah ulang tahunku yang ke 14. Ada beberapa scarf khusus selama aku SMA. Ada berlembar-lembar tulisan tangan, yang mencoba menjelaskan hal-hal mengenai diriku. Ada foto-foto bersama selama kepanitiaan SMA. Ada kalung untuk kakak kelas terjahat-terbaik. Adaaa banyaaakk hal lainnya..

Aku memang suka mengenang, tapi tenang, aku tidak hidup di dalamnya. Kenangan apapun itu, pasti membuatku tersenyum hari ini. Sekalipun tentang patah hati dan hal-hal pahit lainnya. Bagaimanapun, aku hari ini, adalah aku yang pernah mengalami semua hal itu di masa lalu.

Akhirnya hari ini aku membuangnya beberapa. Sebelumnya, aku sudah mengabadikannya dalam gambar. Kalau-kalau aku rindu, aku bisa melihatnya lagi, walau hanya dalam 2 dimensi. Tak apa, itu sudah cukup mengobati.

Faktanya, benda-benda memang menyimpan memori yang mendalam. Tentang kisah, keberadaan, bermacam cerita yg terjadi sekali saja. Sebab itu aku selalu terlalu sayang untuk membuangnya :)

Rabu, 27 Maret 2013

Di Sebelah Pelangi

0

Aku telah selesai mencuci mukaku sore itu. Tatkala petang mulai beranjak turun. Hujan sudah berhenti beberapa menit yang lalu. Kamu mengirim pesan bahwa nanti akan datang. Bukan mau kemana-mana, sih. Kamu hanya ingin menghabiskan sore di rumahku. Jadi aku bergegas membuatkan dua gelas teh hangat dan beberapa biskuit kutata di atas piring. Aku membawa kesemuanya itu dalam sebuah nampan bermotif kayu, menuju ke teras. Benar saja, kamu sudah berdiri di luar pagar, hendak memencet bel.

Akhirnya kita duduk bersebelahan. Menikmati sore, hal yang sudah lumayan jarang kita lakukan.

"Nia, lihat deh, ada pelangi, tuh! Kamu suka pelangi, kan..", katanya sambil menunjuk ke langit. Ah, iya. Itu pelanginya. Indah sekali.

"Iya.. Bagus banget, ya..", sahutku sambil menyeruput teh.

"Dulu, ibuku sering cerita, kalau di ujung pelangi sana, ada tempat yang indaaah banget. Tempat di mana kita bisa ngerasa damai, lupa sama semua masalah. Pokoknya yang ada cuma seneng aja, deh, tenang gitu.. Aku suka ngebayangin aku jalan di pelangi itu, sampai ke ujungnya, dan nemuin tempat yang diceritain sama ibu. Tapi, makin gede, aku makin ngerti, sih. Mana ada tempat kayak gitu. Hahaha..", uraiku sambil terus saja memandang langit.

"Kata siapa nggak ada.."

"Emang beneran ada? Di mana? Jauh nggak?", tanyaku sambil menatap wajah Rian. Kuharap kali ini dia tidak sedang menggodaku seperti biasanya.

"Emang ada, kok. Nggak jauh juga.."

"Oh ya? Di mana?"

"Di sini, di samping kamu.."

Aku terdiam. Mungkin karena malu, mungkin karena merasakan hal yang sama. Aku merasakan pipiku menghangat, bersemu merah.

memilih diam

0

Di sini lagi. Sore ini, aku menemani Aldi jalan-jalan. Lagi, ke sini lagi dan lagi. Di satu taman yang tidak begitu besar di dekat perumahan Andina. Biasanya, beberapa menit lagi, Andina pasti menyusul kemari dengan kaos gombor bergambar kartun dan celana selututnya. Rambutnya akan dibiarkan tergerai. Ah, Andina tahu betul, rambutnya yang uwuwu-able itu menyimpan pesona. Apalagi buat para lelaki yang suka gemas untuk mengusek-usek rambutnya. Jangan dibandingin sama rambutku, deh, rambutku keriting, nggak ada bagus-bagusnya. Berantakan iya.

"Fi, kamu kok mesti mau sih, kalo aku minta temenin kayak gini?"

"Ha? Apa aku perlu alasan?", jawabku sekenanya. Aku paham betul lelaki tidak mahir dengan kode-kodean. Jadi aku tidak suka memberi kode. Jika aku tidak yakin untuk mengatakannya, aku akan benar-benar diam menyimpan. Aku takkan meminta lelaki berpikir keras sampai pada akhirnya pun tetap saja tidak tahu jawabannya.

"Yaa.. Nggak juga, sih.. Cuma heran aja, kamu selalu ada waktu buat aku. Padahal yaa cuma buat ke sini, nemenin aku ngobrol sama Andina.."

"Yaudah lah yaa, sekarang Andina-nya mana? Kok nggak biasanya nih, lama banget nggak muncul-muncul?", tanyaku tak sabar. Sudah setengah jam lebih dan Andina belum menampakkan batang hidungnya.

"Katanya bentar lagi nyampe sini."

"Mana sih? Dia lagi pergi?"

Tampaknya pertanyaanku segera mendapatkan jawaban. Tak sampai 5 menit, Andina muncul. Tapi, bersama seorang lelaki. Siapa?

"Maaf ya, lama. Aku habis jalan sama Rio. Hehe. Kenalin, Fi, Al, ini Rio, cowok aku. Kita baru jadian seminggu yang lalu..", terangnya sambil tersenyum bahagia dan seperti enggan melepas gelayutan manjanya di lengan Rio.

Kami bersalaman satu sama lain. Tapi setelah itu, Aldi langsung mengajakku pulang.

Di mobil..

"Fi, cariin aku cewek, dong..."


Namun kenyataannya parah..
Dirimu, tak pernah untukku..

Rabu, 20 Maret 2013

bright (car free) day

2

"Gue Ardan, lo?"

"Vania..", sahutnya sambil menyambut tangan gue. Astagaaa, mimpi apa semalem gue ketemu bidadari cantik ini.

"Suka sepedaan di sini juga tiap weekend?", tanyanya. Gue menenangkan diri lewat beberapa teguk air putih dalam botol yang gue bawa dari rumah. Gue deg-degaaaan! Norak? Iya.

"Ah, iya lah.. Weekend kan waktunya bikin sehat badan. Olahraga lah, dikit-dikit.. Lo suka ke sini juga?"

"Iya, gue suka ke sini tiap weekend. Tapi kok, gue nggak pernah ketemu lo ya?"

"Yaiyalah, pasti lo keasyikan main sepedanya, makanya nggak perhatiin kalo ada gue. Hahaha.."

Gue ketawa dalam hati. Vania nggak tau, ini hari pertama gue dateng ke car free day.

Kayuh kayuh sepedaku
Oh tanpa sedikitpun ragu
Ku merasa (ku merasa) hari ini (hari ini)
Indah dan kan cerahkan hariku

sebelas duabelas

2

"Yaaah, dompetku ketinggalan, Yang.."

"Yaudah, aku aja yang bayar, nyantai aja..", sahut Anisa sambil tersenyum. Aku yang duduk di depan mereka berdua cuma bisa membatin. Anisa kok ya, mau-mau aja dikadalin sama Freno. Dikit-dikit minta bayarin, dikit-dikit lupa bawa dompet, dikit-dikit kok terus, lama-lama ya jadi banyak lah kalau gitu caranya.

"Aku bayarin kamu juga, ya Far?", tawarnya.

"Nggak usah, Nis. Makasih ya, tapi walaupun aku nggak bawa dompet, duitku aku kantongin kok, tenang aja..", jawabku sambil melirik ke arah Freno, sedangkan yang dilirik balas memelototi aku. Aku cuek saja, kulahap sisa pentol di mangkok baksoku.

Aku nggak habis pikir sama orang-orang macam Anisa. Entah mungkin mereka terlalu baik hati, jadi bisa dengan mudah dimanfaatkan sama orang yang nggak modal kayak si Freno. Kalau aku jadi Anisa, udah aku putusin tuh dari dulu. Enak aja, emang aku siapanya, bisa diminta bayarin ini-itu. Apa mungkin itu ya yang namanya terlalu cinta? Ah, entahlah. Untungnya sampai sekarang aku nggak punya pacar yang kayak begitu. Mmm, nggak punya pacar sih, lebih tepatnya. Males banget deh, kalau punya pacar yang parasit banget macam Freno.

"Halo? Far, sibuk nggak?"

"Nggak kok, Do, kenapa? Mau beli pulsa lagi?"

"Hehehe, iya.. Penting banget, nih. Minggu depan aku bayar semua, sekalian yang bulan kemarin, em, bulan kemarinnya lagi juga.. Ayo lah, Far, kita kan temen dari kecil.."

"Iya, iya, kayak biasanya ya? ke nomermu yang ini, kan?"

"Iya, thanks ya, Far!"

Klik! Telepon diputus. Aku menepuk jidatku sendiri.

(My) Impossible Journey

0

Positif thinking itu bekal yang sangat penting banget sekali dalam menjalani hidup. Aku berkali-kali mendapatkan pelajaran mengenai hal yang satu ini. Kadang, aku merasa takut akan sesuatu yang belum terjadi. Kadang-kadang, terlalu memikirkan risiko itu bisa berakibat buruk, sih. Makanya, aku kudu sering mengalami pelatihan buat hal ini. Syukurnya, pelajaran mengenai positive thinking ini muncul melalui perjalanan-perjalanan yang amazing. Perjalanan-perjalanan yang awalnya kupikir impossible tapi ternyata sanggup dilalui.

Aku suka jalan-jalan ke banyak tempat. Dan kebetulan, aku juga punya banyak temen (yang udah kuanggap keluarga) yang doyan mbolang ke mana-mana. Perjalanan pertama barengan sama mereka adalah ke pulau Sempu. Perjalanan yang sudah lama direncanakan dan nyaris gagal itu akhirnya dihelat di bulan Februari tahun lalu. Kita pergi ber-11, 6 orang cewek dan 5 orang cowok. Actually, kita belum pernah ke sana, cuma berbekal informasi dari internet. Setelah sampai di Sempu, kita semua terbelalak. Bayangan medan kayak Cuban Rondo (yang udah berkali-kali kita datengin) ternyata salah besar. Ini hutan men, hutan! Asli hutan, cagar alam. Singkat cerita, di sana tuh kita belajar survive banget. Banyak kejadian yang baru pertama kali itu kita alami, salah satunya adalah bermalam di tengah hutan. Tanpa tenda! Perjalanan di sana sungguh-sungguh mengesankan. Dengan sepatu-sepatu yang udah nggak karuan bentuknya, lumpur yang setinggi lutut. Semua hal itu sukses bikin aku pengen pulang. Aku sempet nangis di sana, takut nggak bisa pulang. Hahaha. Tapi aku bersyukur banget punya mereka. Mereka yang terus membantu dan menyemangati biar aku nggak takut dan sanggup ngelanjutin perjalanan. Kalo mau tau perjalanan kita di Sempu, baca deh part 1 nya di sini , part 2 nya di sini, dan part 3 nya di sini. Walaupun dengan keringat dan air mata (lebaaayy), akhirnya aku bisa juga nyampe Segara Anakan. Dan pastinya bisa kembali pulang di sini, di Surabaya tercinta. Hehehe. Ketakutanku pun nggak terbukti ternyata.

Perjalanan berikutnya, pelajaran berikutnya. Bulan November lalu, kita (aku sama mereka) mutusin buat mengadakan perjalanan lagi. Kali ini, tujuannya adalah Bromo. Perjalanan ke Probolinggo kita tempuh naik motor, iring-iringan gitu deh, seru pokoknya. Nah, di Probolinggo ini, menurut salah seorang anggota perjalanan yang pernah KKN di sini, ada air terjunnya. Jadilah kita juga tergoda buat ke sana. Akhirnya, kita beneran ke air terjun. Berbekal anak-anak kecil yang ikutan buat jadi penunjuk jalan, kita jalan dengan semangat menuju air terjun. Di luar dugaan, jalan menuju ke air terjunnya kok "amazing" banget gitu. Naik, turun, berpasir dan berbatu-batu. Walaupun nggak ada lumpur selutut kayak di Sempu, tapi naik-turunnya itu lebih parah, ada yang hampir 90 derajat. Ya walaupun nggak tinggi-tinggi amat, tapi kalo jatuh ya lumayan -_-. Lagi-lagi, aku ini terlalu mikirin "gimana nantinya". Gimana kalo jatuh lah, gimana nanti kalo nggak bisa naiknya lagi lah. Ya gitu deh pokoknya. Sometimes aku emang kebanyakan mikir gitu orangnya. Tapi yaaa ternyata, kembali lagi, pikiran-pikiran yang semacam itu ternyata hanyalah ketakutan yang berlebihan.

Sebenernya masih ada beberapa perjalanan yang bikin aku belajar, bahwa, kebanyakan mikir itu bisa menghambat. Hehehe. Perhitungan memang perlu dilakukan, tapi ketakutan berlebihan itu sama sekali nggak bagus. Kadang-kadang, kamu cuma perlu tekad, dan do it! Apalagi kalau orang-orang yakin kamu bisa. Kalau udah kayak gini, bisa dipastikan kalo segala pikiran buruk atau ketakutan itu cuma kekhawatiran kamu sendiri aja. Logikanya gini, kalau orang lain aja menilai kamu bisa (dengan catatan orang lain ini emang udah ngerti kamu dan hal yang kamu takutkan/akan kamu hadapi ya), masa kamu nggak yakin sama dirimu sendiri?

Hidup memang penuh dengan pesan-pesan yang terselubung. That's why, Bacalah! Bacalah pesan-pesan yang mungkin datang dengan cara yang tidak kita sangka. Setelah berhasil membaca, resapi dan pahami. Pasti ada sesuatu yang bisa kita ambil. Lebih dari sekedar tawa, kesenangan, kesedihan, ataupun air mata. Tapi ada sesuatu yang berharga di sana, yang sangat berharga buat kita menjalani hidup..

Selamat memBACA :)

Senin, 18 Maret 2013

tanah mendung hujan

0

tanah tengadah dalam kerinduan
mana rintiknya? mana hujannya?
mana air yang biasa menelusupi tiap celah antara hara dan liatnya?
ah, tanah lupa rupanya
bukankah mendung lebih sering bercengkrama dengan hujan
tanah selamanya akan di bawah, cuma bisa tengadah
ia tak mungkin jadi mendung, di atas sana, jauh

jadi tanah masih tengadah
diuapkannya rindu sampai ke awan
berharap pesannya sampai ke titik-titik air
ia merindu hujan
rindu sekali

Rabu, 13 Maret 2013

the wedding :)

4

Ruangan ini begitu indah, ya begitu indah, dengan dekorasi yang didominasi warna putih. Aku suka warna putih, aku yang meminta nuansa putih dan dia menuruti permintaanku. Beberapa sisinya aku meminta supaya ditambahkan nuansa warna biru, warna favoritku dan dia. Sekali lagi, dia menurutiku. Ah, aku mungkin meminta terlalu banyak hal padanya. Tapi, dia tak tahu, aku pernah meminta lebih banyak hal pada Tuhan, sampai Tuhan mengirimnya padaku.

Sosok yang bersahaja. Aku suka lelaki tampan, tapi dia tidak terlalu tampan. Aku suka menonton kontes binaraga di televisi, tapi dia berperut rata, yah, nyaris semuanya rata, sih. Tapi aku sangat nyaman ketika bersandar di bahunya. Aku suka lelaki puitis, sementara dia tidak puitis, hanya saja dia romantis dengan caranya sendiri. Cara yang membuatku selalu bisa merasa spesial ketika bersamanya. Aku meminta banyak hal pada Tuhan, dan Tuhan mencukupkan, merangkum semua permintaanku dalam sosoknya.

Is it Love that brings you here or Love that brings you life?
Oh there's Love, there is Love

Aku bertanya pada ibu mengenai datangnya hari ini. Lalu ibu bilang, bahwa hari ini bukanlah hari yang biasa. Bukanlah hari yang aku habiskan dengan berfoya-foya. Tapi hari ini harus dinikmati dengan sakralnya doa dalam suka cita. Ibu bilang, akan ada orang yang kepadanya aku harus mengabdi seumur hidupku. Memberikan cinta, eh, bukan, menyalurkan cinta dari Tuhan untuknya yang dilewatkan melalui aku. Aku berdecak, antara kagum, haru, dan tak percaya, kalau hari ini akan secepat ini datangnya.

"Saya terima nikah dan kawinnya Azalia Faradina...."

Oh the marriage of your spirits here has caused Him to remain
For whenever two or more of you are gathered in His name
There is Love. Oh there's Love.

So simple ;)

2

Sore yang indah, dengan sedikit capung beterbangan di atas kepala. Sepertinya akan hujan, capung itu penanda, demikian yang ibuku sering katakan kalau aku kecil. Tapi aku tidak pernah takut hujan, toh nanti akan terang juga. Selain itu, aku juga sangat suka pelangi. Dan setiap orang di dunia juga tahu kalau pelangi hanya akan muncul ketika rintik-rintik air dibiaskan oleh terik matahari. Yeah, pelangi butuh hujan. Akupun butuh hujan untuk melihat pelangi.

"Mey, listen to me! I got some bad things today!", Arina merengut sambil duduk di sampingku. Akupun mengambil tasku dan meletakkannya di pangkuan, memberi tempat untuk Arina.

"Kenapa, Na? Ada apa?"

"Aku tadi kena macet parah di jalan, jadinya telat kuliah. Mana dosennya Bu Mira lagi, nggak boleh masuk deh aku. Nggak cukup di situ, tadi di jalan juga aku kena cipratan genangan air, basah nih celanaku."

"Udah? Itu aja?"

"Belum! Tulisanku nggak lolos seleksi buat ikut seminar nulis di Jogja..", lanjutnya sambil tetap merengut. Aku selalu merasa lucu jika melihatnya seperti ini, Arina selalu meledak-ledak.

"Tadi pagi, aku dapet telepon dari PT Infotel, proposal penelitian skripsiku ditolak. Aku baru mau kirim cerpen ke kompetisi lomba salah satu penerbit di facebook, eh ditolak juga gara-gara lebih 5 menit dari deadline. Aku juga nggak jadi ikut magang jurnalistik di Jakarta, salah satu peserta yang tadinya ngundurin diri ternyata jadi ikut, jadi kuotanya penuh, aku nggak jadi dimasukin."

"Whaaat?? I'm sorry to hear that ya, Mey..", kata Arina sambil membelai pundakku. Ekspresi merengutnya seketika berubah menjadi iba.

"Ngapain? I'm okay kok. Aku nyantai dan seneng-seneng aja.."

"Lah kok bisa gitu?", tanyanya heran.

"Yaiyalah, ini yang namanya hidup, Rin. Semua ada masanya toh. Ada masa kita berhasil, ada masa kita gagal. Ada masa kita seneng, ada masa kita sedih. Nikmatin aja, kalau lagi gagal, anggep aja kita lagi ngabisin jatah gagal kita.. So simple..", jawabku sambil tersenyum.

La la la la la la la life is wonderful
Ah la la la la la la life goes full circle
Ah la la la la la la life is wonderful
Al la la la la

Sabtu, 02 Maret 2013

:) :)

4

aku memimpikan malam yang cerah bertabur bintang
aku dan kamu berada di teras rumah atau di taman kecil belakang rumah
dua gelas teh hangat
aku sedang terkagum-kagum dengan bintang di sebelah
kamu yang bermain gitar dan menyanyikan satu lagu untukku

aku memimpikan satu hari
di mana kita sholat berjama'ah
aku mencium punggung tanganmu setelah rakaat terakhir
lalu kita tadarus, mengaji lagi dan lagi mengenai firmanNYA

aku memimpikan tentang dini hari yang romantis
kita tenggelam dalam penghambaan kepadaNYA
mengabaikan kantuk untuk mendapat keridhaanNYA bersama-sama

aku memimpikan suatu hari
ketika percobaan memasakku gagal
kamu tetap tersenyum dan mengelus pundakku
sambil berkata "besok kita coba lagi sama-sama ya" :)

aku memimpikan pagi hari yang indah
siluetmu sedang membuka tirai jendela
lalu mengecup keningku dan berkata "selamat pagi, cantik"
sekalipun wajah bangun tidurku adalah wajah teracak-acakan yang bahkan aku sendiri tidak suka

iya
aku memimpikan banyak hal untuk hari-hari setelah aku menjadi kekasih halalmu kelak :)

:)

0

jadi dari manakah awalnya?
sebab hari-hari indah seperti tidak mengenal lagi bagaimana dia dimula

hari-hari di mana rindu menjadi bingkai
terimakasih karena mengajarkan untuk menikmati rindu dengan indah
serupa air yang tak kan bertanya pada awan mengapa dia mengangkasa
aku yakin, jikapun ia bisa merindu langit, memaksa awan berubah menjadi mendung adalah ketidakmungkinan
karena ia mungkin ia menikmati rindunya

hari-hari di mana pertemuan dua-lima-menit-an terasa begitu berarti
terimakasih karena mengajarkan untuk selalu merasa cukup
seperti embun yang sempat menyapa pagi
untuk kemudian hilang lagi dipupus panas mentari
tapi esok dia kan datang lagi, kembali

terimakasih karena mengajarkan untuk menghargai dan mensyukuri hal-hal kecil
membuat waktu dan percakapan menjadi sangat berarti

entah bagaimana caranya semua ini terasa istimewa

seperti satu telepon pagi di suatu hari
hari yang spesial
membuatku spesial karena merasa diingat dan diberi hadiah

sama seperti permulaan yang tidak lagi kita kenali
semoga ini juga tidak mengenal akhir
bukan berharap padamu, tapi padaNYA, Sang Pengatur segala :)