Selasa, 06 Juni 2017

Kehilangan Besar

0

Hujan belum berhenti sejak pagi tadi. Dari jendela ruangan ini, genangan-genangan di jalan tampak jelas. Rintik air seperti menari-nari saat jatuh ke tanah. Bagiku hujan selalu mendamaikan walau sejenak, selalu menenangkan walau sesaat.

"Mas, Marsya mana?"

"Eh udah bangun, ternyata. Nyenyak banget tidurmu, sayang.."

Aku menghampiri tubuhnya yang masih tergolek lemah itu. Wanita yang kucintai ini, tentulah sedang mengemban beban yang tidak ringan.

"Iiih, Marsya mana?" desaknya.

"Marsya masih dibawa sama Ibu, kamu tenang aja," kataku sambil mengelus rambutnya. Susah payah kutahan air mata agar tidak jatuh, serupa mendung yang berusaha keras menampung hujan, menunggu saat yang tepat untuk tercurah.

"Kan aku kangen.."

"Iya, aku tahu. Makanya, kamu cepet pulih yaa. Jangan banyak pikiran dulu.."

***

Hanya di saat seperti ini aku bisa mencuri waktu. Wanitaku sudah terlelap lagi. Berjingkat kutinggalkan ruangannya. Sebentar saja, bisikku dari kejauhan.

Aku butuh tempat berbagi.

"Nak, bagaimana nanti Ayah akan menceritakan semua ini pada Bundamu?"

Aku berbicara pada pusara Marsya yang basah. Bukan karena hujan, tapi air mataku sendiri.

Sabtu, 03 Juni 2017

Pasirku

0

Di salah satu senja yang paling jingga, satu deburan ombak telah membawanya pergi
Lihatlah, bahkan aku sanggup melihatnya menarik sauh dari dasar
Pun aku yang membantu mendorong sedikit bahteranya menemui lautan
Dan masih aku, yang berdiri melambaikan tangan, begitu percayanya jika takdir akan membawanya ke dermaga ini lagi
Suatu saat nanti

Sabit bertengger di atas kepala
Dinaungi bintang-bintang tuan para cahaya
Ada anak manusia yang gigih mengetuk pintu langit
Lantun katanya menceritakan kata pulang
Relung-relung batinnya mengisyaratkan ketidakmungkinan yang tak lelah ia percayai
Langkah-langkah kakinya terlatih pergi ke dermaga, membawa harapan yang ia lepaskan bersama sepoi dari kepak camar

Aku sedang berbicara padamu, wahai diri
Kamu yang tak henti meyakini, bahwa pasir yang dibawa ombak, kelak akan diganti kerang warna-warni yang memperindah pesisir
Lalu apakah ini tengadah tangan terakhirmu?
Setelah malam-malam yang kau habiskan untuk mencari dukungan semesta

***

Pagi itu aku masih ke dermaga
Tak ada ombak yang membawanya pulang, memang
Pasirku
Tuhan telah menggantinya dengan kerang warna-warni




03.06.2017