Rabu, 02 April 2014

Surat Untuk Mantan

0

Hai, kamu, apa kabar? Apa masih suka telat bangun di pagi hari? Apa masih suka menunda makan pagi sampai kamu harus kelaparan sekali di sore hari? Apa masih suka bernyanyi dan bermain gitar seperti dulu?
Apakah kadang aku melintas sebentar di ingatanmu?

Aku hanya ingin memberitahumu, bahwa aku sedang rindu.

Dulu, kalau aku belum mau tidur, aku suka memintamu menemaniku lima menit saja. Bertukar pesan yang tak jelas arah pembicaraannya. Seabsurd itu, dan kamu mau.

Ingatkah kalau kita sedang lama tak bertemu? Kita suka saling berkirim pesan singkat. Isinya hanya satu kata: kangen. Sesederhana itu, dan kita merasa cukup.

Dulu, kalau mamaku belum datang menjemput, dan rapatmu belum dimulai, kita suka duduk berdua di taman kampus. Lalu kita akan mulai bicara apa saja, kadang sambil makan buah yang kebetulan aku bawa dari rumah. Memang hanya sebentar, tapi kita sama saling menyempatkan.

Aku masih ingat juga, kalau aku belum pulang sampai larut, kamu selalu menunggu. Nanti ketika aku sampai rumah, aku akan mengirim pesan, dan kamupun akan dengan sigap membalasnya. Hanya hal sekecil itu, tapi selalu meninggalkan senyum saat aku mengingatnya sebelum tidur.

Hei, aku tiba-tiba ingat sesuatu lagi! Masih ingat akun sosmed yang kita punyai dulu? Salah satu sosmed yang jarang sekali dijamah orang. Di sana, kita berteman, berdua saja. Kita meng-ignore setiap friend request yang datang. Se-nggak jelas itu, tapi sampai sekarang masih terasa menyenangkan.

Aku tak tahu apakah kamu mengingat banyak hal sebanyak yang aku ingat tentang kita. Aku tidak tahu apakah kamu merasakan rindu yang aku rasakan sekarang.

Hujan sudah berhenti, genangan air di jalan pun telah mengering. Kukira semudah itu air hujan akan hilang dari pandangan. Sampai kemudian aku tersadar, ketika genangan mengering, maka matahari telah menjadikannya bagian dari udara. Udara yang kuhirup. Udara yang lalu menyatu dengan nafasku. Lalu bukankah nyatanya genangan air itu tidak akan pernah pergi?

Aku hanya ingin sampaikan, bahwa aku tidak merasakan sedikitpun penyesalan. Ada yang bilang, orang bisa memberi tanpa mencintai. Tapi, orang tidak bisa mencintai tanpa memberi.


Hai kamu, terima kasih pernah membuat aku se-jatuh cinta itu...


"Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel bernard batubara"

0 komentar:

Posting Komentar