Jumat, 25 Oktober 2019

Kompasiana: Ini Rasanya Jadi Jurnalis!

0



Terakhir kali menyentuh platform Kompasiana sekitar empat tahun yang lalu. Sudah lama hanya berkutat di blog pribadi, itupun tak seberapa aktif. Apa excuse-nya? Kesibukan di kantor tentu saja, haha. Lalu apa dong yang bikin aku tiba-tiba mampir lagi dan membuka akunku di Kompasiana?

Jadi beberapa waktu yang lalu, aku iseng mencari namaku di fitur pencarian khusus artikel akademis dan jurnal. Setelah membuka beberapa tautan yang mencantumkan namaku, tapi ternyata bukan aku (maklum, nama pasaran), akhirnya aku menemukan satu jurnal yang ditulis oleh Siswanto, judulnya "Sosok Presiden Ideal dan Tantangan Isu-Isu Global: Menimbang Aspek Kepemimpinan Capres pada Pilpres 2014". Aku telusuri lembar demi lembar, sampai akhirnya aku menemukan namaku tertera di situ. Guess what?! Salah satu artikelku di Kompasiana dijadikan rujukan dalam jurnal itu, judulnya "Kepemimpinan Ideal bagi Indonesia Menurut Ki Hajar Dewantara". What a surprise! Aku nggak nyangka, artikel yang kutulis tujuh tahun lalu itu teryata dijadikan referensi penulisan jurnal.



Jadilah aku kembali menyusuri jejak-jejak artikel yang pernah kuposting di Kompasiana. Kompasianer, itu gelar yang kusandang sebagai kontributor sejak tahun 2012 sampai 2015, tahun dimana artikelku tentang tips menabung untuk para perantau itu menjadi penutup karya-karya tahun sebelumnya. 

Empat tahun absen dari Kompasiana, ternyata sudah banyak yang berubah. Mulai dari segi tata letak, sampai kategori artikel. Masih ingat banget dulu ada kategori "Muda", dan aku paling sering nulis artikel untuk kategori itu. Sekarang kategorinya sudah makin banyak dan beragam, berarti makin banyak juga tema tulisan yang bisa di-explore oleh para Kompasianer. Aku jadi semangat lagi untuk nulis di sana deh, hihi. Ah, memang nggak salah Kompasiana menyematkan tagline #BeyondBlogging, karena memang di platform ini kita bisa dapatkan banyak hal, lebih dari sekedar ngeblog!

Dalam rangka #11TahunKompasiana kali ini, aku mau bikin pengakuan bahwa aku rindu! Ya, aku rindu rasanya melihat artikelku terpampang menjadi headline. Aku rindu perasaan bangga ketika mengetahui bahwa tulisanku dibaca ribuan orang. Aku rindu merasakan menjadi seorang jurnalis yang karyanya tampil di platform berita.

Dear Kompasiana, terima kasih telah menjelma menjadi blog sosial sejak sebelas tahun lalu. Terima kasih telah menjadi wadah untuk menerbitkan karya, berinteraksi dengan para Kompasianer lainnya, dan memberikan rasa baru untuk dunia blogger. Long Live, Kompasiana!

Salam Kompasianer :)


Kamis, 17 Oktober 2019

Menuju Halal : Pilah-Pilih Vendor Pernikahan

3

Menarik waktu kembali ke belakang, beberapa bulan yang lalu ketika tanggal lamaran baru ditetapkan, sekitar akhir tahun 2018. Kami sepakat untuk lamaran tanggal 3 Maret 2019, dan aku mau pernikahan maksimal dilangsungkan 6 bulan setelah acara lamaran, yang berarti mentok bulan September 2019. Minta pendapat keluarga, dan mempertimbangkan permintaan nenekku supaya akad dilaksanakan pas tanggal lahirku, dipilihlah tanggal 21 September 2019 sebagai tanggal akad nikah.

Udah banyak temen yang ngingetin kalau bikin acara nikahan di Jakarta harus cepet-cepet cari vendor, utamanya soal gedung, karena saking ramainya dan rebutan, biasanya udah mulai booking gedung dari setahun sebelumnya. Jadilah bahkan sebelum lamaran, aku udah mulai browsing-browsing soal gedung dan katering. Dua hal itu menurutku komponen inti banget untuk acara nikahan, jadi aku prioritaskan dulu. Kalau soal undangan, suvenir, dan printilan lain malah belum terlalu khawatir, tapi untuk jaga-jaga yaa aku kadang iseng cari-cari juga lewat instagram.

Era sosmed benar-benar membantu banget gengs. Kalo dibuat persentase, kayaknya 80% informasi vendor tuh aku dapat dari instagram, jadi jangan capek dan bosen scroll-scroll ya, wkwkwk. Oiya, yang nggak kalah penting, cari juga blog atau postingan yang isinya pengalaman nyiapin acara nikahan, ini juga sangat membantu untuk nambah-nambah referensi, syukur-syukur kalau ada review-nya juga.

Okedeh tanpa berpanjang lebar lagi, ini dia vendor yang aku pakai untuk acara nikahan bulan Juli kemarin. Loh kok jadi Juli? Iya, karena berbagai alasan, terutama faktor kesehatan orang tua, nikahan aku dimajukan jadi bulan Juli. Total persiapan untuk acara akad dan resepsi cuma sekitar 2 bulan. Alhamdulillah semua lancar :D

1. Gedung
Setelah beberapa kali browsing, tanya-tanya kontak gedung, dan survei langsung, pilihan jatuh ke Aula Sarbini Taman Wiladatika, Cibubur. Kenapa pilih di sini? Pertama karena lokasinya dekat dengan rumah keluarga aku, dan posisi dia nggak jauh dari pintu tol, jadi relatif lebih mudah dicari. Untuk ukurannya, cukup untuk 300 undangan alias 600 orang. Biaya sewa under 10 juta (belum termasuk charge). Aku sarankan langsung ke sana aja, ke kantor pemasarannya, biar bisa langsung ngobrol sama marketingnya, termasuk soal booking tanggal dan referensi katering rekanan. Biaya booking tanggal nggak mahal kok, aku kemarin 2 juta aja. Oh iya, di sini juga banyak guesthouse dan kamar-kamar yang disewakan ya, jadi kalau kalian ada saudara dari luar kota, nggak perlu susah nyari penginapan yang jauh.

2. Undangan
Aku udah rajin browsing undangan bahkan sejak sebelum lamaran, hahaha. Dari awal aku udah pengen undangan yang bernuansa vintage dan simpel gitu. Setelah follow beberapa akun ig, akhirnya pilihan jatuh pada akun @separopicture. Desain undangannya unik-unik, harga terjangkau, dan adminnya baik banget. Di kala aku nyaris jadi bridezilla, adminnya sabar banget tiap aku nanya-nanya progress pengerjaan undangan udah sampai mana. Mereka juga langsung solutif ngubah pesananku jadi order prioritas pas ada perubahan tanggal nikah yang awalnya September jadi Juli. Salut, doi bisa menyelesaikan undangan sebanyak 300 pcs bahkan lebih cepat dari waktu yang mereka janjikan. Dan jelas, undangannya aku suka banget, sesuai ekspektasi, temen-temenku juga pada suka :D

3. Suvenir
Sejak awal, yang kumau adalah suvenir yang usefull, misal pouch. Hampir sama kayak undangan, aku udah searching dari jauh hari. Setelah membandingkan satu akun dengan akun yang lain, satu bentuk dengan bentuk yang lain, akhirnya aku mutusin order suvenir di akun @nguliksouvenir. Desain aku modifikasi dari browsing dan tambahin detailnya sendiri. Aku mau gambarnya kapal, tempat dimana aku dan suami pertama kali ketemu.. eaaa.. Sebelas dua belas sama vendor undangan, adminnya juga baik dan sabar banget. Aku tanya-tanyain mulu pengerjaan suvenirnya udah sampai mana, aku ingetin lagi dan lagi kalau waktu udah mepet, tapi ga pernah sekalipun marah. Yang lebih mengherankan, suvenir udah dikirim duluan baru minta pelunasan, huhu ku terharu banget.

4. Sanggar Rias (Make up dan attire)
Setelah fix pilih katering rekanan gedung, aku ditawari 2 pilihan sanggar rias (rekomendasi dari kateringnya). Mempertimbangkan bahwa Sanggar Tiara yang udah lebih sering kerja sama dengan katering ini, akhirnya aku pilih sanggar Tiara aja. Bulan Juni aku sowan ke sanggarnya untuk lihat-lihat sekaligus langsung pilih baju dan fitting. Mereka punya banyak koleksi, jangan khawatir. Terus juga mengakomodasi keinginan kita banget, misal mau kerudungnya dibentuk syar'i, mau bajunya agak dilonggarin, dll. Juli awal langsung fitting akhir, dan tanggal 28 Juli dipakai deh pas resepsi. Super kilat? Pastinya, wkwkwk. Akupun udah nggak ada waktu untuk trial make up, udahlah pasrah aja sama periasnya. Alhamdulillah make up pas hari H bagus dan aku suka banget, temen-temen juga pada bilang manglingi, hehe.

5. Katering
Daaan tibalah gongnya, katering! Aku juga udah rajin nyari info katering sejak sebelum lamaran. Iseng aja gitu kontak katering, minta info paketannya. Terus dibandingin satu sama lain. Pada akhirnya, aku ambil katering rekanan gedung (psst bisa ngurangin charge juga lho kalo pake rekanan, hehe). Manna Cipta Rasa Katering (cek ig nya di @mannaciptarasa), kupasrahkan hari H resepsi padanya. Jadi katering ini udah langsung sepaket semua, mulai makanan, rias+baju (pake sanggar rekanan dia, Sanggar Tiara), mc, dokumentasi, dan dekorasi.
Alhamdulillah pilihan yang tepat karena semuanya memuaskan sekali. Makanan enak banget dan banyak porsinya, selesai acara masih banyak banget makanan yang kami bawa pulang, hehehe. Temen-temen juga pada bilang makanannya enak-enak, sampe nambah. Dekorasi pas sesuai keinginan, mereka punya banyak referensi. Dokumentasi apalagi, dapet albumnyaa bagus banget, dan 1 foto yang dicetak super gede plus bingkainya.

Yaaaps, itulah vendor-vendor yang mendukung acara resepsi aku beberapa bulan yang lalu. Alhamdulillah dipertemukan dengan vendor yang baik dan amanah semuanya. Oh iya, aku ada tips buat kalian yang mau nyiapin acara pernikahan nih:

1. Cari info sejak jauh hari, karena beberapa vendor ada ngasih promo di jangka waktu tertentu. Misal kalau udah booking bulan September, walau acara masih tahun depan, masih kena harga tahun ini, alias nggak kena harga baru yang udah naik.

2. Tanyalah sedetail mungkin ke vendor, nggak perlu takut dibilang cerewet. Kalau mereka baik, pasti nggak keberatan punya klien sebawel apapun, haha.

3. Jangan malas bikin perbandingan alternatif vendor. Aku kemarin bikin excel perbandingan, misal untuk katering, itu aku bikin kolom2, kalau vendor A harga sekian dapet apa aja. Untuk vendor suvenir malah lebih detail, vendor B untuk harga sekian dia ukuran pouchnya berapa, bahannya apa. Detail banget kaaan, thanks to jiwa perfeksionisku dah.

4. Last but not least, jangan lupa selalu ngobrol dan pertimbangin segala sesuatu dengan pasangan dan keluarga yaa :)

Okeeey, semoga postingan ini cukup membantu kegalauan kalian yang lagi nyiapin hari bahagia ya. Semoga lancar segala persiapannya, rukun dan bae-bae sama calon (biasanya bakal sering berantem kalo deket hari H), semangat memberikan yang terbaik untuk hari baiknya nanti :)

Rabu, 09 Oktober 2019

Honeymoon Trip: Magelang dan Jogjakarta

0

Sekitar satu bulan sebelum acara nikah, Malang resmi kami coret untuk tujuan honeymoon. Padahal aku juga udah nyusun itinerary dll nya. Tapi yaudah, jadwal cuti dan pindahan kos memang nggak memungkinkan, yah memang belum berjodoh sama Bromo, jadi kami memutuskan untuk pilih destinasi yang relatif lebih dekat. Aku pilih Jogja (kota favorit) dan Magelang untuk trip kali ini. Mau napak tilas adegan-adegan di AADC 2, hahaa.

Daftar tempat wisata, pembagian hari, tempat nginap dll-nya aku yang urus, biar sesuai sama kemauanku, hehee. Memang nggak sempat bikin itin yang detail banget kayak pas mau ke Malang, karena keterbatasan waktu. Tapi at least udah tahu mau kemana aja dan ngapain aja. Satu hari setelah resepsi, hari Senin tanggal 29 Juli 2019, honeymoon trip kami dimulaaaaiii :D

Senin, 29 Juli 2019

Kereta kami berangkat jam 21.30 di stasiun Senen. Karena aku belum sempat packing untuk liburan, jadi dari rumah Om di Cibubur, kami mampir dulu ke kosanku untuk packing sejak siang hari. Sekitar jam 7 malam, berangkatlah ke stasiun dan langsung cari makan untuk ganjal perut biar nggak rewel selama sekitar 7 jam perjalanan ke Jogja. Setelah isi perut, kami cabs ke peron dan naik kereta. Tepat waktu, malam itu kereta meluncur menuju destinasi favorit sepanjang masa: Jogjakarta :)

Selasa, 30 Juli 2019

Selasa pagi, kereta kami berhenti di Stasiun Tugu yang saat ini sudah disebut Stasiun Yogyakarta. Dari sana, kami jalan menuju pintu keluar, dan menikmati Jalan Malioboro yang lebih sepi dari biasanya. Selain masih pagi, yaiyalah sepi, kan lagi hari kerja, wkwkk. Kebetulan doi udah lamaaaaa banget nggak ke Jogja. Beda sama aku yang tiap tahun hampir nggak pernah absen untuk main-main ke kota ini. Jadilah kami foto-foto melulu. Puas foto-foto, perut mulai kerucukan, akhirnya kamipun mencari makanan yang pas untuk disantap pagi-pagi. Setelah melewati beberapa stand makanan, pilihan jatuh pada soto ayam kampung yang nikmat, dekat Malioboro Mall.


Kenyang makan soto, kami lanjut ke agenda selanjutnya. Maunya aku ajak suami ke Beneng Vrederburg, tapi doi ngga mau, akhirnya kami cuma foto-foto di depannya. Karena waktu check in hotel masih lama, kami mutusin untuk ngurus ATM suami dulu. Yap, ATM doi ketelen pas sebelum resepsi, jadi yaudah lah mumpung ada kantor Bank B** di Malioboro, sekalian aja ngurus ATM. Tapi ganti ATM ngga semudah itu ferguso, kami harus ngurus surat kehilangan dulu. Jalanlah kami dengan nggeret koper dan memanggul keril, kami ke kantor polisi terdekat yang ternyata nggak dekat-dekat amat, hahaha. Sekitar jam setengah 10, kami selesai ngurus ATM, dan langsung menuju halte bus transjogja terdekat. Loh mau kemana? Mau ke Magelang :D

Jadi gini, rencananya kami akan menginap di Magelang 2 malam, baru nanti hari Kami balik ke Jogja dan menginap semalam aja. Kenapa naik transjogja? Biar seru lah semi backpacking gitu, hehee. Pertama kami naik bus transjogja nomor 8 sampai halte Ngabean, lalu transit naik transjogja nomor 9 menuju terminal Jombor. Nanti kami akan naik bus jurusan Borobudur dari sana. Tarif transjogja nggak banyak berubah, cukup Rp 3.500 aja udah bisa kemana-mana, asal nggak keluar dari halte.

naik transjogjaa
Sesampainya di terminal Jombor, kami langsung menuju bus jurusan terminal Borobudur, karena penginapan yang kami booking memang letaknya persis di sebelah Candi Borobudur.


Bus jurusan Borobudur ini memang nggak senyaman bus transjogja, tapi ya gimana lagi, adanya ini. Tanpa AC, dan jarak antar tempat duduknya sempit banget, akhirnya dengan barang yang bejibun itu kami pilih duduk di bangku paling belakang. Perjalanan menuju Borobudur ditempuh dalam waktu sekitar satu jam. Sampai di terminal Borobudur, kami lanjut naik becak menuju penginapan pertama: Cempaka Guesthouse Borobudur. Seperti namanya, penginapan ini lokasinya persis di sebelah candi megah yang sudah terkenal di seantero dunia. Masuk sedikit lewat gang sempit dari pinggir jalan, dan taraaaaaa sampai deh..
kamar kami ada di sebelah kiri
Sampai di penginapan, yang pertama ada di pikiranku adalah: hmmm sesuai ekspektasi. Memang sengaja cari penginapan yang tenang dan nyaman. Ternyata sih bonus lumayan instagramable, tapi waktu itu lagi males foto-foto, hahaha. Cempaka guesthouse ini hanya punya beberapa kamar, kalau nggak salah hitung sih mungkin nggak sampai sepuluh kamar. Kami pesan Deluxe Room, dengan ukuran kamar yang luasnya cukup lah untuk 2 orang. Fasilitas ada heater, kopi teh dkk, lemari tempat nggantung baju, ada tv juga, wifi, toiletries lengkap. Nilai plus banget kamar mandinya yang super nyaman dengan bathtub yang bikin betah berendem lama-lama. Lagi-lagi nggak aku foto, hehe, coba browse aja langsung ya : Cempaka Guesthouse Borobudur. Oh iya, di sini juga nyediain jasa sewa motor lho, jadi kami nggak perlu bingung nyari persewaan motor. Sehari biayanya Rp90.000, di luar bensin.

Hari pertama ini sebenernya kami punya banyak rencana. Sore mau ke Borobudur, lalu jalan-jalan di sekitar. Yak, tapi rencana tinggal rencana, kami lelah dan lebih memilih untuk leyeh-leyeh aja sambil beli makanan untuk ganjal perut. Literally leyeh-leyeh, tidur siang, bangun-bangun udah hampir jam 5, haha parah. Akhirnya sekitar abis maghrib kami mulai lapar dan memutuskan untuk jalan ke luar nyari makan. Beneran jalan kaki nih, karena motor baru mulai disewa besok paginya, untuk pergi ke Air Terjun.

Jalan kaki sekitar jam 7 malam, ternyata udah lumayan sepi, ngga kayak di Jakarta (yaiyalah). Warung-warung di pinggir jalan udah pada tutup, sampai akhirnya kami lihat ada warung yang masih menyala lampunya, walau bapak pemilik warung kayaknya lagi beberes mau tutup, wkwkwk. Akhirnya kami makan di sana, saya pesan bakmie godhog, Rizki pesan bakso pakai nasi. Rasanya not bad, apalagi bapak dan ibunya melayani dengan super baik. Selesai makan, kami ngobrol-ngobrol sama ibu pemilik warung sekalian bayar, kami pun nanya dimana ATM terdekat. Sebenernya nggak jauh, tapi kalau jalan ya capek, mbak, itu yang dibilang si Ibu. Di luar dugaan, kami dipinjami motor, dong. Huhuu terharuuuu. Akupun nitipin KTP sebagai jaminan, ga tega si Ibu baik banget <3

Hari pertama di Magelang kami tutup dengan urusan per-ATM-an, makan, dan leyeh-leyeh, belum satupun destinasi yang kami kunjungi. Yah nggakpapa, namanya juga honeymoon, yang penting quality time berdua :)

Rabu, 31 Juli 2019


Sebelum berangkat jalan-jalan, kami sarapan dulu. Untuk sarapan, kami ditanya sehari sebelumnya, mau sarapan ala indo atau ala western. Kalau western ya pakai sandwich gitu deh. Karena perut orang indo, yaudahlah pesen sarapan ala indo aja, alias nasi goreng, wkwkk. Surprisingly, it tasted gooood. Nasi goreng yang dimasak bersama potongan wortel dan buncis. Nyaaammm..


Destinasi pertama adalah Air Terjun Kedung Kayang yang lagi hits di medsos. Seperti di foto, kami berangkat ngga pagi-pagi amat, tapi masih lumayan teduh di sana. Sepanjang perjalanan mata dimanjain sama pemandangan sawah, Gunung Merapi dan Merbabu di kanan-kiri, serta hawa sejuk yang makin lama makin berasa dingin. Perlu waktu sekitar satu jam untuk sampai ke air terjun ini. Sampai di tempat wisata, setelah parkir motor, kami masih harus jalan sedikit sekitar 15 menit. Sempat berunding untuk ke bawah air terjun atau cukup lihat dari atas aja. Tapi mengingat kami nggak bawa baju ganti untuk basah-basahan, yaudah deh cukup dari atas aja, foto-foto.

Sampai di spot foto, ada 2 spot yang sudah nggak asing lagi kalau kita jumpai foto air terjun ini di medsos. Dan memang masyaallah yaaa pemandangannya emang relaxing banget...

ku lupa ini Merbabu atau Merapi, wkwk
pemandangan air terjun dari atas
berdua <3
baguuus pemandangannya, sukaa


Matahari lumayan terik, tapi anginnya dingin. Hawa begini nih yang biasanya bikin kulit gosong, wkwkwk. Setelah puas foto-foto, kamipun jalan balik. Tapi demi lihat mushola dan warung, akhirnya kami pesen mie instan dulu, sholat, baru deh lanjut ke destinasi berikutnya. Awalnya mau memperbanyak stok foto ig di Pinusan Kragilan. Tapi doi seperti kurang berminat. Akhirnya kami memutuskan untuk capcus ke air terjun lagi. Kali ini namanya air terjun Grenjengan Kembar.

Hampir satu jam perjalanan menuju air terjun ke dua di perjalanan kami ini, setelah sempat tergoda mampir ke hutan pinus tempat selfie, melewati rumah-rumah penduduk, sampai akhirnya menemukan plang petunjuk nama air terjun, aku mulai ragu. Rizki tetep yakin untuk lanjutin perjalanan dengan naik motor, walau jalanannya sempit banget dan masuk hutan gitu. Gmaps juga sudah ngga begitu membantu. Tapi yaudah kami tetap maju. Ada beberapa spot selfie tapi kok sepi banget dan berdebu, kayak udah lama banget nggak dikunjungi. Perasaanku nggak enak, tapi suami masih yakin. Kami ngelewatin jembatan kayu yang hiasan-hiasannya udah lusuh, aku udah nyaranin balik aja, tapi nanggung katanya.

Sampai di satu titik yang doi yakin motor bakal susah ngelaluinnya, aku turun dan jalan beberapa meter ke depan. Cek sama foto yang ku browsing di sosmed, lalu sampailah pada satu kesimpulan:

Air terjunnya kering, lagi kemarau :(

itu turun lagi beberapa meter, tapi karena surut, ya ngga ada pemandangan apa2, hiks
Kecewa sih, tapi yaudah lah. Akhirnya kami balik lagi menuju penginapan. Lihat waktunya dulu, kalau masih cukup, maunya mampir ke hutan pinus (teteeeeup). Sampai Ketep Pass, sekitar setengah 3 sore dan akhirnya kami mesti realistis kalau nggak mungkin mampir ke mana-mana lagi karena sore nanti kami mau ke Borobudur nikmatin sunset. Kamipun pilih untuk nongkrong makan mendoan di salah satu warung yang berjajar di seberang Ketep Pass.

ngemil with the view...
Jam 3an, kami cabs pulang ke penginapan. Perjalanan sekitar satu jam sampai penginapan, lalu kami sholat ashar dan leyeh-leyeh sebentar. Jam setengah 5an, kami berangkat ke Borobudur yang cuma sepelemparan batu dari tempat kami. Belajar dari pertama kali aku ke Borobudur, siang hari, puanas banget. Dan memang sore hari adalah waktu yang tepat untuk mengunjungi Borobudur. Suasana udah adem, nggak terlalu ramai orang, dan yaaa, view sunsetnya memang menjanjikan :)

bapak satpamnya rada ganggu pemandangan -_-
pict by me :p


Sunset di Borobudur mengingatkan aku pada momen nonton sunset di Candi Ratu Boko. Nggak bisa nyari sunset di pantai, di candi pun jadi, wkwk. Cuman ya emang kudu pinter-pinter nyari spot untuk foto (spot instagramable maksudnya). Kalo cuman sekedar pengen duduk-duduk nikmatin sunset sih banyak spot yang bisa ditempati. Kami nggak bisa terlalu lama di sini, karena jam 17.15 udah diumumin untuk segera turun dan capcus dari area candi.

Namanya area candi, pasti dikelilingi taman yang luaaaas. Setelah kaki lumayan lelah, sampai juga di gerbang keluar. Kamipun segera ambil motor di parkiran, lalu mengisi perut di warung bakso di sekitaran Borobudur. Baksonya lumayan enak, cuma sayangnya aku lupa namanya apa, hehe. Yak, petualangan hari ini ditutup dengan sunset yang indah. Besok, rencananya kami akan berburu sunrise di Punthuk Setumbu yang berdasarkan Gmaps jaraknya cuma 15 menit dari penginapan. See you tomorrow :D

Kamis, 1 Agustus 2019

Awalnya kami bimbang mau berangkat jam berapa ke Punthuk Setumbu. Mau berangkat setelah subuh, takutnya udah ketinggalan sunrisenya. Tapi mau berangkat sebelum subuh juga takutnya tempat sholat di sananya ngga nyaman. Akhirnya setelah mempertimbangkan ini itu, kami tetap sholat subuh dulu, baru deh berangkat.


Benar aja, sekitar jam setengah 6an kami udah sampai di lokasi. Setelah parkir motor, kami lanjut ke tempat berburu sunrise-nya. Jadi kami harus menyusuri tangga untuk sampai ke teras pandangnya. Tenang, nggak begitu menanjak, dan nggak begitu jauh juga, jadi bisa dinikmati lah perjalanannya. Kalau mau beli cemilan atau minuman juga bisa beli di warung-warung yang berjejeran di pinggir jalur tangga. Oh iya ternyata di sini ada mushola-nya, mungkin memfasilitasi pengunjung yang dari jauh ya, yang nggak sempat sholat subuh dulu.

Menurutku pribadi, pemandangan yang lebih magis dan menarik malah bukan sunrise-nya, tapi pemandangan Borobudur yang tertutup kabut pagi.



suka banget sama berkas matahari menembus awan
Selesai menikmati view dan sejuknya Punthuk Setumbu, kami pun kembali ke penginapan untuk sarapan, bebersih, dan siap-siap untuk check out cabs ke Jogja. Nggak naik becak seperti awal kedatangan kami di Magelang, kali ini kami pesan ojek online. Sempat mempertimbangkan nerus aja sampai Jogja sekalian, tapi naik bis memang pilihan yang lebih ekonomis, wkwkwk. Akhirnya kami turun terminal Borobudur dan naik bis sampai terminal Jombor. Sampai di Jombor udah siang banget dan panas, tak sanggup lagi naik transjogja, maka ojol kembali jadi pilihan. Sekitar jam 4 sore, kami sampai ke penginapan yang letaknya di sekitaran Malioboro. Terfavorit, nginap dekat Malioboro itu emang strategis banget karena kemana-mana deket. Mau belanja deket, mau ke stasiun deket, mau cari makanan apalagi, deket banget.

Hari ini agenda kami nggak muluk-muluk, pokoknya mau makan bakmie jogja, kata suami. Baiklah, aku rekomendasikan bakmi Mbah Gito, walau udah tau ngantrinya luar biasa. Tapi kapan lagi kan, mumpung ke Jogja ini.

Sebelum cabs ke bakmi Mbah Gito, kami mampir dulu ke Tempo Gelato. Tempat makan eskrim yang udah pasti aku kunjungi kalo ke Jogja :9


Kalap beli cup yang buesar, dan ternyata Rizki ngga seberapa doyan eskrim, wkwkwk. Jadilah kami cuma berhasil ngabisin 3/4 eskrimnya. Kami lanjut mampir dulu ke alun-alun Kidul. Rizki penasaran pengen coba lewatin 2 beringin kembar. Doi ngga percaya kalo sebelum jalan kudu diputer-puter dulu badannya. Sebenernya udah hampir berhasil, tapi dia ngga percaya tiap aku arahin, hahaha. Dan malu-malu dilihatin orang, padahal yang nyobain kan ngga cuma dia doang.



Sebelum bener-bener cabs ke Mbah Gito, kami menyempatkan diri beli jajanan favorit, apa lagi kalau bukan telor gulung, wkwk. Kami makan sambil duduk di pinggir alun-alun. Ada hal menarik di salah satu sisi alun-alun. Kami melihat beberapa anak usia sekolah yang duduk melingkari seorang mbah-mbah perempuan, mereka seperti sedang wawancara. Rizki yang penasaran langsung ikut menghampiri, ngobrol lah dia sama salah satu anak laki-laki. Ternyata benar masih anak sekolah, ada tugas wawancara gitu. Selesai wawancara, mereka ngasih mbah itu sekotak martabak manis alias terang bulan. Entah Rizki hatinya lagi mellow atau gimana, dia nyamperin mbah dan ngasih something. Di luar dugaan, si Mbah malah nawarin terang bulan itu ke Rizki. Masya Allah yaa, memang kita ngga perlu kaya dulu untuk bisa memberi. Asli terharu. Sebagai orang yang terbiasa dengan kerasnya Jakarta, kelembutan hati si Mbah bener-bener barang langka yang nggak mudah dijumpa.


Sesampainya di Mbah Gito, seperti biasa, ramainya luar biasa. Waiting list nggak seberapa panjang, cuma mas pelayannya udah bilang kalau mungkin makanan harus ditunggu ready nya selama 2 jam. Ya tapi karena nggak tau kapan lagi bisa ke sana, kami iyain aja. Benar, nggak lama kami langsung dapat duduk di dalam, cuma ya itu, nunggu makanannya lama. Tapi alhamdulillah nggak sampai 2 jam, perut kami udah terisi penuh, hehe.

Hari ini ditutup dengan nikmatnya bakmi Jogja, besok agendanya adalah belanjaaaaa, yeaaayy :D

Jumat, 2 Agustus 2019

Yak, ini adalah hari terakhir kami honeymoon, hiks, kembali ke kehidupan nyata. Setelah sarapan, kami langsung cabs ke Pasar Beringharjo. As usual beli bebatikan, dan nyari blangkon mini buat Zhafran si gemes. Puas belanja, kami balik ke hotel. Rizki sholat Jumat, aku beres-beres persiapan check out.

Rizki balik dari sholat Jumat, udah beres semua, kami check out dari hotel, lalu menuju ke stasiun untuk nitipin barang-barang. Siang ini, sebagai agenda penutup, kami berencana pergi ke Parangtritis. Aku belum pernah ke sana, walau ke Jogja udah berkali-kali banyaknya. Setelah urusan titip menitip barang sudah beres, kami cabs makan siang dulu di Spesial Sambel, wkwkwk. Tempat favorit, walau nunggu makanannya lumayan lama. Akhirnya, hampir jam 3 sore, kami baru bisa jalan ke Parangtritis.


Perjalanan ke Parangtritis membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Sebenernya deg-degan juga nih keburu atau nggak waktunya. Waktu menunjukkan pukul 4 sore ketika kaki kami menjejak pasir Pantai Parangtritis. Sensasi yang berbeda, melihat hamparan lautan biru yang berpadu dengan pasir berwarna legam, dan ombak yang bergulung-gulung di kejauhan. Hembusan angin yang lumayan kencang agak bikin belibet sama kerudung. Tapi aku tetap happyyyyy sekali bisa main ke pantai lagi sejak terakhir ke Labuan Bajo tahun lalu <3




Kami nggak sempat nungguin sampai sunset, takut ketinggalan kereta. Akhirnya jam 5 sore kami cabs balik ke Jogja. Jam 8 malam, kereta membawa kami ke Jakarta, petualangan Magelang - Jogja sudah sampai di ujungnya.

Alhamdulillah, akhirnya pergi ke salah satu kota kesayangan ini bersama suami tercinta. Insya Allah masih banyak tempat-tempat yang akan kita kunjungi berdua, masih akan jauh langkah-langkah kaki ini kita jejakkan beriringan, dan masih panjang waktu-waktu yang kita habiskan untuk bergandengan tangan.

I love you, mas suamayyy.. selamat menempuh petualangan terpanjang sebagai keluarga :)

Senin, 26 Agustus 2019

Surat Cinta Untukmu

2

Assalammu'alaikum, suamaayy.. Ini hari Senin, kamu pasti sibuk dengan semua report itu, sementara aku di rumah karena sakit, lalu iseng mencoba mengisi lagi blog yang baru berisi tiga postingan saja di tahun ini. Anggap saja aku rindu menulis, anggap saja ini surat cinta :p

Flashback ke bulan April tahun 2018, di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, tempat pertama kita bertemu, saling berjabat tanpa menyebut nama. Aku pikir yang bersamamu itu pacarmu, ahahhaa, eh ternyata saudara. Kta nggak banyak ngobrol selama di sana, karena kamu emang pendiem banget. Aku juga males berakrab-akrab, karena lagi liburan. Mending juga nikmatin pemandangan daripada susah-susah maksain nyari bahan pembicaraan, wkwkww. Tapi aku dan mbanggi cukup akrab sama tante Umi. Beberapa kali kami nongkrong bertiga di kamar. Entah sholat, atau sekedar pakai sunblock. Tante rasa kakak banget deh, asik banget soalnya tante Umi, nggak kayak kamu yang diem mulu :p


Momen ini adalah yang paling aku inget. Malem itu kapal jadi gelap banget, aku bertanya-tanya, jangan-jangan genset mati. Ternyata itu settingan buat kamu yang lagi berusaha motret bintang-bintang di langit. Pelan-pelan aku nyamperin kamu, kutanya "motret apa?", kamu cuma jawab singkat "milkyway". Terus aku ngacir deh, duduk-duduk di tepi kapal. Eh tapi pas mau ngefoto, kan aku niatnya pindah duduk di kursi makan aja biar nggak jadi photobomb, tapi tiba-tiba kamu bilang "Eh di situ aja udah". Taraaaa, jadilah foto itu :)

Rabu, 06 Februari 2019

Sharing Session: Seleksi Beasiswa LPDP

4

pict from amsterdamnews.com

Sesuai judulnya, sharing session, jadi postingan ini nggak akan berisi tips and trick atau kiat sukses atau apapun itu yaa, karena aku sendiri pun belum berkesempatan untuk menjadi salah satu awardee LPDP. Jadi disclaimer dulu nih di awal, di sini aku sifatnya hanya sharing tahapan tes yang harus dilalui ketika mengikuti seleksi beasiswa magister LPDP.

Jadi, sejak awal tahun 2018 aku sudah bertekad untuk daftar beasiswa. LPDP menjadi salah satu lembaga yang aku incar, karena menyediakan beasiswa dalam negeri. Oia, LPDP provide banyak jenis beasiswa ya, ada beasiswa magister, beasiswa S3, beasiswa thesis, beasiswa penelitian, dan lain-lain. Jadi, ada baiknya mulai sekarang kalian coba berkunjung ke website-nya, kemudian download buku panduannya. Hal itu juga yang aku lakukan sebagai langkah awal daftar beasiswa: buka web, download buku panduan, dan bikin akun di sana. Bikin akun dulu aja, ngisi data-data. Untuk melanjutkan ngisi form beasiswa, kalian harus firm dulu soal jurusan dan universitas yang kalian tuju, karena sekali diisi nggak akan bisa diganti.

Aku mengawali upaya dengan mencari tahu proses seleksi LPDP dari temen yang sudah terpilih menjadi awardee. Alhamdulillah dia dengan senang hati share ini itu, tips ini itu. Nah, salah satu hal penting yang harus disiapin untuk beasiswa LPDP ini adalah ESAI. Untuk kategori Beasiswa Afirmasi (TNI, POLRI, PNS), ada 2 esai yang harus disiapkan, yaitu Esai Kontribusiku untuk Indonesia dan Esai Rencana Studi. Untuk kategori yang lain, harus juga menyiapkan satu Esai lagi yaitu Esai Keberhasilan Terbesarku. Esai-esai ini akan menjadi salah satu komponen yang harus dipenuhi untuk tahap pertama: seleksi administrasi.

1. Seleksi Administrasi
Pada tahap seleksi administrasi, kita akan diminta untuk mengupload kelengkapan dokumen. Jadi beasiswa LPDP ini fully online yaa prosesnya. Pengumuman dan segala yang berhubungan dengan tahapan seleksinya diumumkan di akun masing-masing, email, dan sms. Beberapa dokumen yang harus diupload antara lain ijazah terakhir, sertifikat TOEFL/IELTS, dan esai-esai yang udah aku sebutkan di atas tadi.
Saran: Jangan sampai miss satu dokumen pun yaa, diperhatikan baik-baik dokumen apa saja yang harus diupload, dan ketentuan untuk maisng-masing dokumennya seperti apa.

2. Seleksi Berbasis Komputer
Setelah lolos seleksi administrasi, tahapan selanjutnya adalah seleksi berbasis komputer (SBK). Nah, SBK ini baru diterapkan tahun 2018 kemarin, jadi cek-cek lagi kebijakan seleksi yang dibuat LPDP ya, siapa tahu ada perubahan. Ada 3 bagian dalam tahapan SBK ini, yaitu Tes Intelegensia Umum, Tes Kepribadian, dan Esai on The Spot. Kalau nggak salah ingat, waktu totalnya sekitar 2,5 jam. Untuk bagian Esai On The Spot, skemanya bisa berbeda-beda. Kalau aku sih, waktu itu diberikan satu artikel yang endingnya diminta untuk memberikan saran/usulan kebijakan pemerintah.
Saran: Makan dan istirahat yang cukup sebelum tes, supaya badan dan pikiran fresh. Banyak-banyak baca berita terkini untuk persiapan esai on the spot. Biasakan bikin esai yang runtut (pembuka, isi, penutup). Selesaikan dulu 3 bagian itu, baru nanti ditambah-tambahin lagi bagian isinya. Ini untuk mengantisipasi esai yang belum selesai ketika waktunya sudah habis.

3. Seleksi Substansi
Lolos SBK, lanjut tahap seleksi substansi. Tahapan ini terdiri atas 3 bagian, yakni verifikasi dokumen, leaderless group discussion (LGD), dan tes wawancara. Verifikasi dokumen ya cukup siapkan semua dokumen yang sudah kamu upload (versi aslinya). LGD sebenernya mirip-mirip sama Focus Group Discussion, jadi nanti kita akan dibagi kelompok-kelompok beranggotakan 7-8 orang. Kita akan diberikan waktu sekitar 30 menit untuk mendiskusikan satu topik (given pada saat itu juga) dan mengambil kesimpulan. Sedangkan untuk tes wawancara, persiapkan baik-baik rencana studi, dan esai yang sudah kamu siapkan. Pertanyaan dari para interviewer berpatokan dari esai yang kita tulis tadi. Walau demikian, pertanyaan-pertanyaannya ya unpredictable sebenernya, karena pasti berkembang dari jawaban kita juga.
Saran: Banyak cari tahu berita-berita terkini (atau bahkan yang lama juga) karena topik LGD itu bisa tentang apapun. Ya, apapun. Jadi banyak banget kemungkinannya.

Dari tiga tahapan tadi, aku ngga lolos di seleksi substansi. Dan sedihnya, kalau ngga lolos seleksi substansi, kita cuma punya satu kesempatan lagi untuk ikut beasiswa LPDP. Semoga besok-besok kebijakan ini nggak berlaku lagi, hehehee *ngarep. Makanya, sekarang aku masih siap-siap dulu yang matang banget, karena cuma tinggal punya satu kesempatan lagi untuk ikutan, hiks. Nah, buat temen-temen yang berminat untuk daftar LPDP, pelajari bener program studi yang jadi pilihan kalian (apa aja mata kuliahnya, tiap semester ambil berapa sks, bahkan juga prodi yang sekiranya match juga dengan kamu tapi ngga kamu ambil. Siapkan jawaban, alasan, dan pertimbangan terbaik kamu ketika memilih program studi itu. Ini penting banget pas wawancara.

Nah, sekian dulu yaa sharing session pengalaman pertamaku daftar beasiswa, hehe. Jangan patah semangatttt kalau belum keterima *self note*. Masih ada kesempatan yang lain, dan beasiswa yang lain. Semangat sekolah lagiiii :)

Jumat, 25 Januari 2019

Besarnya Rasa Syukur

0



Pagi tadi, hujan turun di bawah langit abu-abu Jakarta. Rintik hujan yang menderas tercetak jelas di balik jendela. Baru sekitar dua mingguan aku pindah kos di tempat yang sekarang, pindah ke tempat yang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Siapapun yang pernah tahu kos lamaku pasti nyaranin untuk segera pindah, karena ventilasi udaranya yang kurang memadai. Selain itu, aku merasa cukup nyaman dengan fasilitas yang sudah ada. Tapi beberapa bulan lalu aku sakit batuk-pilek sekitar satu bulan, dan itu yang bikin aku tergerak untuk pindah kosan. "Aku mau cari kos yang ada jendelanya," itu tekadku. Dan alhamdulillah, info adek OJT mempermudah aku menemukan calon tempat tinggal baru :)

Kembali di pagi tadi, saat aku memandang jendela dan merasakan angin semilir yang menelusup masuk lewat celah yang sengaja kubiarkan sedikit terbuka, tiba-tiba terbesit rasa syukur yang amat dalam. Sederhana saja, aku mensyukuri jendela kamarku. Lalu terpikir pula, "Kenapa coba nggak dari dulu aja aku ngekos di sini". Pagi dan hujan mungkin adalah perpaduan yang sempurna untuk berdialog sejenak dengan diri sendiri. Dialog yang diam-diam menghadirkan pemahaman dalam benak dan hati ini, bahwa...

Jika terlalu cepat menemukan, mungkin rasa syukurku tidak akan sebesar ini.. :)

Lalu ingatan melayang saat berbulan-bulan lalu, saat belum datang sakit batuk-pilek yang panjang itu. Belum begitu merasa butuh adanya ventilasi, adanya jendela kamar. Belum merasa butuh pentingnya sirkulasi udara yang baik, biar kalau sakit virusnya nggak muter-muter di dalam kamar terus. Mungkin, kalau saat itu aku sudah pindah di kos yang sekarang, rasa syukurku akan biasa-biasa saja. Jendela kaca ini nggak akan terasa seperti karunia, tapi sekedar dua bilah kaca untuk menikmati langit senja.

Rasa syukur sepertinya juga beriringan dengan keinginan atau kebutuhan. Bayangkan saja, es jeruk yang tadinya hanya berupa keinginan, ketika terbeli atau didapatkan, ya sudah, paling-paling hanya merasa senang sebagai konsekuensinya. Tapi coba saja ketika es jeruk itu datang ketika kita merasa amat haus, di tengah panas terik, ia telah menjelma jadi kebutuhan. Ketika es jeruk ada di depan kita, masya Allah, pasti setiap tegukan tidak lepas dari rasa syukur yang membuncah. 

Tepat waktu, dan selalu tepat apa yang kita butuh. Bukankah itu janji Allah terhadap umatNya? Menurut Allah, inilah saat yang tepat untuk pindah kos, dengan fasilitas yang pas sedang aku butuhkan juga. Terkesan lebay? Mungkin. Tapi, sekecil apapun hal di dunia ini bisa terjadi hanya karena jika ada izin Allah. Jangan sampai lupa itu.

Maka persoalan jodoh pun bisa dianalogikan serupa. Ketika telah menemukan orang yang tepat, jika dalam hati terbesit mengapa baru dipertemukan sekarang, maka jawabannya adalah..

Jika tidak dipertemukan di saat ini, di saat yang tepat, mungkin kamu tidak akan mensyukuri kehadirannya sebesar ini. Mungkin kamu tidak akan menghargainya sebaik ini. Mungkin kamu tidak akan bertekad menjaganya sehati-hati ini. Mungkin kamu tidak akan menyayanginya setulus ini :) 

Jumat, 04 Januari 2019

2018: A Year Full of Surprise

0



Tak terasa 2018 sudah sampai di penghujungnya. Seperti biasa, tahun ini pun berjalan sangat cepat, tapi Alhamdulillah, tidak berlalu begitu saja. Setiap tahun punya keistimewaannya masing-masing, dan tahun 2018 istimewa karena penuh kejutan. Yang namanya kejutan, bisa menyenangkan, bisa menyedihkan, bisa berupa hal baik, atau juga kejadian yang tidak diinginkan. Tapi kesemuanya itu membentuk suatu keseimbangan yang menempa dan membentuk diriku yang sekarang.

So, inilah kejutan-kejutan di 2018-ku!


LAMA RASA BARU adalah hal-hal lama yang (tiba-tiba) dilakukan kembali di tahun ini.

Pemandu Grup PPAB YISC Al Azhar 2018
Terakhir kali jadi pembina/pemandu/pendamping macam gini tuh waktu kuliah semester 5, waktu itu jadi kakak pendamping peserta ospek jurusan. Nah kali ini, di awal tahun, aku nyoba daftar jadi kakak pemandu grup Program Penerimaan Anggta Baru YISC Al Azhar tahun 2018. Satu kelompok dapat dua orang kakak pemandu. Kebagian grup 17 (yang akhirnya dinamakan Lubabah), aku duet sama kak Andin. Handle grup memang gampang-gampang susah, secara satu grup isinya heterogen banget, baik dari segi usia, pekerjaan, latar belakang, dan lain-lainnya. But overall, fun kok, ketemu macem-macem personality itu seru dan menarik.. :)  




Seminar Pekan Kekayaan Negara
Sudah lamaaaaa sangat nggak pernah bikin event. Setelah pas kuliah non stop bikin acara-acara setiap tahun, masuk kerja langsung bum! Lupa caranya handle event, hahaha. Tapi di bulan Oktober, tetiba diajak gabung jadi panitia acara seminar di kantor. Aku yang biasanya jadi MC dan terima jadi aja susunan acara, sekarang "dipaksa" bikin rundown, make sure rundown-nya jalan, mastiin pic per kegiatan. Akhirnya kembali merasakan hal-hal seru kayak gini, nggak sekedar bikin nota dinas di depan komputer atau duduk nyatat hasil rapat. Penyegaran banget sih buat aku :D


Kemenkeu Mengajar 3
Kegiatan volunteering yang udah aku ikuti sejak tahun 2016, sejak tahun pertamanya dilaksanakan. Setiap tahun selalu ada rasa baru, karena dipertemukan dengan orang-orang yang berbeda di satu kelompok, mencoba metode mengajar yang berbeda dari tahun sebelumnya, dan pastinya ketemu dengan anak-anak yang karakternya begitu berwarna-warni. Kemenkeu Mengajar tuh kegiatan yang bikin dilema. Sebelum hari H, ribeeeet banget nyiapin ini itu sampai rassanya kapok. Tapi begtiu setelah hari H, jangan ditanya deh, pasti berasa recharge dan nggak mau ketinggalan untuk ikutan lagi di tahun depan!





SEPULUH TRIP di tahun 2018, baru aku sadari pas ngedaftar udah kemana aja aku tahun ini. Jadi wisatawan dalam kota Jakarta dan luar kota.

Bandung Trip
Ini bisa dibilang birthday trip, hehehe. Pas weekend aku ultah, pergi ke Bandung sama Cece. Di sana kami nginap di hotel dekat Braga, strategis banget tempatnya, alhasil kami kemana-mana jalan kaki (Masjid Raya, Museum Asia Afrika, landmark Braga, makan di Warung Lima Rasa). Sisanya, sudah pasti main di mall, wkwkwk. Ah jadi pengen ke Bandung lagi :D


Purwokerto Trip
Trip yang lumayan not well prepared, haha. Berhubung mbak Dani habis lahiran bakal segera capcus ke Papua ngikut suaminya, aku sama mbak Tika nyamperin dia di Purwokerto. Nengokin Shanum yang masih baby banget, sekalian jalan-jalan lah. Di sana dijamu dengan sangat amat menyenangkan sama keluarga mbak Dani (disuruh makan mulu, wkwk, apalagi mendoan, dah ga keitung berapa lembar). Jalan-jalan juga ke Baturraden, makan sroto, es durian). Waktu itu kami nginap di deket rumah mbak Dani, kamarnya ada di lantai 2, dan pemandangannya pegunungan. Sore-sore, mandang gunung, langit senja yang bersemu oranye, dan adzan yang berkumandang. Syahdu!


Jogja Trip
Tahun ini tiga kali ke Jogja! Tapi yah, Jogja memang selalu menyenangkan dan menenangkan untuk didatangi lagi dan lagi, nggak ada kata bosan sama sekali. Maret ke Jogja terus ke Solo dalam rangka nikahan mas Alam. Mei ke nikahan mas Yogi. Agustus liburan sama Cece. Jogja oh Jogja, sekarang aja aku udah pengen lagi ke sana :)




Ende-Labuan Bajo Trip
Ini diaaa gong-nya liburan tahun ini. Setelah berbagai pergolakan, akhirnya berangkat juga di bulan April, sama mbak Anggi. Ke Ende, kami menengok Danau Kelimutu yang terkenal di uang lima ribuan itu. Ke Labuan Bajo, kami menjajal rasanya sailing trip, menginap di kapal dan terapung berhari-hari di lautan. Banyak cerita, banyak tawa, banyak pengalaman, dan banyak pemandangan indah yang disaksikan. Nggak nyesel sama sekali, walau pas balik Jakarta langsung seret dompetnya, hahaha. Oiya., catatan perjalanan kami bisa dibaca di sinidi sinidi sini, dan di sini :D



Magelang Trip
Setelah dari nikahan mas Yogi, cabs ke Magelang nikahan si Ucup. Gileee, wedding traveller emang, wkwkwk. Duluu banget pernah ke Magelang, tapi nggak sempat menengok Candi Borobudur. Kali ini aku nggak mau kehilangan kesempatan, jadilah for the first time, aku ke Borobudur jugaaa  :D



Hutan Mangrove Trip
Bulan Juni, tak sanggup menahan hasrat ingin ngetrip, aku sama mbak Anggi jadi wisatawan dalam kota, kami nyobain ke Hutan Mangrove di Jakarta Utara. Bagus buat foto-foto, cuman udah mulai banyak sampah, sedih. Udah dibikinin tempat bagus, tapi kitanya sendiri malas ngejaga kebersihannya. Hiks..



TMII Trip
Akhirnya, setelah hampir 5 tahun di Jakarta, aku tau juga yang namanya Taman Mini Indonesia Indah, wkwk. Yah walaupun waktu itu TMII lagi rame buangeeet, sampe sempet salah masuk acara orang (acaranya make salah satu anjungan, ya meneketehe), macet pula di dalemnya, tapi terima kasih sudah ngajakin ke sini ya, Ky. Sah juga aku jadi orang Jakarta :p


Ragunan Trip
Ini  pun nggak direncanakan, karena kebetulan ada yang ngadain acara di sana, terus ikut datang fun walk di sana. Ternyata Ragunan bagus banget ya (ndeso tenan). Banyak wahana-wahananya, bersih, terus kayak banyak bangunan-bangunan menarik yang bisa dinaiki, dipanjat, pun dijadikan tempat foto-foto (teteeep ya). Ini juga pertama kalinya aku ke Ragunan, setelah sebelumnya cuman pernah naik busway yang jurusannya ke sana, hehe.



Tulungagung Trip
Oktober, nikahan sohib travelling-ku. Hati rasanya campur aduk. Happy pastinya lihat mbak Anggi akhirnya menikah dengan masnya. Tapi di sudut terdalam, ada sedih juga karena pasti udah nggak akan sebebas dulu kalau mau jalan-jalan. Oiya, btw ini trip tek-tok yang bikin aku sadar bahwa badanku sudah nggak semuda dulu, wkwkwk. Dulu pernah tek-tok Jakarta-Kediri, rasanya biasa aja Tapi kemarin, tek-tok Jakarta-Tulungagung rasanya udah remuk aja punggung. Hampir nggak bisa bangun tidur siang, nyaris ketinggalan kereta, wkwk. 


Ancol Trip
Baru-baru ini, sih, ke Ancol. Gegara pengeeeen banget jalan-jalan ke pantai, tapi angin dan ombak sedang nggak bersahabat. Yaudah, akhirnya ke Ancol deh, yang deket aja. Surprisingly, ada pasir putih yang masih bersih di pantai Ancol (kayaknya sih bagian baru, katanya dulu nggak ada). Lumayan lah, setidaknya ke pantai. Cukup tutup mata, rasakan hembusan angin, dengarkan deburan ombak, dan bayangkan pantai-pantai indah di Nusa Tenggara :p




FIRST TIME, yang pertama kalinya. Ya gitu, pengalaman pertama. 

Khatam Terjemah Al-Qur'an
Bener-bener pengalaman pertama nyelesain baca terjemah Al-Qur'an. Alhamdulillah diberi kesempatan untuk join PINBAKU39.2 di Daarut Tauhiid Jakarta, dan bertemu dengan sodari-sodari Tumbuh 8 yang selalu saling mengingatkan. Ini pencapaian buatku, karena sebelumnya kalau baca terjemah ya sepotong-sepotong aja, kalau lagi pengen, belum pernah secara utuh dari awal sampai akhir. Oiya, yang mau join, sekarang udah ganti nama jadi Kelas Mentari Hati, cus cari infonya di instagram yaa :)


Artikel Pertama
Bulan Juli, bulan bersejarah dimana untuk pertama kalinya aku nulis artikel yang serius (soal kerjaan) dan dimuat di media resmi kantor. Rasanya campur aduk. Ada seneng, bangga, tapi juga takut kalau tulisan itu jadi memancing "huru hara", karena mungkin ada salah penafsiran, hehe. Tapi alhamdulillah sejauh ini aman, sih. Next pengen nulis yang kayak gitu lagi, semoga bisa :D



Seleksi LPDP 
Yap, tahun ini pertama kalinya berusaha daftar beasiswa. Sudah sampai tahap akhir, tapi yah memang belum rezeki. Mungkin kurang persiapan, mungkin belum begitu matang, mungkin memang belum waktunya. Nggakpapa, belajar dari kesalahan, untuk daftar lagi tahun depan. Sedih sih, pasti, tapi yasudah, mari menghabiskan jatah gagal. Satu hal yang penting adalah ketika sudah mencoba dan mengusahakan yang terbaik namun gagal, mungkin ada sedih, tapi bukan penyesalan.. ;)


SWEET SURPRISE yang benar-benar tidak disangka-sangka.

Post Card from Kak Muti (Desember)
Di suatu sore, terkaget-kaget dapat kartu pos di atas keyboard. Dan ternyata dari Kak Muti yang lagi sekolah di Australia. How sweet you are, Kak, aku terharu. Sama sekali nggak ada ekspektasi bakal dikirimi kartu pos dengan tulisan yang bikin hati meleleh. Thankyou, Kakmuuut. Semoga sukses sekolahnya, semoga selalu dijaga Allah kapanpun dan dimanapun berada :*



--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Flashback setahunan ini, banyak yang datang dan pergi, ada cerita tentang jatuh dan bangun, banyak tawa dan sesekali tangis, limpahan syukur yang kadang tertutup oleh khilaf kecewa.

Alhamdulillah, Alhamdulillah. Sekali lagi, Allah yang paling tahu apa yang terbaik, Allah yang paling tahu kapan waktu yang tepat, dan pasti Allah yang lebih tahu apa yang paling kita butuhkan. Itu pelajaran berharga yang di tahun ini, banyak diingetin lagi sama Allah untuk meyakininya lagi dan lagi. Keep husnudzon, keep husnudzon.

Salah satu kejadian yang paling berkesan ya pas ditolak beasiswa. Aku nggak terbiasa dengan kegagalan (terakhir kali ngerasain ditolak tuh sama BI pas ngelamar kerja tahun 2013), dan sekarang harus ngalamin. Rasanya pahit sih, nyesek, karena udah sampai tahap akhir, udah deket banget. Tapi aku ngerasa banget bahwa Allah itu Maha Baik. Tepat pada hari pengumuman, aku nangis karena nggak keterima. Tapi alhamdulillah, Allah kirimkan seseorang biar aku nggak menjalani hari itu sendirian. Besoknya pun, berkesempatan nonton mini konser Kahitna (terus dapat bunga pulak, wkwk). Besokannya lagi, ketemuan sama orang-orang yang melipur lara hati.

Dan benarlah adanya ketika ada yang Allah ambil, maka akan ada pengganti yang Allah siapkan. Manusia datang dan pergi dari kehidupan manusia yang lain, meninggalkan jejak, pelajaran, dan membuat mereka tidak sama lagi. Berasa banget Allah memilihkan yang tepat, yang memang aku butuhkan, dan ya, melalui cara yang tidak disangka-sangka. Semoga semuanya dimudahkan dan dilancarkan Allah :)

Anyway, tahun ini adalah tahun yang memalukan buatku sebagai seorang blogger, karena cuma menghasilkan 8 postingan. Haduh ampun. Seperti yang sudah-sudah, di tahun 2019 aku bertekad lebih sering lagi posting, menghidupkan kembali blog ini seperti dulu. Semoga bisa konsisten beneran.

Tahun 2019, semoga segalanya lebih baik lagi. Personality yang lebih baik, ibadah yang lebih baik, kebiasaan yang lebih baik, hobi yang lebih baik, status yang lebih baik (eh :p), yah semuanya lah pokoknya. Tetap yakin bahwa sebaik-baik skenario adalah yang Allah atur, semoga diberikan kemampuan untuk selalu mengejar ridho Allah, bukan pandangan manusia.

Sekian dulu postingan kaleidoskop 2018 kali ini. Semoga 2019 menjadi tahun yang penuh berkah untuk kita semua. Aamiin :)