Jumat, 12 Desember 2014

Kesetrum Supernova!

2

picture taken from http://www.nasa.gov/images/content/414725main_W49b_optical_xray.jpg


Kemarin malam tiba-tiba memutuskan untuk nonton bareng temen-temen sekantor. Salah satu temen ngajak untuk nonton Supernova. Sounds familiar? Yes, itu adalah film yang diadaptasi dari novel berjudul sama, Supernova, karya dari salah satu penulis favoritku, Dewi Lestari. Aku jujur belom pernah baca bukunya, tapi gara-gara lihat trailernya, aku jadi pengen lihat. Yaudah, kamipun sepakat untuk nonton berlima.

Adegan pertama adalah prolog, kemudian tampaklah 2 pemuda bernama Reuben dan Dimas. Singkat cerita, mereka berdua ini membuat suatu cerita, roman, yang secara ajaib, terjadi secara nyata di belahan bumi yang lain. Cerita itu terjadi pada Ferre, Rana, dan Arwin. Kemudian ada yang namanya cyber avatar bernama Supernova. Supernova ini, sepenangkapanku, kayak jejaring sosial, yang kepadanya orang-orang bisa mengirimkan berbagai pertanyaan, yang kemudian akan dijawab oleh sang Supernova. Tentulah aku nggak bakal menceritakan endingnya seperti apa, hahaha, tonton aja sendiri.

Aku pribadi, berasa mikiiiir banget buat mencerna film ini. Terlepas dari bukunya yang memang belum pernah aku baca, menurutku, the hidden message dari film ini adalah tentang Tuhan. Terlepas (lagi) dari adegan-adegannya yang klimaks banget, awal-awal masih bisa paham, tapi makin ke belakang makin bikin dahi berkerut-kerut. Belum lagi bahasa alias kosa kata yang digunakan dalam film ini nyaris ajaib semua, kayak bifurkasi dan lain sebagainya. Selain bikin mikir, aku juga dibuat sadar bahwa, sebagai orang yang hobi nulis, kosakata yang aku punya masih kuraaaang banget.

Keluar dari bioskop, aku masih bertanya-tanya sendiri dalam hati, dalam pikiran, sebenernya maksudnya film Supernova ini apaan sih? Hahahaha. Baiklah, sepertinya baru ini film yang bikin aku mikiiir banget nontonnya. Baru ketika udah di kosan, sebelum tidur, merenung sendirian mikirin maksudnya film tadi, aku jadi bisa ambil pesan-pesan bagus dalam film Supernova. Baiklah mungkin hal-hal yang aku tangkap, pemahamanku terhadap film ini nggak sepenuhnya benar. Tapi, selama itu positif, aku rasa nggak ada ruginya untuk aku share di sini.. :D

Melalui film Supernova disampaikan bahwa tidak ada yang terjadi secara kebetulan di dunia ini. Kembali ke yang aku tulis di awal tadi, tentang menghadirkan Tuhan, aku sebenernya masih belum bsa memutuskan, tokoh mana yang berperan sebagai itu. Tapi kalau pendapatku pribadi sih, Dee memvisualisasikan Tuhan dalam diri Supernova itu sendiri.

Kenyataan bahwa Supernova di sini serba tahu. Ia menjadi tempat manusia-manusia dalam film ini menanyakan apapun tentang kehidupannya, curhat tentang masalah-masalahnya. Dan kemudian di film ini diceritakan juga bahwa Supernova bisa ada di mana saja, dekat dengan siapa saja. 

Bukankah demikian juga adanya dengan Tuhan? Kemana kita jika harus mempertanyakan kehidupan? Tuhan. Kemana kita harus mencari Tuhan? Kita tidak harus kemana-mana, karena Tuhan selalu berada di dekat kita, mengawasi kita, melihat kita menjalani baris demi baris skenario yang Dia tuliskan.

Tidak ada yang terjadi secara kebetulan di dunia ini, sudah ada yang mengaturnya, itu yang menurutku jadi pesan paling ngena di film ini.

Oh iya, ada satu quote favoritku di film ini, dialog dari ibunya Rana:

"Akan tiba suatu masa, di mana kebahagiaan personal tidak lagi menjadi prioritas kita..."

Benar, masa itu pasti ada. Seperti ketika kita menjadi seorang ibu, manusia mulia yang kebahagiaannya tidak sepenting kebahagiaan anak-anaknya, keluarganya..

Itu hal-hal yang finally aku terjemahkan dari film Supernova. Berhasil menemukan makna lain? Atau ada pemahaman yang benar-benar benar mengenai film ini dari yang udah pernah baca bukunya? Mari dishare :)

Selasa, 09 Desember 2014

untitled #3

0

kelak jika ada alunan musik yang membawa masa lalu kembali,
jangan menyalahkan lagu-lagu yang biasa kita nyanyikan bersama.

kelak jika gerimis datang dan tiba-tiba kau mengingat jas hujan biru tuamu yang ada padaku,
jangan salahkan air langit untuk ingatan itu.

kelak jika kau bermain ke pantai dan rindu melihatku berkecipak air di sana,
jangan salahkan indahnya pantai atas hadirnya kerinduan.

bukan salah siapa-siapa
bukan salah jalan yang bercabang
bukan salah hati yang tidak lagi menemukan rumah di masing-masingnya
bukan salah harap yang sedang tinggi-tingginya
ini hanyalah cuilan takdir
itu saja.

Senin, 08 Desember 2014

Buku Baru!

0




Akhirnya tahun ini ada juga karya yang bisa nyangkut diterbitin. Hehehe. Tahun ini bisa dibilang jadi tahun transisi. Yea, proses adaptasi yang berlangsung sepanjang tahun. Lingkungan baru, kerjaan baru, orang-orang baru, tantangan baru, jadi agak nggak fokus nulis. Bukan sekedar excuse yang dibuat-buat, karena memang beginilah adanya.

Sempat sedih karena sampai penghujung tahun, belum ada satupun karya yang bisa diterbitin, atau dijadiin buku kompilasi. Sampai akhirnya September lalu nulisbuku.com ngadain proyek menulis Surat Untuk Penghuni Surga. Tanpa pikir panjang langsung ikutan.

Lalu lolos, dan ini jadi buku pertama tahun ini. Buku pertama di bulan terakhir tahun 2014. Terimakasih nulisbuku :)

Sabtu, 06 Desember 2014

Buket bunga

5

Buket bunga yang diletakkan di teras sekian lama
Pernah terlihat seorang berjas cokelat membawanya
Di depan pintu, menanti

Anak kecil pernah melewati rumah itu
Terkesan dengan buket bunga
Warna-warni
Bahkan beberapa kali kupu-kupu mampir
Tapi ia teringat pesan ibunya
Jangan ambil apapun yang bukan miliknya
Ia pun pergi

Seorang wanita muda pun  pernah melihatnya
Dengan tatapan penuh iba
Dan sayang
Saat kuntum wangi itu menunjukkan masa layunya mulai datang
Menguning di sana-sini
Beberapa sudut yang berubah warna

Pintu rumah itu masih saja tertutup
Hingga buket bunga itu tinggal tali pengikatnya saja
Sementara isinya telah tenggelam
Menyatu dengan tanah sebagai hara

Sampai suatu saat hujan turun
Dua telapak tangan terulur dari jendela, mencoba meraba hujan

Ia tersenyum, menangkupkan kedua tangan ke depan hidungnya
Seperti sedang mencium wangi bunga

Ah, mungkin seperseribu hara itu ada yang terbawa uap sampai ke awan
Turun sebagai hujan
Yang akhirnya sampai kepada penghuni rumah...

Walau lama.

Senin, 01 Desember 2014

Untitled #2

0

Ilalang yang pada angin ia tak membangkang
Dedaunan jingga yang pada musim gugur tak pernah merajuk
Sebab musim pun pada masa ia harus takluk
Puja puji seakan pupus, sebab memang ada kalanya tunduk jadi jalan yang cuma satu

Liukan angin membawa ilalang pulang
Pun tanah jadi senyaman-nyamannya rumah
Sementara hujan dan panas adalah masing-masing satu kepastian

Lalu apa yang masih perlu dirisaukan?

sesederhana ini

0

"Aku besok ke kampus"

"Ya ampun kangen makan di kantin kampus.. Kantin gazebo, DW, apa aja deh.."

"Kangen makan mie rebus pake telor dan cabe rawit di gazebo pas ujan-ujan.."


lalu nostalgi demikian lancar mengalir...




Hei, kadang rindu memang sesederhana ini...