Senin, 30 Januari 2023

Skincare Review: Whitelab pH-Balanced Facial Cleanser

0

Haloo, ketemu lagi dengan postingan skincare review! Kali ini aku mau mengulas produk facial cleanser dari Whitelab, yaitu Whitelab pH-Balanced Facial Cleanser. Postingan ini sekalian menepati janji review yang aku tebar dari polling instagram. Mayoritas pilih review moisturizer, jadi aku udah posting duluan review pelembap di instagram. Nah selanjutnya adalah review face cleanser. Biar adil, tetep aku bikinin juga reviewnya, hehe. Semoga ke depannya bisa rutin mereview skincare ya, at least satu bulan sekali deh. Yuk ah, nggak usah lama-lama, kita ketemuan dulu sama Whitelab pH-Balanced Facial Cleanser!

Kemasan



Whitelab pH-Balanced Facial Cleanser dikemas dalam bentuk tube yaa, yang tinggal pencet aja bisa langsung kita pakai. Relatif aman dari bocor karena beberapa kali aku bawa bepergian dia ngga merembes kemana-mana. Kemasannya didominasi warna putih dengan tulisan hitam, so simple.

Kandungan

Agarikon Mushroom Extract: memiliki kandungan Agaric Acid dapat membantu merawat pori-pori kulit wajah sehingga membuat pori-pori nampak lebih kecil

Prebiotic Oat: membantu menenangkan kulit kemerahan serta melembapkan kulit

Niacinamide: membantu mencerahkan kulit, menyamarkan noda gelap, dan membantu mengurangi minyak berlebih pada wajah

Manfaat

Dengan 3 bahan unggulan di atas, facial cleanser satu ini punya banyak manfaat, yaitu:

  • Melembapkan dan merawat kehalusan kulit wajah
  • Membersihkan wajah dari debu dan kotorang hingga ke pori
  • Melawan minyak berlebih tanpa menimbulkan sensasi ketarik
  • Merawat pori dan menyamarkan tampilan pori

Tekstur


Facial cleanser punya Whitelab ini punya tekstur gel berwarna bening, ya. Ketika dibaur dengan air, nggak menimbulkan banyak busa. Tapi, cukup digunakan sedikit aja sudah bisa untuk seluruh wajah. Ada sedikit aroma lembut yang menenangkan.

Pengalaman Pemakaian



Aku pribadi sudah beberapa kali repurchase ya, saking cocoknya. Klaim Whitelab kalau facial cleanser ini nggak menimbulkan rasa ketarik adalah benar adanya. Aku suka juga karena dia nggak banyak busa, dan gampang banget dibilasnya. Setelah cuci muka juga kulit nggak terasa kering. Kulitku lumayan sensitif, jadi kalau nggak cocok sama facial cleanser biasanya akan jadi kering (sometimes ada efek gatal), timbul komedo putih di hidung atau bawah dagu, dan kadang jadi timbul jerawat juga (walau nggak banyak). Tiga hal itu sama sekali nggak aku alamin, jadi emang aku cocok banget-banget pakai produk ini.


Overall



Plus + 

  • ngga bikin kulit kering atau kerasa ketarik
  • wanginya lembut
  • ngga bikin kulit berminyak
  • hemat, karena pake dikit udah bisa untuk seluruh muka

Minus -

buatku sih ngga ada minusnya ya, hehehe.


Dari pengalaman pemakaian, dah bisa disimpulkan aku cocok banget pakai Whitelab pH-Balanced Facial Cleanser. Kalau kamu cari facial cleanser yang nggak bikin kulit kering dan ketarik, punya fungsi oil-control, dan bisa sedikit berefek mencerahkan, kamu bisa cobain produk Whitelab yang satu ini. Untuk ukuran 100 ml, dibanderol dengan harga Rp55 ribu aja, super terjangkau, kan?! Di aku sih facial cleanser ini bisa tahan sampe sekitar 2 bulan, dengan 2 kali cuci muka dalam satu hari. Super hemat, dan super love efeknya di kulit aku. Gimana? Tertarik cobain juga?



Sumber:

Whitelab.co.id

Kamis, 19 Januari 2023

Self-Love : Langkah Awal Menjaga Kesehatan Mental

0

 

sumber: Times Now

Kesehatan mental menjadi isu yang ramai dibicarakan baru-baru ini, khususnya di kalangan generasi muda. Berbagai informasi mulai dari cara menjaga kesehatan mental, sampai bahayanya self diagnose menjadi topik hangat yang sering berseliweran di sosial media. Remaja dipandang sebagai kelompok usia yang paling rentan mengalami gangguan mental dikarenakan emosi yang belum stabil, salah satunya dikaitkan dengan perubahan hormon dalam tubuhnya.

Berdasarkan hasil survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), ada satu dari tiga remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia memiliki masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir, atau setara dengan 15,5 juta orang remaja. Temuan lainnya mengatakan bahwa 2,45 juta remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia juga mengalami gangguan mental

Gangguan kecemasan menjadi gangguan mental paling banyak diderita oleh remaja, yakni 3,7%, yang merupakan gabungan antara fobia sisoal dan gangguan cemas secara menyeluruh. Persentase tersebut diikuti oleh gangguan depresi mayor sebanyak 1%, gangguan perilaku sebesar 0,9%, serta PTSD (gangguan stress pasca-trauma) dan ADHD (gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas) masing-masing sebesar 0,5%. Pedihnya, hanya 2,6% dari remaja yang memiliki masalah kesehatan mental menggunakan fasilitas kesehatan mental atau konseling untuk membantu mengatasi masalahnya.

Berkaca pada penelitian I-NAMHS sebelumnya, maka upaya-upaya untuk menjaga kesehatan mental memang mutlak harus dilakukan. WHO mendefinisikan kesehatan mental sebagai kondisi dimana seseorang mampu mengatasi stress, bekerja secara produktif, dan berperan serta di komunitas dan masyarakat. Salah satu cara yang paling mudah untuk menjaga mental tetap sehat adalah dengan menerapkan self-love atau mencintai diri sendiri. Apa sih self-love itu? Menurut Andrea Brandht, seorang psikolog asal Amerika Serikat, self-love adalah menerima dan menghargai kekurangan dalam diri karena hal ini dapat membuat kita menjadi diri sendiri dan dapat memiliki belas kasih terhadap diri sendiri. Dengan memiliki self-love yang kuat, maka seseorang akan memiliki rasa penerimaan diri yang kuat, mampu mengenali kebutuhan maupun emosi yang dirasakannya, sehingga dapat mengantisipasi atau mengatasi emosi-emosi negatif yang dia rasakan dengan cara yang positif.

Maharaj & April (2013) dalam penelitiannya yang berjudul The Power Of Self-Love in The Evolution of Leadership and Employee Engagement, mengungkapkan bahwa ada lima hal yang dapat membangun self-love itu sendiri, yaitu:

a.    Self-Knowledge : mengenali kebutuhan diri, motivasi, tujuan, kemampuan, dan hal-hal yang menyangkut diri sendiri.

b.    Self- Acceptance : menerima segala kelebihan maupun kekurangan yang ada dalam diri sendiri.

c.     Self- Renewal : memastikan diri sendiri tumbuh dari segu fisik, mental, dan spiritual.

d.    Self-Transcendence : memahami bahwa diri ini merupakan bagian kecil dari kehidupan dan bagaimana kita memberi makna dalam hidup.

e.    Self-Being : mengakui eksistensi diri sendiri dan melepaskan kebutuhan akan validasi orang lain atau masyarakat.

Setelah tahu bahwa self-love punya peran penting untuk menjaga kesehatan mental, pasti jadi bertanya-tanya nih, sudahkah selama ini kita mencintai diri sendiri? Apa saja sih yang bisa dilakukan untuk menciptakan self-love dalam diri kita?



Memahami Diri Sendiri

Tahap pertama adalah penting untuk bisa memahami diri sendiri. Apa sih yang sebenarnya diri kita butuhkan? Emosi apa sih yang sebenarnya sedang kita rasakan? Bagaimana cara agar diri kita merasa tenang? Orang yang bagaimana sih yang dirasa membawa pengaruh positif bagi kita?

Begitulah, banyak pertanyaan yang harus kita ajukan kepada diri sendiri, dan kita juga yang harus mencari jawabannya. Ketika semua pertanyaan itu bisa kita jawab, maka kita telah berhasil mengenali dan memahami diri kita. Apa pentingnya? Misal nih, ketika kita merasa lelah dan tidak dihargai atas kerja keras kita, ada dua respon yang berbeda: orang yang memahami dirinya, tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang dia butuhkan untuk merespon perasaan itu, misalnya “oh kalau aku lagi ngerasa lelah dan tidak dihargai seperti ini, aku butuh recharge semangat lagi dengan travelling, nih”. Nah, berbeda dengan orang yang tidak memahami dirinya, bisa jadi dia akan merespon perasaan itu dengan memperburuk kinerjanya atau hal lain yang bisa jadi malah merugikan dirinya sendiri.

Menerima Diri Sendiri

Memahami diri sendiri termasuk dengan mengetahui apa-apa kelebihan dan kekurangan diri, kebaikan dan keburukan diri. Maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah menerima semua itu sebagai bagian dari diri kita. Jika ada yang bisa diperbaiki, tentu kita harus berusaha memperbaikinya. Tapi jika itu menyangkut hal yang tidak bisa diubah (misal kondisi fisik), maka kita harus menerimanya. Segala emosi yang kita rasakan, itu valid, tidak apa-apa untuk kita rasakan.

Orang yang memiliki penerimaan diri yang besar, justru relatif lebih mudah untuk mengembangkan diri, karena dia mengetahui dan menerima apa-apa yang belum dia miliki, apa yang harus dia lakukan untuk meningkatkan skill-nya. Selain itu, kita juga lebih mudah untuk memvalidasi perasaan atau emosi yang kita rasakan. Misal nih, kita lagi patah hati. Kalau kita menerima perasaan patah hati itu, membiarkan diri kita meluapkan perasaan (dengan nangis misalnya), maka kita akan lebih mudah merasa legowo, merelakan, dan pada akhirnya bisa move on lebih cepat. Beda kalau kita terus menyangkal perasaan itu, yang ada malah semakin kepikiran terus menerus.

Mengapresiasi Diri Sendiri

Nggak ada salahnya kok, sesekali kita mengapresiasi diri sendiri, misalnya dengan travelling, makan makanan enak, nonton konser, atau melakukan apapun yang kita suka. Apalagi setelah kita bekerja keras untuk mencapai sesuatu. Penting untuk kita punya kemampuan untuk mengapresiasi diri sendiri, kenapa? Karena nggak semua orang bisa memberikan apresiasi itu untuk kita, maka mulailah untuk menghargai diri kita sendiri. Berterima kasihlah karena tubuh, jiwa, dan pikiranmu sudah bekerja sejauh ini, melalui suka duka bahkan menjalani hari-hari yang tidak mudah, sampai menjadi diri kita hari ini.

Terakhir, jangan ragu meminta tolong pada ahlinya, jika kamu merasakan ada masalah pada kesehatan mentalmu. Jangan takut pergi ke psikolog, tidak usah malu melakukan bimbingan konseling apabila memang diperlukan. Banyak sekali akses untuk informasi mengenai kesehatan mental, salah satunya kamu bisa simak artikel-artikel yang ada di website dan blog Dear Senja https://www.dearsenja.com/ atau https://www.blog.dearsenja.com/ . Atau kalau kamu juga ingin sharing-sharing soal kesehatan mental, yuk, join event nulis #DearSenjaBlogCompetition.



Sumber

https://dataindonesia.id/ragam/detail/survei-1-dari-3-remaja-indonesia-punya-masalah-kesehatan-mentali

https://theconversation.com/riset-sebanyak-2-45-juta-remaja-di-indonesia-tergolong-sebagai-orang-dengan-gangguan-jiwa-odgj-191960

Deborah Khoshaba, “A Seven-Step Prescription for Self-Love”, Psychology Today,

(https://www.psychologytoday.com/us/blog/get-hardy/201203/seven-step-prescription-self-love,

Senin, 11 April 2022, 10:42).

Nila Zaimatus Septiana dan Jesi Darina, “Membangun Self Love Pada Remaja Pengguna

Instagram Ditinjau Dari Pespektif Dramaturgi (Studi Fenomenologi Remaja Pengguna Instagram di

Desa Ngebrak)”, Shine Vol. 2, No. 1 (2021), 12.

Jumat, 13 Januari 2023

STORYCATION: Antologi Jalan-Jalan 14 Penulis

2


 

Akhirnya, setelah bertahun-tahun lamanya aku vakum nulis, nggak pernah lagi join event nulis bareng, bahkan sekedar posting di blog aja aku nggak sempat (atau males yha), di awal tahun 2023 ini aku bisa mengawalinya dengan sebuah karya: StoryCation. Awalnya, buku keroyokan alias antologi ini digagas oleh seorang penulis yang dulu aku nikmati beberapa karyanya yakni Mas Ariy. Aku suka banget buku-bukunya yang bertema traveling, mulai Nomadic Heart sampai The Hostel dimana dia duet nulis dengan dosenku di buku itu.

Ide awal berasal dari Mbak Rieke, kemudian dieksekusi oleh Mas Ariy lewat IG Story yang ngajakin untuk bikin buku antologi tentang traveling. Di luar dugaan, gayung sangat bersambut, banyak yang mau join proyek nulis ini sampai terkumpullah 14 orang penulis. Kalau nggak salah proyek ini dimulai bulan Oktober, lalu kami menyepakati deadline pengumpulan tulisan selama satu bulan. Dilanjutkan dengan diskusi nentuin judul buku, pilah-pilih foto yang mau dimasukin jadi ilustrasi, mikirin dan bikin cover bukunya, editing sana-sini, sampai proses penerbitan oleh penerbit Indiva di Solo. Buanyak banyak makasih sama Mas Ariy yang handle semua proses kelahiran buku ini dari awal sampai akhir.

Ada 14 penulis yang tergabung dalam proyek ini: ada saya (Aulia), mas Ariy, mbak Rieke, mbak Dharwiyanti, mbak Aan, mbak Nurul, mbak Zizou, mbak Nadine, mas Rifqy, mas Aji, mas Adi, mas Rinto, mas Indra, dan mbak Eka. Kami berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari pekerja kantoran, dosen/guru, penulis, penyiar radio, sampe pegiat wisata. Kebanyakan dari kami juga belum pernah bersua secara langsung, tapi alhamdulillah bisa berkomitmen menyelesaikan karya ini dan nyambung-nyambung aja ngobrol di grup wa, hahaha.

Cerita-cerita di buku ini terbagi 3, perjalanan di dalam negeri, petualangan di mancanegara, dan wisata kuliner di keduanya. Aku sendiri menuliskan dua cerita soal magisnya sunrise Kelimutu dan rekomendasi kuliner di Labuan Bajo. Penasaran? Ada juga cerita berburu makanan halal, deg-degan-nya melintas di perbatasan Indochina, dan banyak cerita mengesankan yang bermula dari satu hal: travelling.

Buatku sendiri, proyek buku ini adalah suatu titik balik. Aku kembali semangat nulis, blog-ku sudah terisi lagi, bahkan aku memberanikan diri untuk ikut lomba blog juga, walaupun belum pernah menang, wkwk. Baru-baru ini aku juga tertarik untuk bikin-bikin konten menggunakan Canva untuk mendukung visual tulisanku di blog, atau bikin postingan di instagram. Apa ya? Kayak menemukan kembali hal menarik dalam hidup di tengah kegiatan keseharian yang lumayan monoton.

Semoga setelah ini aku bisa membuat karya-karya yang lain. Bermimpi itu gratis, maka aku akan mempertahankan mimpiku untuk menjadi penulis Best Seller. Oh iya, teman-teman yang mau order buku StoryCation, boleh order ke aku ya.. Hit me on DM IG @rachaulia. Ayo, temukan petualangan favoritmu di buku ini!

See yaa!