Minggu, 27 April 2014

Siang ini...

0

Siang ini
Masih dengan kesadaran bahwa belum satupun posting kubuat di bulan April
Sementara masanya sudah hampir habis
Apa namanya kalau bukan kesibukan
Ah berlebihan, aku lebih suka menyebutnya kelelahan

Pusdiklat KNPK siang ini
Dengan pikiran yang didominasi ujian esok hari
Segelas kopi, dan sisa kacang yang kuambil coffe break jam 10 tadi
Hujan semakin deras
Aku mau lihat pelangi...

Jumat, 04 April 2014

sepasang bunga

0

sepasang bunga
saling mengenal sejak masih sama-sama benih
kecil dan rapuh
kemudian bertumbuh satu satu
musim berganti
yang satu tumbuh lebih dulu dan mengamati
apa yang satu lagi akan juga tumbuh seindahnya?
maka kedua bunga itu saling mengamati
satu dengan penuh kagum
satu dengan rasa harap dan spekulasi
mungkin memang demikian

PHKI Story: More Than Just A Room

0

Sekitar awal tahun 2012, aku dan anak-anak HIMA angkatan 2009 dapet basecamp baru, namanya PHKI. Basecamp ini kita dapetin karena kita dapet amanah dari Bapak Aria, salah satu dosen favorit, untuk ngerjain alias ngebantuin beberapa acaranya Departemen Manajemen, salah satunya adalah ICOI. ICOI ini semacam acara konferensi internasional gitu, deh. Kita sih, seneng-seneng aja, karena jujur, setelah pensiun dari HIMA, kan kita pada kebingungan nyari basecamp, tuh, jadilah PHKI ini seperti oase di tengah padang pasir buat kita. Hehe.

Kemarin, baru aja dapet kabar kalau PHKI digusur, karena mau dijadikan perluasan salah satu jurusan di fakultas kita. Pembicaraan di grup WhatsApp mendadak jadi nostalgia. Percaya nggak percaya, aku ngerasa sedih juga, lho. Padahal aku lagi jauh dari Surabaya. Tapi, rasanya kehilangan banget.

Buat kita, PHKI tentulah bukan sekedar ruangan berbentuk persegi dengan fasilitas yang super lengkap untuk ukuran basecamp alias tempat bernaung biar nggak luntang-lantung di kampus. Kita udah menghuni PHKI sejak semester 6, pas udah mulai terpisah-pisah karena ambil konsentrasi. Dan PHKI lah tempat kita berkumpul. Tiap hari, kalau kuliah belum mulai, kalau nunggu jeda kuliah yang masih lama, bahkan mbolos kuliah pun kita di PHKI.

PHKI bukan sekedar tempat nongkrong buat kita. Karena di sana kita udah berbagi banyak hal. Masih inget pas ngerencanain berangkat ke Sempu, malemnya kita masih sibuk ngurusin pengiriman poster dan lain-lain buat ICOI. Wiwit sama Riza yang usil banget bohongin kalau nggak dapet tenda. Ah, dasar kalian berdua!

Ada juga hari di mana keabsurd-an melanda. Beraksilah Mamen, Wiwit, Ajung, nari-nari ala JKT48. Aku punya rekamannya, sih. Tapi kalau aku share di sini, aku takut pertemanan kita berakhir. Hahahaha. Lucu banget kalau ngelihat mereka mantengin komputer cuma buat browsing video sama foto-fotonya personil JKT48. Nggak nyadar umur, itu personilnya kan masih berondong-berondong banget buat kalian.. :p

Memasuki semester 7, banyak yang udah mulai ambil skripsi. Di awal-awal, masih semangaaat banget. Tiap hari pasti di PHKI, pada buka laptop, mbaca jurnal, mbaca buku. Kadang ke kampus ya emang cuma di PHKI aja, karena jadi ngerasa nggak sendirian. Semester 7 ini waktunya galau maksimal buat yang udah ngambil skripsi. Ada yang galau bab 1 nya nggak selesai-selesai, ada yang galau jurnal utamanya ditolak melulu, ada yang galau mesti ganti judul, banyak pokoknya. Dan semua kegalauan itu berasal dari satu sumber: skripsi. Di kala semangat-semangat mulai mengendur, ada satu orang yang gigiiih banget ngerjain skripsinya, dialah Hannie. Dia ini, semangat banget biar bisa lulus 3,5 tahun, wisuda Maret. Waktu kita pada ngobrol-ngobrol nggak jelas, Hannie ngetik skripsi. Waktu kita pada nonton Jalan-Jalan Men! rame-rame, Hannie ngetik skripsi. Waktu kita pada ke kantin makan siang, Hannie tidur di kolong meja lantaran kelelahan. Iya, Hannie punya tempat tidur favorit, di kolong meja, beralaskan kardus-kardus berisi buku. Selain Hannie, ada juga Nia yang rajin dan semangat ngebut skripsinya, lantaran sang dosen pembimbing mau pergi ke manaa gitu (aku lupa), hehe. Jadilah dia mirip-mirip kayak Hannie, ngebut gitu ngerjainnya, di kala yang lain masih sibuk dengan hal lain (leyeh-leyeh). Lain lagi si Gita, ini cewek tiba-tiba dateng aja pas H- berapa hari siding skripsinya. Dia nangis-nangis, bingung, ngerasa nggak siap alias ndadak banget gitu sidangnya. Dia diburu waktu, sih, mesti segera lulus dan ikutan program studi di Belanda.

Di hari-hari yang lain, ada Itsna yang doyan bawain kita makanan. Entah itu hasil masakannya sendiri, atau cemilan hasil beli di minimarket. Dan yaa, siapa lagi yang doyan ngabisin itu semua kalau nggak aku, himajo (Wiwid, Nasir, Hannie, Koko), Redha, Yoga, Afid, Bayu. Kalau Umsi, emang suka makan juga, sih, tapi dia juga kadang bawain kita masakannya. Hehe. Sementara itu, kalau soal jajanan SD, ada Nano masternya! Karena kosnya ada di deket SD, jadilah dia sering bawain kita jajanan SD macem telor gulung, cireng, molen kecil-kecil, dan masih banyak lagi jenisnya. Di luar dugaan, ternyata jajanan SD sekarang makin beragam. Biasanya sih yang doyan nitip ya aku, Nina, Wiwid, dan yaa para tukang makan ini lah..

PHKI juga nggak pernah lepas dari yang namanya guyonan. Sumber guyonan yang utama biasanya adalah permainan tebak kata! Kalau main ini, rasanya nggak bakal lengkap kalau nggak ada si Hendra. Apa pasal? Karena si Hendro ini ajaib banget! Kalau kasi tebakan mesti jauuuuh banget dari jawabannya. Hahaha. Itulah, kita sering nyebut kalau udah giliran Hendra ngasi tebakan, udah waktunya babak bonus. Apalagi kalau ada Sarah, waaaahh.. Serruu banget pasti main tebak-tebakannya malah. Soalnya Sarah ini lucu, kalau ngomong sama dia kudu mikir, sebenernya nih anak pengen ngomong apa. Hihi. Kita sering banget mainan tebak kata ini. sering dimainin, tapi nggak pernah bosen.

PHKI bukan sekedar ruangan..

Kita semua pasti sepakat soal itu. Kalau aja dinding-dindingnya bisa bicara, mungkin nggak akan habis dia bercerita tentang canda tawa kita, kekonyolan kita, kegalauan kita, dan banyak lagi yang lainnya. Banyak hal yang udah terjadi di PHKI selama kita ada di sana. Sedih, seneng, takut, bete, marah, dan seterusnya dan seterusnyaa..

Sebutlah ini lebay, tapi aku bener merasa kehilangan. PHKI udah berjasa banget buat kita. Lebih dari sebuah basecamp. Lebih dari sekedar tempat selojorin kaki. Lebih dari sekedar tempat yang asyik buat download ini itu. PHKI lebih dari itu semua.


Buat kita, PHKI itu rumah..

Rabu, 02 April 2014

Surat Untuk Mantan

0

Hai, kamu, apa kabar? Apa masih suka telat bangun di pagi hari? Apa masih suka menunda makan pagi sampai kamu harus kelaparan sekali di sore hari? Apa masih suka bernyanyi dan bermain gitar seperti dulu?
Apakah kadang aku melintas sebentar di ingatanmu?

Aku hanya ingin memberitahumu, bahwa aku sedang rindu.

Dulu, kalau aku belum mau tidur, aku suka memintamu menemaniku lima menit saja. Bertukar pesan yang tak jelas arah pembicaraannya. Seabsurd itu, dan kamu mau.

Ingatkah kalau kita sedang lama tak bertemu? Kita suka saling berkirim pesan singkat. Isinya hanya satu kata: kangen. Sesederhana itu, dan kita merasa cukup.

Dulu, kalau mamaku belum datang menjemput, dan rapatmu belum dimulai, kita suka duduk berdua di taman kampus. Lalu kita akan mulai bicara apa saja, kadang sambil makan buah yang kebetulan aku bawa dari rumah. Memang hanya sebentar, tapi kita sama saling menyempatkan.

Aku masih ingat juga, kalau aku belum pulang sampai larut, kamu selalu menunggu. Nanti ketika aku sampai rumah, aku akan mengirim pesan, dan kamupun akan dengan sigap membalasnya. Hanya hal sekecil itu, tapi selalu meninggalkan senyum saat aku mengingatnya sebelum tidur.

Hei, aku tiba-tiba ingat sesuatu lagi! Masih ingat akun sosmed yang kita punyai dulu? Salah satu sosmed yang jarang sekali dijamah orang. Di sana, kita berteman, berdua saja. Kita meng-ignore setiap friend request yang datang. Se-nggak jelas itu, tapi sampai sekarang masih terasa menyenangkan.

Aku tak tahu apakah kamu mengingat banyak hal sebanyak yang aku ingat tentang kita. Aku tidak tahu apakah kamu merasakan rindu yang aku rasakan sekarang.

Hujan sudah berhenti, genangan air di jalan pun telah mengering. Kukira semudah itu air hujan akan hilang dari pandangan. Sampai kemudian aku tersadar, ketika genangan mengering, maka matahari telah menjadikannya bagian dari udara. Udara yang kuhirup. Udara yang lalu menyatu dengan nafasku. Lalu bukankah nyatanya genangan air itu tidak akan pernah pergi?

Aku hanya ingin sampaikan, bahwa aku tidak merasakan sedikitpun penyesalan. Ada yang bilang, orang bisa memberi tanpa mencintai. Tapi, orang tidak bisa mencintai tanpa memberi.


Hai kamu, terima kasih pernah membuat aku se-jatuh cinta itu...


"Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel bernard batubara"

Selasa, 01 April 2014

Short Trip to Bogor :D

0

Hai haaaii! Happy long weekend (untuk ke sekian kalinya)! Awal-awal tahun ini banyak banget long weekend. Di mana-mana, yang namanya libur pasti menyenangkan, walau mungkin cuma dihabiskan dengan istirahat seharian di kamar kosan. Nah, long weekend kali ini, akhirnya aku bisa liburan juga keluar dari Jakarta, pergi sejenak dari rutinitas. Destinasi yang dipilih adalah kota Bogor. Awalnya sih nggak ada rencana apapun buat liburan ini, tapi karena ada temen baik yang dateng dari Surabaya, dan dia bilang mau ke rumah saudaranya di Bogor, aku langsung excited! Hehehe. Yang pertama muncul di kepalaku adalah Kebun Raya Bogor. Excited banget, apalagi udah lama nggak mbolang yang jauh.

Jadilah aku ngajakin 2 orang lagi untuk jadi partner membolang kali ini. Total cuma ada 4 orang yang berangkat naik kereta dari Jakarta. Ada aku, Yoga, mbak Nisa, dan Nia alias Cece.

Sabtu pagi kami memulai perjalanan dengan cara ketemuan di pedagang mie ayam di deket shelter Tosari. Waktu aku nyampe di sana, si Yoga udah selesai makan. Aku sms deh Cece, tanya dia udah nyampe mana, ternyata udah deket dan dia malah minta dipesenin mie ayam juga. Alhasil kami ngobrol-ngobrol dulu di situ, secara udah lama nggak ketemuan, sambil nungguin Cece selesai makan. Selesai makan, kami langsung cabut ke Stasiun Sudirman. FYI, dari kami berempat, nggak ada yang pernah ke Bogor, jadi ini adalah murni mbolang.

Sampai stasiun yang ternyata jaraknya deket banget, jalan kaki nggak nyampe 15 menit kayaknya, kita langsung beli tiket. Awalnya Cece mau pake kartu Flazz-nya, kirain bisa buat berempat, eh ternyata nggak bisa. Yaudalah akhirnya dia malah ikutan beli tiket biasa. Setelah itu, masuklah kami ke stasiun. Celingukan, aku nanya kereta kita yang jalur berapa ya, kenapa tadi nggak nanya sekalian? Hahaha. Sempet bingung tapi untungnya ada papan petunjuk di jalur seberangnya. Ternyata yang arah Bogor ada di jalur seberang, jadi kamu mesti naik untuk nyeberang ke jalur untuk Kereta yang ke Bogor. Mas-mas penjaga loket tadi bilang keretanya bakal dateng jam setengah 9, tapi nyatanya jam 8.15 keretanya udah dateng. Nah kalo kayak gini ini kesalahan yang bikin happy, karena datengnya lebih cepet dari perkiraan. Udah ngebayangin bakal penuh banget keretanya, soalnya kan awal long weekend yang mungkin orang-orang pada mulai liburan atau pulkam. Tapi ternyata nggak rame-rame amat, sih. Awalnya emang kami harus berdiri, tapi beberapa menit kemudian, ada dua orang yang turun, jadinya kami bisa duduk dengan tenang. Kecuali si Yoga, karena dia selalu terlalu lambat ngambil duduk kalau ada orang yang turun. Dasar, baik banget dia emang.

Di perjalanan, as usual aku suka ngeliatin sekitar. Entah itu ngeliat ke luar jendela, ngeliat perilaku orang-orang di dalem kereta juga suka. Ada satu kejadian menarik, sih. Jadi, orang sebelahku kan awalnya cowok, pake celana robek-robek, dan seingetku juga bertato. Pokoknya masuk definisi cowok serem versiku, lah. Sementara itu, di sebelah dan sebelahnya lagi itu cowok biasa aja, yaa bisa tergolong cowok-cowok yang rapi gitu. Terus waktu berhenti di salah satu stasiun (aku lupa stasiun mana), ada ibu-ibu yang naik. Karena nggak ada tempat duduk kosong, ibu itu berdiri. Dan jeng jeeeeng, coba tebak siapa yang akhirnya menawarkan tempat duduk??! Dialah cowok yang aku anggap serem tadi. Sedangkan cowok-cowok rapi tadi malah nggak peduli, nggak ada yang inisiatif ngasih tempat duduk buat ibu itu tadi. Haahaa, never judge a book by its cover, ya memang :)

Beberapa menit perjalanan berlalu, mbak Nisa mulai memperlihatkan tanda-tanda ngantuk. Padahal, malemnya, dia udah tidur duluan sekitar jam setengah 9an. Dan sepagi itu dia udah ngantuk lagi, hahaha, super sekali! Akhirnya, karena perjalanan juga kayaknya masih jauh, masih banyak stasiun yang harus ditempuh, diapun tidur. Jujur aja aku juga ngantuk, dan kalau di perjalanan tuh hampir selalu aku ngerasa ngantuk dan pengen tidur. Tapi, demi mbolang pertama ini, aku nggak tidur.

Sekitar jam setengah 10, kami sampai di Bogor. And the first thing we did was.. Foto-foto! Padahal masi di stasiun aja udah foto-foto. Hehe. Nggakpapa lah yaa, namanya juga pertama kali ke Bogor. Setelah foto beberapa kali, kamipun nyari jalan keluar stasiun. Satu hal yang aku sadari waktu pertama menapakkan kaki di Bogor adalah, ternyata Bogor lumayan panas juga. Aku kirain Bogor itu selalu mendung, kan julukannya kota Hujan. Tapi nggakpapa lah, berarti doaku dikabulkan, soalnya, malemnya, aku berdoa biar Sabtu nanti cerah. Jadi enak kalau mau jalan-jalan.

Sampai pintu keluar stasiun, kami segera disambut dengan pemandangan hijau. Bukan, bukan pohon, tapi angkot. Ternyata sejenis sama Jakarta ya, angkot di sini warnanya hijau semua, yang ngebedain ya angkanya. Hampir sama kayak di Malang juga, warnanya biru semua, tapi yang ngebedain huruf-hurufnya. Agak susah sih ya, aku lebih suka angkot yang warna-warni gitu, biar lebih gampang ngebedainnya, kayak di Surabaya. Berbekal informasi yang aku himpun dari para blogger, Cece yang udah tanya-tanya ke temennya, kamipun langsung menuju angkot 02. Tujuan pertama adalah ke Kebun Raya Bogor. Tapi, kami tetep nanya dulu sebelum naik angkot, ke Kebun Raya atau nggak, kan takutnya nyasar. Setelah nannya dan emang itu ke Kebun Raya, naiklah kami. Pertama bingung, di sini angkot bayarnya berapaan. Berunding sejenak, yaudahlah kasih 3000 aja.

Nggak sampai 15 menit, sampailah kami di Kebun Raya Bogor. Waah.. banyak turisnya juga ternyata. Kamipun foto-foto dulu di depan. Sejak dari sini, Yoga kami nobatkan jadi baby sitter sekaligus fotografer. Huahaha. Dia cowok sendiri di antara kami berempat. Ya bisa ditebak lah kemana nasibnya akan mengalir.. :p