Minggu, 30 Maret 2014

(1)

0

katamu kita ini sisa-sisa keikhlasan yang tidak diikhlaskan
ah aku selalu saja jadi pengingat yang baik
sementara kamu selalu jadi sebaliknya

ya mungkin jejak-jejak itu masih tergenangi kenangan
tak peduli matahari sudah membuatnya menguap ke udara
lalu kupikir
ketika ia di udara, bukankah semakin menyatu lewat nafas?
entahlah, itu terlalu rumit

sabtu malam sudah lewat
apa masih berlaku tawarannya?

Jumat, 28 Maret 2014

Visioner ataukah Let-It-Flow: Sebuah Pemikiran

0

Semalam, terlibat pembicaraan kecil dengan sedulur KKN pas kuliah. Dia menginap di kosan saya, sedang teman sekamar saya menginap bersama temannya yang sedang kedapatan Dinas Luar. Jadilah tinggal saya dan sedulur KKN saya itu, namanya Lintang.

Saya lupa bagaimana awalnya, tapi tiba-tiba kami membicarakan tentang visioner versus let it flow. Dua kepribadian yang saling bertentangan, tapi ternyata sama-sama bisa meraih sukses dengan caranya sendiri. Saya sendiri adalah si let-it-flow. Dengan bangganya saya bilang "aku nggak pernah bisa merancang rencana jangka panjang, apalagi step-step yang jelas untuk meraih impian atau target jangka panjang itu. yah, emang kadang aku rasa nggak bagus juga, sih, hahaha. tapi ya gimana lagi, aku tipe orangnya tuh njalanin apa yang udah di depan mata aja, yang masih jauh ya urusan nanti.."

Lalu diapun bercerita. Suatu hari, dia pernah nonton talkshow-nya Panji sama Bob Sadino. Panji adalah seorang yang visioner, dia punya tujuan yang jelas dalam hidupnya, dan tidak lupa untuk menyusun langkah-langkah pencapaiannya. Sementara, ternyata Bob Sadino adalah tipe let-it-flow. Dia tidak menyusun target-target, rahasia suksesnya adalah melakukan apa yang dia suka. Dua orang ini punya cara sendiri untuk meraih kesuksesannya.

Dari talkshow itu, Lintang jadi punya pandangan baru, bahwa orang yang bisa sukses ternyata bukan cuma tipe visioner saja, tapi si let-it-flow juga bisa. Keduanya pun punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Sayapun juga jadi sadar bahwa menjadi seorang let-it-flow selama ini bukanlah suatu kesalahan. Bukan pula sesuatu yang memalukan. Tentu saya punya keinginan, mimpi-mimp yang ingin saya raih dalam hidup. Hanya saja, saya tidak terlalu ambil pusing dengan itu.

Karena seorang visioner dan let-it-flow itu nyaman dengan diri dan caranya masing-masing dalam meraih kesuksesan/apa yang mereka mau dalam hidupnya.

Seorang visioner, punya tujuan yang jelas. Mereka menyusun target-target secara rinci, membuat langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapainya, membuat plan A-Z demi berjaga-jaga bila salah satu langkah mereka gagal. Hal yang dilakukan para visioner ini, selalu mengundang rasa kagum dari para let-it-flow seperti saya. Kagum karena kepiawaiannya menyusun agenda kehidupan, dan kagum bagaimana si visioner ini tidak lelah memikirkan itu semua. Hehehe..

Sementara itu, seorang let-it-flow, menjalani apa yang ada di depan mata. Saya ambil contoh diri saya sendiri. Ketika SMA, saya ditanya mau masuk jurusan apa, saya baru memutuskannya ketika mau tes masuk Perguruan Tinggi. Ketika kuliah, saya ditanya mau kerja apa setelah lulus kuliah nanti, jawaban saya hanya "Nggak tau juga, sih, liat nanti aja rejekinya di mana, hehe..". Yang ada di pikiran saya saat itu hanyalah menyelesaikan apa yang memang harus saya selesaikan lebih dulu. Waktu SMA, yang saya pikirkan ya lulus UNAS dulu. Waktu kuliah, yang saya pikirkan dan persiapkan ya bagaimana caranya saya bisa lulus cumlaude dulu. Itulah, saya memang hanya melakukan persiapan dari hal-hal yang akan saya hadapi dalam waktu dekat.

Akhirnya saya sampai pada satu kesimpulan bahwa visioner dan let-it-flow itu sama baiknya, tidak ada yang lebih buruk atau lebih baik. Sebab masing-masing tipe ini memang nyaman dengan yang mereka lakukan. Yang jelas, kesuksesan datang pada mereka yang mau berusaha dan berdoa. Itu kunci pokoknya.

Yakin saja, mau visioner ataupun let-it-flow, yang penting lakukan yang terbaik di setiap fase kehidupan yang kita lalui. Tuhan tidak pernah tidur. Jadi, kamu seorang visioner ataukah let-it-flow?

Selasa, 25 Maret 2014

t(c)inta

3

image from bumiaccilong.blogspot.com


Gerimis tidak mau berhenti sejak sore tadi. Sekarang, langit yang menyala jingga sudah meredup, menggelap pekat dengan gelayut mendung yang muram. Ini kafe favorit Nadia dan Wira sejak dulu. Kafe di mana mereka sering sekali menghabiskan waktu bersama. Entah untuk sekedar menghilangkan penat atau bolos kuliah Pak Dikta yang super duper membosankan. Spot favorit mereka ada di lantai atas, bagian balkon. Balkon ini terlindung dengan atap, tapi tidak ada dinding. Jadi angin bisa bebas menerobos keluar-masuk, pemandangan kota juga tidak terhalang apapun.

Hari ini, Nadia dan Wira tenggelam dalam diam yang sangat lama. Mereka sudah di balkon ini sejak jam 5 sore. Sekarang jam setengah 7, dan belum ada bibir yang berniat untuk membuka katup bisunya. Kemarin, mereka sudah membicarakan masalah itu, masalah yang menggiring Nadia dan Wira dalam kondisi seperti ini. Masalah yang datang dari masa lalu Wira, masa lalu yang nyatanya tidak pernah benar-benar hanya menjadi masa lalunya.

“Jadi, keputusanmu sudah bulat, Nadia?”, Tanya Wira membuka percakapan. Tak satupun dari mereka berdua yang berani saling menatap. Nadia melempar pandangannya ke depan, lurus, jauh.

“Tidak pernah sebulat ini, Wira.”

“Kamu yakin? Kamu rela lepasin aku buat dia?”

“Apa keputusan yang jauh lebih tepat dari keputusanku saat ini? Aku cuma nggak pengen mempersulitmu.”

Mereka terdiam lagi. Nadia menyeruput kopinya sedikit. Manis, tapi meninggalkan rasa pahit di akhirnya, seperti kisah mereka saat ini.

“Sudahlah, Wira. Apa yang kamu khawatirkan? Setelah ini, setelah kita berakhir, kamu sudah menemukan kita untuk versimu. Sementara aku, yang masih harus berjalan sendirian.”

“Aku khawatir sama kamu.”

Nadia tertawa.

“Wiraaa, Wira.. Kalau kamu memang khawatir, sejak awal kamu nggak akan menjadikan aku sekedar opsi.”

Dari ekor mata, Nadia tahu Wira sedang menatapnya.

“Aku sudah nggak cinta, aku sudah nggak punya perasaan apa-apa lagi sama dia, Nad. Aku juga sudah jelasin ke kamu kan, kenapa aku nggak bisa sepenuhnya ninggalin dia?”

“Iya, kamu sudah jelasin. Sangat  jelas. Tapi kamu juga perlu tahu. Ada beberapa hal di dunia ini yang bisa dimengerti, tapi tetap tidak bisa diterima. Aku bisa ngerti alasanmu, tapi aku nggak bisa nerima itu.”

Wira menangkupkan dua telapak tangan ke wajahnya sambil menunduk.  Sejenak kemudian dia menegakkan badannya, menyandar ke kursi.

“Maafin aku, Nad. Seandainya aku bisa ngulang waktu, seandainya aku dulu nggak bodoh. Pasti ini nggak perlu terjadi. Kita nggak perlu pisah dan berakhir kayak gini..”

Nadia menatap Wira dalam-dalam. Ia tahu ada penyesalan yang tergambar jelas di mata lelaki tercintanya itu. Separuh hatinya merasa iba, tapi separuhnya lagi marah dan terluka. Mati-matian Nadia menahan air mata, mati-matian ia menahan dirinya agar tidak terlihat lemah.

“Kamu bener-bener mau ngulang waktu, Wira? Iya?”
***
“Kenapa tiba-tiba nggak bisa?”

“Maaf ya, Nad, ini tiba-tiba banget mama sakit, dan aku harus nemenin ke dokter.”

“Mama? Tadi barusan mama kamu telpon Nadia, lho, nanyain kita jadi pergi ke Malang atau nggak, dan kayaknya suaranya baik-baik aja. Emang mama sakit apa?”

“Mmm, iya, ini ndadak banget. Barusan banget, mama belum bilang sakit apa, tapi minta dianterin berobat. Yaudah, aku pergi sekarang, ya. Maaf, ya, Sayang. Lain kali kita jalan-jalan deh. Sampein temen-temen ya, aku nggak jadi ikutan. Bye..”

Entah apa yang mendorong Nadia untuk ikut batal berangkat liburan. Dia malah mengikuti Wira diam-diam. Keluar stasiun, Nadia memanggil ojek, dan segera mengikuti mobil Wira. Sampai di satu stasiun lain yang jaraknya kurang lebih satu jam perjalanan, ia turun dan melihat Wira memarkir mobilnya.

Kemudian, pemandangan yang tidak akan pernah ia lupakan itu terpampang jelas di depan matanya. Wira memeluk perempuan dengan begitu eratnya, seakan ada kerinduan yang kian lama ditahan lalu membuncah karena pertemuan. Nadia hanya termangu, ketika mata Wira menatap matanya, tidak berkedip.
***
“How? Apa yang kamu lakukan?” tanya Nadia.

“Itu tadi… Apaan??”

“Kamu nggak mengubah apapun, kan, Wira? Yasudah..”

Nadia mengemasi tas mungil coklat tuanya di atas meja. Untuk terakhir kali, Nadia mengelus pundak Wira dan berpamitan.

“Entah apa aku masih bisa ngerasain cinta, setelah kamu nggak ada di sampingku lagi, Nad.”

“Pasti bisa! Tinta yang menyebabkan titik, bukan titik yang menyebabkan tinta,” jawab Nadia mantap.

“Maksudnya?”

“Cinta yang membuat aku dan kamu sempat menjadi kita. Maka ketika kita tidak lagi berarti aku dan kamu, cinta itu akan tetap ada. Kamu akan menemukan kita yang lain, tapi tanpa namaku di dalamnya.”

Gerimis belum berhenti, tapi cerita ini harus berakhir. Nadia hanya tak ingin semuanya menjadi rumit. Bukankah cinta harusnya sederhana?


Di langit, bulan sabit masih terlihat terang sekalipun mendung masih tipis-tipis menutupnya. Bulan sabit di kala gerimis, waktu di mana Nadia bisa menggunakan kemampuan istimewanya, memutar waktu.

Senin, 24 Maret 2014

rindu

0

ini rasa rindu yang dulu pernah aku tertawakan
ini rasa rindu yang dulu pernah aku kesampingkan
ini rasa rindu yang pernah kusangka tak akan sebegitu menyiksa

ini rasa rindu yang pada akhirnya membuatku menangis hanya karena membaca pesan singkat
bahwa aku amat dirindukan
dan bahwa akupun nyatanya sekarang amat rindu

Minggu, 23 Maret 2014

Hadiah dari Langit

0






Sekedar ingin berbagi. Akhir-akhir ini aku punya kebiasaan baru. Kebiasaan apakah itu?

Ternyata nggak percuma ngendon di kamar kos yang paling atas, jadi satu sama balkon alias rooftop juga. Tiap pagi, siang, sore, bahkan malem, selalu dapet pemandangan menakjubkan, yang sayangnya baru aja aku sadari beberapa hari belakangan. Jadi, kemarin-kemarin ini lagi sukaaa banget ngelihatin langit.

Kalo pagi hari setelah hujan semalaman, biasanya awan mendung masih tersisa. Gelap, abu-abu di sana-sini, tapi mataharinya tetep kelihatan banget mau keluar, mau menembus mendung. Jadilah warna oranye semburat dari gumpalan abu-abunya mendung. Kayak gini, nih...


Kalau langitnya lagi bersih, ada kalanya juga bulan jadi malas menghilang. Langit yang birunya masih setengah gelap, sisa malam, tapi bulannya masih cantik. Bulannya semacam masih nggak rela ninggalin langit. Sinarnya masih ada, tapi nggak terlalu terang, seakan tahu diri juga kalau sebentar kemudian, pemilik cahaya yang asli akan datang. Ini nih bulannya...



Sejauh ini, belum pernah sih ngelihat langit senja yang oranye-kayak gambaran di cerpen-cerpen yang aku buat- gitu. Kapan hari pernah motret langit sore yang malah terang benderang. Iya sih, motretnya nggak pas jam 5 atau setengah 6 sore. Hehehe. Motretnya malah sekitar jam setengah 4 sore. Tapi, bagus banget langitnya, kayak masih pagi..


Kalau malam, kalau beruntung, kalau langitnya lagi bersih banget, aku bisa lihat banyak bintang. Bintang adalah salah satu hal yang bikin aku betah waktu KKN dulu, karena tempatnya di desa terpencil banget, tapi aku selalu bahagia kalau ngelihat bintang. Syukurnya, walaupun sekarang di Jakarta, yang gemerlap lampunya nggak aturan, aku masih bisa ngelihat banyak bintang. Sayang sih, kalau bintangnya nggak bakal kelihatan di foto. Jadi aku nggak bisa ngasih gambarnya di sini. Maaf yaa.. Tapi, seriusan, deh, bagus banget bintang-bintangnya..

Kebiasaan yang lucu.. Karena, kayaknya, aku belum pernah se-tertarik ini, dan se-bahagia ini kalau ngelihat langit. Nggak tahu kenapa, di sini, kayak banyak hal-hal kecil yang dulunya aku anggep biasa aja, tapi sekarang malah jadi salah satu sumber bahagia. Misalnya aja kayak langit, yang mungkin pas di Surabaya aku nggak begitu perhatikan.

Bahwa ternyata begitu banyak hal yang lupa aku syukuri selama ini. Desain langit dari Sang Maha Karya, misalnya...

Aku berharaaap banget bisa lihat pelangi dari balkon kosan ini. Tapi belum pernah nemu. Sejak hampir 3 bulan lalu di sini, walaupun hujan-panas melulu, aku belum pernah ngelihat pelangi. Semoga aja sesegera mungkin..

Nanti sore, jam 5an, mau berburu foto langit lagi, ah..

Selamat menemukan dan mensyukuri hal-hal kecil :)

Jatuh Cinta dengan Tulus

1

Masih inget banget pertama kali denger lagunya Tulus itu dari partner di basecamp kampus. Mungkin setahunan yang lalu. Hampir tiap hari, dia mainin playlist di laptopnya yang isinya cuma lagu-lagunya Tulus satu album. Awalnya aku nggak ngerti lagu apa yang dia dengerin, siapa yang nyanyi, karena memang aku nggak terlalu familiar. Sampai akhirnya suatu hari, kita ngobrol, dan dia nanya..

"Kamu tau Tulus, nggak?"

Dan dengan dodolnya, aku nanya balik, "Tulus itu nama orang?"

Hehehehe..

Aku kirain nama band, gitu. Eh ternyata nama orang. Dan ternyatanya lagi, nama Tulus udah terkenal banget di kalangan penggemar jazz. Yaelah, aku ke mana ajaa?

Sewaktu dia mainin lagu-lagunya Tulus di laptopnya yang hampir tiap hari itu, aku paling notice sama lagu Teman Hidup. Sukaa banget sama lagu ini. Musiknya, liriknya, sweet sekali.

Lalu partner ku itu ngasih se-folder lagu-lagunya Tulus, satu album. Awalnya masih nggak begitu "klik" sama musiknya yang ajaib. Tapi, karena si partner ini punya selera musik yang bagus, aku nggak ragu, pasti juga lama-lama aku bisa nemu enak-nya.

Dan itu terbukti juga akhirnya. Lama-lama aku suka beneran sama Tulus. Musiknya, liriknya. Musik dan liriknya sama-sama ajaib, menyihir aku untuk bisa dan senang dengerin lagu-lagunya seharian. Sejak saat itu, Tulus jadi salah satu penyanyi favoritku. Ya, aku ngefans sama Tulus.

Sampai sekarang, selalu ngikutin perkembangannya Tulus. Entah itu lagu barunya, video klipnya, berita-beritanya. Sudah lama aku nggak ngefans sama seseorang, sampai partnerku itu mengenalkan Tulus padaku.

Jatuh cinta dengan Tulus, itu yang aku rasakan, sampai sekarang..

Jatuh cinta juga dengan yang mengenalkannya?

Kamis, 20 Maret 2014

Jika Kamu Membenciku

5

Jika kamu tiba-tiba merasa benci kepadaku. Aku memang tidak bisa mencegahnya. Aku hanya bisa menyarankan, bacalah lagi blog ini. Bacalah beberapa postingan yang kamu tahu pasti itu bercerita tentangmu, tentang hari-hari yang pernah kita habiskan. Tentang hujan dan mentari yang pernah kita lalui untuk berusaha menghadirkan pelangi.

Jika kamu tiba-tiba merasa benci kepadaku. Aku memang tidak bisa menghalanginya. Aku cuma bisa mengingatkanmu, buka lagi kotak merah itu. Buka lagi beberapa lembar terakhir dari buku yang aku hadiahkan kepadamu. Itu buku pertamaku, buku bersejarahku. Dan kamu tahu kalau di bagian akhir, ada satu tulisan yang khusus aku buat untukmu. Bacalah lagi, di sana ada hal-hal yang dulu membuatku malu untuk menceritakannya padamu.

Jika kamu tiba-tiba merasa benci kepadaku. Aku memang tidak bisa menghentikannya. Maka maafkanlah aku. Ingat saja bahwa aku dan kamu pernah punya hari-hari yang demikian indah. Aku dan kamu pernah punya waktu yang dirangkai dengan hati-hati, dan tidak direncanakan untuk dilupa suatu saat nanti.

Jika kamu tiba-tiba merasa benci kepadaku. Aku memang tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi semoga rasa benci itu tidak membuatmu merasa sakit sendiri. Semoga rasa benci itu tidak menghilangkan kebaikan-kebaikan yang ada pada dirimu.

Jika kamu tiba-tiba merasa benci kepadaku, aku harap kebencian itu hanya sampai pada batas kata "jika".. :)

Nulisbuku Club Jakarta: Love Never Fails

0

Sabtu 15 Maret lalu, aku ikutan gatheringnya Nulisbuku Club Jakarta. Gathering kali itu sekalian sama pengumuman pemenang proyek menulis Love Never Fails yang diadakan sekitar dua bulan sebelumnya. Acaranya digelar di The Reading Room Kemang. Karena aku baru di Jakarta, aku nggak berani pergi sendirian. Jadilah aku ngajak temen sekamar kosku, mbak Nisa, sama temen baikku sejak kuliah, namanya Nia.

Acara gathering dimulai jam 4 sore, jadi aku sama mbak Nisa sudah cabut dari kosan jam setengah 3 sore. Awalnya kami berencana berangkat jam 2 siang, tapi rencana tinggal rencana, hhehe. Kami bertiga belum ada yang pernah ke Kemang, jadi perjalanan hari itu murni berdasarkan riset nanya-nanya temen yang udah pernah ke Kemang. Lanjut, jam setengah 3 sore kami jalan ke shelter busway deket kosan. Entah kenapa, busway nya lamaa banget. Ada kali hampir setengah jam, baru deh ada busway yang nganterin sampai ke Harmoni. Sekitar jam 4 kurang, kami nyampe Harmoni.

Perjalanan selanjutnya, kami nunggu busway lagi yang ke Blok M. Dan lagi-lagi, lamaaa banget. Tiap ada yang lewat, selalu penuh. Akhirnya kami mutusin naik busway yang ke Ratu Plaza. Jam setengah 5 kami nyampe di shelter Ratu Plaza, dan nunggu busway lagi untuk ke blok M. Syukurlah, nggak perlu nunggu terlalu lama, kami udah dapet busway dan nggak perlu waktu lama pula untuk nyampe ke shelter terakhir di blok M. Di blok M, kami ketemuan sama Nia. Lengkaplah rombongan mbolang hari Sabtu ini.

Jam 5 sore, perjalanan dilanjutkan dengan naik taxi sampai ke tempatnya, The Reading Room. Setelah muter-muter, jam setengah 6, sampailah kami di tempat acara.

Masih kebagian sedikit talkshow sama kak Feby Indirani, jurnalis yang udah ngepublish beberapa buku juga. Cantik orangnya, ramah, dan asik banget kalau nyampein penjelasan/jawaban dari pertanyaan peserta acara.

Beberapa menit kemudian, tibalah saatnya pengumuman pemenang..

Dan eng ing eeeeennnggg....

Aku nggak menang. Hihhihi

Nggakpapa, nggak terlalu kecewa juga, sih. Karena emang persiapanku ikut proyek ini agak minim, jadi ya sadar dirilah kenapa nggak menang. Satu kegagalan, berarti jatah gagalku udah berkurang satu lagi.. :)

Kelar acara, masing-masing peserta dapet notes gratis, ini penampakan notes-nya..

Lucu kan notes-nya? :)

Kelar acara, nyempetin juga buat foto-foto sama kak Feby..



Actually, masih banyak foto yang lain, tapi ilang gara-gara hp-nya Nia kena virus T.T huhuhuhu

Sekian dulu cerita dari ngikut gathering nya Nulisbuku Club Jakarta.. Selamat untuk para pemenang, dan tetap semangat untuk para pejuang lainnya.. Sampai ketemu lagiiii :)

Rabu, 19 Maret 2014

Ini Skripsiku, Mana Skripsimu??

0

Tiba-tiba jadi kepikiran untuk berbagi cerita tentang penulisan skripsiku gara-gara lihat tweetnya @bentangpustaka ngebahas skripsi. Secara keseluruhan, proses pengerjaan skripsiku memakan waktu hampir satu tahun. Skripsiku penuh lika-liku di sana-sini. Tapi, setelah semuanya selesai, baru terasa, kalau skripsi yang lempeng-lempeng alias lancar jaya itu nggak asik, nggak ada sesuatu yang bisa diceritain. Hehehe. Iya sekarang pas udah selesai aja bisa bilang kayak gini, pas belum selesai ya rasanya pengen nangis melulu.. :p

Sekitar bulan September 2013, pas semester 7, aku udah kelar nyusun pra-proposal atau yang biasa disingkat prapos. Prapos ini isinya cuma bab 1. Waktu itu udah dapet dosen pembimbing juga. Dosen pembimbingku namanya Bu Nuri, beliau juga menjabat sebagai Kepala Program Studi Manajemen di kampusku. Jadi, bisa dibayangkan lah ya, betapa sibuknya beliau. Karena itu juga, sistem bimbingan beliau pun beda dari dosen yang lain. Kalau yang lain bisa janjian langsung, aku nggak bisa. Sistemnya adalah, ngumpulin revisian ke sekretarisnya beliau, lalu, menunggu. Menunggu? Iya, menunggu dapet sms dari sekretarisnya bahwa revisian atau skripsiku udah dibaca dan diminta bimbingan hari apa di jam berapa. Nah dalam proses menunggu itu, daripada nggak ngapa-gapain, aku nyari banyak jurnal buat referensi.

Setelah prapos-ku diperiksa, Bu Nuri menyuruhku untuk melanjutkannya sampai ke bab 3 langsung, alias bikin proposal sekalian. Aku kerjakanlah itu sampai bab 3. Sekitar satu bulanan aku udah nyelesain sampai bab 3, dengan beberapa kali revisi di sana-sini, otomatis plus-plus proses menunggu tadi. Oh iya, selama ngerjain sampai bab 3, aku juga nyari referensi tempat penelitian. Setelah mempertimbangkan ini-itu, aku mutusin untuk kirim proposal penelitian ke salah satu perusahaan kosmetik di Surabaya.

Sejenis Penghematan Bahasa, kah?

2

Akhir-akhir ini, makin banyak singkatan di mana-mana. Singkatan apa? Singkatan macam HBD WYATB, GWS, dan sebangsanya. Jadi makin sering ngebaca singkatan-singkatan kayak gitu di facebook, twitter, chat, bahkan sms. Fenomena apa sih, ini? Efisiensi bahasa?

Aku sendiri nggak termasuk orang yang suka pakai singkatan-singkatan macam itu. Nggak tahu ya, rasanya kayak nggak niat, nggak bener-bener tulus dan senang hati untuk ngasih ucapan. Bahkan kapan hari, frase 'Happy Birthday' yang udah disingkat jadi HBD, disingkat lagi jadi HB. Oh meeen, HB apaan? Hemoglobin?

Kangen deh sama masa-masa beberapa tahun lalu, ketika HBD WYATB masih berupa ucapan selamat ulang tahun dengan doa yang panjang dan segambreng. Walaupun doanya terkesan itu-itu aja (panjang umur, sukses, sehat selalu), tapi kerasa lebih menyenangkan untuk dibaca. Kangen juga ketika GWS masih kalah populer sama ucapan 'semoga cepet sembuh, ya..' yang kalau dibaca lebih bisa memberi rasa hangat.

Entah apa yang terjadi sekarang. Apa mungkin orang-orang sudah tidak tertarik dengan bahasa? Apa sudah kehilangan rasa untuk mengungkapkan sesuatu dengan panjang lebar? Atau memang kekurangan stok kosa kata?

Lebih baik menjadi satu lilin yang menyala daripada ikut meredup bersama yang lainnya.

Itu prinsipku, dan berlaku pula dalam fenomena singkat menyingkat kata ini. Aku nggak cocok dengan style nyingkat-nyingkat gitu, jadi aku nggak ikut-ikutan hanya karena banyak orang yang melakukannya. Sampai detik ini, aku masih mengucapkan selamat ulang tahun dengan doa yang panjang dan personal. Aku juga masih mengucapkan semoga cepet sembuh disertai candaan dan tanda senyum di bagian akhirnya, siapa tahu itu bisa membuat si sakit merasa agak lebih baik dan bisa tersenyum juga. Who knows?

Memang semua bergantung sama niatnya, tapi, kalau niat memang baik dan tulus, nggak ada salahnya kan memberi sedikit 'rasa' lewat susunan kata yang indah? :)

Selasa, 18 Maret 2014

pernah kita takutkan

0

dulu
keadaan ini pernah kita takutkan
pernah menjadi sesuatu yang kita risaukan
pernah menjadi hal yang benar-benar kita pertanyakan

tapi sekarang tidak lagi

bukan karena kita sudah punya solusinya

tapi karena kita tidak lagi ada

suatu saat nanti

0

suatu saat nanti
yang kamu sesali tidak akan kembali
yang kamu sakiti tidak akan lagi peduli
yang kamu tinggalkan ternyata tak membuka pintunya lagi

suatu saat nanti
pasti tahu
dan mengerti
mengapa hujan turun
mengapa masih harus menari di saat badai menggemuruh
mengapa bisa menikmati panasnya matahari

bohong bila semua tidak selalu beralasan
bohong bila mencintai tidak perlu alasan
bila demikian adanya
maka kamupun akan meninggalkan dan berhenti mencinta tanpa alasan juga

semua ada alasannya
semua terjadi selalu ada pesan yang tersimpan di sana
entah sekarang
entah nanti
entah kapan pesan itu akan terbuka

suatu saat nanti
kamu pasti mengerti

Senin, 17 Maret 2014

Favorite Parts from Gajah

0

Baru-baru ini akhirnya Tulus ngelaunch album ke dua nya yang bertajuk Gajah. Irama lagunya beragam banget di album ini. Apalagi liriknya.. As usual, lirik yang dibikin sama Tulus itu memang "ajaib" ! Di bawah ini, beberapa part favoritku dari lagu-lagu di album ini...


Dia harus tahu, cinta ini benar
Bukan hanya mau biasa
Sedikit bagian dari lagu yang judulnya Bumerang. Sekilas, lagu ini seperti bercerita tentang seseorang yang suka mempermainkan perasaan orang lain. Membuat jatuh cinta, lalu tiba-tiba pergi tanpa jejak. Kenapa aku suka bagian ini? Soalnya, kesannya, bagian ini tuh kayak pengen bikin si orang ini sadar, kalau perasaan itu nggak main-main. Suka part ini juga karena nggak ada sedikitpun kemarahan yang tersirat walaupun feel sakit-nya juga kerasa banget.

Dulu lalu tinggal dulu
Inilah aku yang baru
Part dari lagu yang berjudul Baru. Aku suka banget musiknya lagu ini, lucu-lucu semangat gitu. Gimana rasanya sih, bisa membuktikan ke orang yang dari dulu nggak pernah nganggep kita, lalu kita kejutkan dia dengan kita yang baru! Wohooo! Suka part ini karena kalimatnya tegas banget, tegas menyatakan kalau sudah move up jadi pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

Kadang ku jatuh cinta
Kadang naik si pitam
Kadang gelap malam
Kadang semua tuli
Lagu berjudul Bunga Tidur ini unik banget. Musiknya keren, kalem gitu. Dan liriknya super ajaib, karena sampai sekarang aku masih sibuk mendalami maknanya, mencoba mencari tahu pesan apa yang disampaikan lewat lagu ini. Kenapa suka part ini? Karena part ini manusiawi banget.. :)

Kau temanku..
Kau doakan aku..
Potongan dari lagu Gajah! Aku sukaaa banget sama lagu ini, suka terharu pas reff nya. Cerita tentang masa kecilnya Tulus. Kenapa suka part ini? Kerasa banget pentingnya teman di kehidupan kita. Tiap denger lagu ini, jadi inget temen-temen tersayangku di Surabaya. Yah, walaupun nggak bisa bertatap, semoga doa-doa kita bercengkrama di langit sana, ya.. :)

Buktikan sekarang
Angkat penamu, tulis
Bila gemar menulis
Perkeras suaramu
Bila gemar bernyanyi
Bagian kecil dari lagu Lagu untuk Matahari. Lagu tentang menyemangati seseorang yang mungkin lagi down karena omongan negatif orang-orang di sekitarnya. Musiknya seperti mewakili liriknya banget. Musiknya seolah-olah bilang "Udahlah, omongan orang buat enteng aja, nggak usah terlalu dipikir". Hehehe, gitu yang ada di pikiranku. Kenapa suka part ini? Karena part ini aku banget, suka nulis dan suka nyanyi.. :p

Jangan cintai aku apa adanya
Tuntutlah sesuatu
Biar kita jalan ke depan
Salah satu lagu favorit aku di album ini, judulnya Jangan Cintai Aku Apa Adanya. Keren lagunya. Makna dari liriknya dapet banget. Tuntutlah sesuatu, biar kita jalan ke depan. Sejatinya, kamu bisa tahu kamu sedang bersama orang yang benar ketika dengannya, kamu bisa menjadi orang yang lebih baik. Itu menurutku, sih. Kenapa suka part ini? Karena itu tadi, sesuai sama pendapatku tentang menjalani hubungan dengan someone special. Kalau dia tidak membawamu ke arah yang lebih baik, yaaa berarti nggak ada sesuatu yang bisa "diambil" dari hubungan itu sendiri.. *beraaaatt*

Kamu..
Cantik..
Meski tanpa bedak
Lagu ini musiknya lucu, aku suka. Judulnya Satu Hari di Bulan Juni. Kenapa harus bulan Juni? Nggak tahu, hehehe. Suka part ini, karenaaa terlihat banget kalau si laki-laki mengagumi si perempuan, meski tanpa make up sekalipun. Perempuan tidak dicintai karena mereka cantik, tapi mereka cantik karena dicintai.. *sedaaaappp*

Cinta memang banyak bentuknya
Mungkin tak semua bisa bersatu
Lagu ini udah lama keluar, dan udah lama aku suka. Judul lagunya Sepatu. Emang yaa Tulus ini bisaaa aja nyari analogi keren. Lagu ini nyeritain tentang sepasang anak manusia yang selalu bersama, tapi nggak bisa bersatu. Sakit sebenernya, tapi yaa mau gimana lagi. Aku suka banget sama bagian endingnya. Karena... Realistis.. :"

Menikmati tanah yang kau injak
Memandangi langit yang kau junjung
Judulnya Tanggal Merah. Lagunya berkisah tentang quality time bersama diri sendiri. Mirip sih sama aku. Waktu di Surabaya, aku punya waktu-waktu tertentu untuk me-time alias jalan-jalan sendirian. Ke mana aja boleh, yang penting sendirian. Kenapa suka part ini? Karena, di tanggal merah, bener banget kalau hal sesederhana apapun, yang di hari biasa nggak kita anggap spesial, bisa jadi sesuatu yang membahagiakan. Misalnya yaa ngelihatin langit yang bersih dan dihiasi awan-awan putih.. Efeknya bisa membahagiakan banget..


Itu tadi bagian-bagian lirik favoritku di albumnya Tulus yang ke dua. Coba dengerin lagu-lagunya, deh. Kereeeen semuaaa.. Hehehe.. 

Say thanks to you, orang yang sudah memperkenalkan Tulus kepadaku :)

Minggu, 16 Maret 2014

Kenapa harus kata?

0

Dalam kata-kata. Aku harap aku mampu menyimpan segalanya. Yang tak bisa disentuh dengan tangan. Yang tak bisa dihentikan barang sejenak. Yang tak bisa terulang sama persis. Yang tak bisa terhindar dari jalannya waktu.

Dalam kata-kata. Aku harap aku bisa mengabadikan. Emosi-emosi yang mudah menguar ke udara. Rasa-rasa yang mungkin seiring berjalannya waktu akan terlupa.

Tangan-tangan yang pernah saling menggenggam. Mata-mata yang pernah saling memandang, kemudian bibir yang saling tersenyum karena saling paham apa yang ada di pikiran. Kaki-kaki yang menapak dalam satu jalur dan tujuan.

Maka ketika semuanya sudah terlewat. Aku ingin bisa membingkainya, membekukannya, dan merasakan kembali bagaimana rasanya ketika momen itu terjadi.

Sebab kata-kata bukanlah sekedar rangkaian alfabet. Bukan sekedar alat untuk berkomunikasi. Tapi di sanalah, aku mencoba mengekalkan apa-apa yang fana saja di dunia ini.

Jadi, jika di suatu malam yang hujan, aku merasa kedinginan, ada yang bisa kubaca kembali. Untuk sekedar merasa hangat lagi.

Analogi Pokopang

2

Hari Minggu adalah hari santai sedunia buat saya. Ritualnya sih yaa, bangun agak siang sekitar jam 6an. Terus nyuci, beli makan pagi plus makan siang (kosan ada di lantai 4, jadi males naik turun), makan, lalu merawat dan memanjakan diri sepanjang hari. Baru paham kenapa orang-orang yang sudah kerja lebih pengen di rumah aja untuk nikmatin hari liburnya. Karena bahagia itu sederhana, bisa leyeh-leyeh di rumah/kosan misalnya.

Kegiatan leyeh-leyeh saya cukup beragam. Bisa internetan, bisa bikin prakarya, bisa nulis, ngemil, tiduran, atau main game. Nah, akhir-akhir ini saya lagi doyan mainan Pokopang. Hehhehe. Telat ya? Booming nya udah lama ya? Itulah saya, cenderung tertarik sama sesuatu ketika dia nggak booming lagi. Salah satunya ya Pokopang ini. Tadi sore main Pokopang terus, nggak ada yang spesial, sampai saya menjauhkan ponsel lebih dari jarak pandang biasanya. Kemudian saya lebih lancar menemukan pola warna-warna serupa yang harus dibikin jalur daripada sebelumnya, ketika saya melihat ponsel dari jarak yang lebih dekat.

Dan, tiba-tiba saya menyadari, dari permainan sesederhana ini, ada pesan tersirat yang bisa dipelajari. Bukan pesan baru, hanya pesan lama, tapi mungkin seringkali lupa diterapkan.
Bahwa dalam menghadapi suatu masalah, jangan fokus pada masalahnya, tapi pada cara untuk menyelesaikannya. Pun, untuk menemukan penyelesaian, jangan terfokus pada satu atau dua hal saja, tapi perluaslah pandangan kita..

Anggaplah si monster yang mesti kita hancurkan itu adalah masalahnya. Bulatan warna-warni itu adalah cara yang harus kita tempuh untuk menyelesaikan masalah. Jarak pandang antara mata ke ponsel adalah sudut pandang kita.

Ketika kita fokus ke monster (ngamatin garis kuning yang menggambarkan kekuatan si monster), kita jadi bingung dan terganggu, efeknya apa? Kita jadi nggak fokus sama solusi alias pola yang harus kita buat dari bulatan warna-warni. Alih-alih pengen lihat garis kuningnya cepat hilang dan monsternya cepat mati, kita jadi nggak konsen mengamati bulatan-bulatan tadi.

Pun, ketika kita sudah fokus di area bulatan warna-warni, tapi masih cenderung mengutamakan gimana caranya si animal (senjata yang bisa cepet bikin monsternya keok) ini bisa keluar dan menghantam si monster, kita jadi terpusat di satu titik saja. Dalam hal ini, kita cuma fokus di satu solusi, yaitu si animal, tanpa sadar kita lupa, masih ada banyak solusi yang lain.

Cobalah agak menjauhkan layar ponsel, maka pandangan kita nggak akan lagi fokus sama animal, yang ada adalah ladang solusi yang lebih jelas terlihat. Dalam hal ini, kita sedang memperluas sudut pandang. Kita nggak lagi fokus pada satu solusi saja, tapi jadi lebih terbuka dan melihat kemungkinan-kemungkinan solusi yang lain.

Ini memang bukan nasihat baru, tapi ini seringkali terlupa. Pusing memikirkan masalah, sampai jadi lupa 
memperluas sudut pandang untuk mencari solusinya dari aspek yang lebih luas pula.

Sekian postingan kali ini. Semoga bermanfaat untuk kita semua.. mau main Pokopang lagi, ah.. see youuu :)

Minggu, 09 Maret 2014

Menghadiahi Diri Sendiri

0

Mungkin kita nggak sadar kalau sudah banyak menuntut diri sendiri. Misalnya nih, menuntut mata untuk terjaga sampai larut malam karena esoknya ujian, menuntut badan bekerja ekstra karena pekerjaan yang lebih bejibun dari biasanya, atau bahkan yang kecil-kecil aja sih, misal membiasakan diri buat olahraga minimal setengah jam tiap hari. Gampangnya, ketika kita bikin suatu target, atau ada kepentingan tertentu, mau nggak mau, kita punya tuntutan sendiri ke diri kita untuk memenuhi target itu.

Setelahnya semua target itu tercapai? Lalu apa? Apa berhenti pada rasa puas? Kalau saya sih nggak, hehe.

Sejak kecil, saya nggak pernah dibiasain sama iming-iming hadiah (misal kalau dapet nilai 100, bakal dibeliin baju, dll). Paling-paling ya nanti, beberapa bulan kemudian, kadang kalau ada rejeki, dibeliin sesuatu, sebagai hadiah. Tapi yang perlu dicatat adalah, hadiah ini nggak diperjanjikan sejak awal. Sejak kecil saya lebih dikasih penjelasan mengapa ini penting, mengapa harus begini, atau mengapa hal itu harus dicapai. Hal itu bertahan sampai saat ini di pola pikir saya. Makin dewasa, ya masa bakal dikasi hadiah terus sama orangtua? Malu dong ya, jadinya saya berinisiatif untuk ngasi hadiah buat diri saya sendiri setiap berhasil melakukan pencapaian tertentu.

Hadiah ini nggak selalu berupa barang, nggak selalu hal yang besar. Waktu kuliah dulu, biasanya, tiap selesai ujian semester, kan penat banget tuh, pasti deh langsung ngerencanain liburan sama temen-temen setelah nerima KHS. Itu salah satu cara saya menghadiahi diri sendiri, setelah dua minggu menuntut mata dan badan terjaga lebih lama.

Misalnya lagi nih, selama seminggu kan badan capek disuruh kerja, akhir minggu kasih hadiah deh buat istirahat, atau merawat diri. Bisa juga cuma duduk-duduk di balkon, lihatin bintang, bersantai sejenak.

Menurut saya sih, hadiah buat diri sendiri itu penting. Menghargai pencapaian diri sendiri itu wajib. Reward di sini juga macem-macem, yang saya sebutin di atas tadi berupa refreshing, itu contohnya. Masih banyak bentuk reward yang lain.

Jadi, kalau memungkinkan, berilah reward sama jiwa raga yang kita ajak melakukan banyak hal ini... :)

Sabtu, 08 Maret 2014

my rooftop

4

Sabtu malam. Demikian aku lebih suka menyebutnya. Hehehe. Anti mainstream dikit lah, masa kudu ikut-ikutan yang lain nyebutnya malam minggu :p

Malam ini, setelah nyari makan sama temen sekamar kosan, memillih untuk menghabiskan waktu dengan nongkrong di balkon kosan. Cerita dikit nih, kamar kosku ada di lantai 4, lantai paling atas, jadi satu sama tempat jemuran dan balkon yang lumayan luas. 

Malam hari, angin sepoi-sepoi, lampu jalan dan lampu kendaraan yang berpendar-pendar di bawah, serta playlist full lagunya Tulus... Nggak menyangka rasanya bisa senyaman itu. Lagi dan lagi, mata berkelana ke kejauhan, pikiran melayang ke mana-mana. Selintas terpikir mereka-mereka, orang-orang tersayang yang duabelas jam jauhnya waktu kereta api.

Begini saja sudah cukup mendamaikan. Walau kadang berkhayal ada partner yang nemenin main gitar, terus bisa nyanyi-nyanyi bareng, kayak pas di sekre HIMA, pas di basecamp PHKI juga. Tapi yaudahlah ya, nggakpapa nyanyi-nyanyi sendiri ditemenin suaranya Tulus.

Bahagia itu sederhana. Seperti ketika balkon kosan memberimu ruang untuk berkelana, sekalipun hanya dalam pikiran.. selamat malam :)

Jumat, 07 Maret 2014

Pembelajaran Hari Ini

0

Hari ini judulnya mengenali. Mengenali seorang teman, yang dari luar nampak kokoh, nampak kuat dan cekatan. Ternyata, ada sisi lainnya yang tidak terlihat. Sisi melankolis dan sensitifnya.

Belajar juga bahwa akan selalu ada, sisi yang tak bisa kita sentuh, atas hubungan manusia dengan Tuhannya. I mean, akan selalu ada, sisi iman yang kita tidak bisa terlalu mencampuri, selain ikut mengingatkan dan menjaga dari kejauhan. Selama seseorang tetap baik kepada sesamanya.

Menyempatkan posting sesuatu yang random macam begini, hanya karena suatu tekad yang baru berkobar: satu hari satu postingan. Semoga bisa konsisten..

See you tomorrow :)

Kamis, 06 Maret 2014

Seleksi CPNS Kementerian Keuangan RI

7

pict from: logo-share.blogspot.com



Halooo, hari ini waktunya aku posting tentang pengalaman ikutan seleksi CPNS Kementerian Keuangan tahun 2013. Kalau nggak salah, waktu itu lowongannya dibuka sekitar bulan September 2013. Proses seleksi ini bisa dikatakan cukup singkat, karena hanya memakan waktu ekitar 3-4 bulan. Oke kalau gitu, langsung aja aku jelasin tahap-tahapannya yaa..

Tahap 1: Seleksi Administrasi
Tahap awal ini dimulai dengan seleksi administrasi. Jadi, kita bakal disuruh isi data-data di suatu form via online. Selain itu juga upload dokumen-dokumen seperti ijazah, transkrip, dan lain-lain. Masih inget banget waktu itu ijazahku nggak keluar-keluar, padahal udah mepet sama tanggal penutupan lowongan. Tapi Alhamdulillah akhirnya ijazah keluar beberapa hari sebelum penutupan.

Tahap 2: Tes Kompetensi Dasar
Setelah nunggu 3 mingguan, pengumuman peserta yang lolos TKD pun keluar. Setelah pengumumannya keluar, para peserta wajib mengikuti verifikasi data dan pengambilan tanda peserta ujian yang dibagi dalam beberapa kloter di beberapa hari (saking banyaknya).

Tahun ini, Kementerian Keuangan merupakan salah satu instansi yang menerapkan sistem CAT (Computer Assisted Test). Sistem ini baru diberlakukan, jadi baru beberapa instansi yang pakai sistem CAT di tahun 2013 lalu. Sistem ini memudahkan banget. Selain meminimalisasi terjadinya kecurangan, sistem ini juga memudahkan banget buat kita ngerjain soalnya. Jadi, dengan CAT, kita bisa tahu nomor mana aja yang belum dijawab, ngganti jawaban, dan semuanya ya cuma klik sana klik sini, nggak usah ribet pake LJK. Yang serunya lagi, setelah tes, kita bisa tahu hasil/nilai kita secara langsung.

Tes Kompetensi Dasar atau yang biasa disebut dengan TKD terdiri atas 3 bagian:
a. Tes Wawasan Kebangsaan: isinya pertanyaan yang berhubungan sama UUD, Pancasila, sejarah, dan segala sesuatu yang ada hubungannya sama bangsa Indonesia. Paling susah bagian sejarah, sih, menurutku. Hahaha.
b. Tes Intelegensia Umum: isinya kayak tes potensi akademik gitu deh.
c. Tes Kepribadian: di bagian ini kita diharuskan memilih pernyataan-pernyataan yang paling sesuai sama diri kita ketika menghadapi masalah tertentu.

Untuk sistem penilaiannya, ada passing grade masing-masing untuk tiap bagian. Jadi untuk tes wawasan kebangsaan itu minimal benarnya berapa persen, begitu juga untuk bagian tes intelegensia umum sama tes kepribadian.

Tahap 3: Psikotes
Sekitar 3-4 minggu kemudian, peserta yang lolos ke psikotes akhirnya diumumkan, dan Alhamdulillah aku lolos juga. Psikotes ini waktunya lama banget, mulai jam 8 pagi sampai jam 3 sore. Untuk materinya, yaa standar psikotes gitu, ada nggambar (pohon, 8 kotak, manusia), ngitung-ngitung, milih pernyataan-pernyataan, dan sebagainya. Oh iya, selain itu, juga ada form mengenai kelebihan dan kekurangan diri, pencapaian dan kegagalan yang paling berkesan, dan nilai-nilai yang menjadi prinsip diri kita.

Tahap 4: Tes Kesehatan, Kebugaran, dan Wawancara
Rata-rata jeda antara satu tahap dengan tahap lainnya emang sekitar sebulanan sih ya, sama kayak jeda tahap 3 ke tahap 4 juga gitu. Alhamdulillah aku lolos lagi, tapi kali ini deg-degan juga, soalnya ada tes kebugaran yang mengharuskan lari keliling lapangan KONI. Seketika aku nostalgia jaman SMA, pernah ujian praktek olahraga lari di sana juga, dan nggak lulus. Hahahaha. Jadilah, demi mempersiapkan tes kali ini, aku latihan tiap hari lari minimal 15 menit.

Tes Kesehatan
Tes kesehatan standar seperti cek mata (minus dan buta warna), tinggi, berat, THT, dan tensi. Setelah melalui tes kesehatan ini, kita dapet rekomendasi dari dokternya, boleh ikut tes kebugaran atau nggak. Syukurlah saya boleh ikutan tes kebugaran :D

Tes Kebugaran
Tes kebugaran dibagi jadi dua, lari keliling lapangan selama 12 menit sama lari membentuk angka 8 sebanyak 3 kali. Aku masuk di kloter ke 2. Setelah peluit ditiup, aku masih semangat 45! Lari terus, nggak perlu kenceng-kenceng sih, asal konstan, lari terus. Alhasil aku berhasil ngelewatin temen-temen yang larinya udah duluan di depan dari tadi. Setelah berhasil 1 putaran, mulailah aku ngos-ngosan. Nggak kuat, aku jalan cepet, dan akhirnya keduluan sama temen-temen yang tadi aku salip. Kondisi itu terus berlangsung sampe putaran ke 2, ya ketebak banget lah, aku urutan paling belakang. Jadi selama 12 menit, aku cuma dapet 2 putaran lebih beberapa ratus meter gitu. Pasrah banget, emang nggak pernah kuat kalo disuruh lari kayak gitu.

Istirahat 3-5 menitan, waktunya shuttle run, alias lari membentuk angka 8. Di sini cepet-cepetan sih, tapi aku juga nggak tau waktu lariku secepet apa.

Wawancara
Besoknya, langsung wawancara. Jadi, tes kesehatan, kebugaran, dan wawancara ini digabung jadi 1 tahapan (kalo biasanya kan tes kesehatan sama wawancara itu jadi tahapan yang terpisah ya? ya memang tiap instansi punya kebijakan masing-masing). Wawancara ini dibagi dalam beberapa hari dan kloter. Satu kloter itu ada 6-8 peserta (lupa, pokoknya sekitar 6-8 orang, hehe). Masing-masing peserta diwawancarain sama 2 orang. Aku diwawancara sama 1 bapak dan 1 ibu. Wawancara ini direkam lho, jadi harus bener-bener serius ngasi jawabannya. Di wawancara ini nggak usah khawatir bakal ditanyain aneh-aneh tentang kerjaan/tugas di kemenkeu, kita cuma bakal ditanyain hal-hal seputar CV yang sebelumnya sudah kita isi. Karena aku belum punya pengalaman kerja, jadi ya ditanyain pengalaman organisasi, kepanitiaan, gitu deh. Ditanyain juga tentang keberhasilan dan kegagalan yang paling berkesan. Terus setelah wawancara, langsung deh tandatangan pernyataan bersedia ditempatkan di seluruh Indonesia.

5. Pemberkasan
Nggak sampe 1 bulan, walaupun agak molor dari pengumuman awal, sih, akhirnya pengumuman yang lolos seleksi CPNS Kemenkeu bisa dilihat di website nya. Deg-deg seeeerrrrrr....

Dan Alhamdulillah, aku keterima... :)

Setelahnya adalah proses Pemberkasan di Jakarta. Pemberkasan itu yaa sejenis daftar ulang gitu, deh. Beberapa dokumen yang diminta pas pemberkasan:
a. legalisir ijazah dan transkrip
b. foto
c. surat keterangan sehat jasmani dan rohani
d. SKCK
e. surat keterangan bebas narkoba

Setelah selesai pemberkasan, aku langsung menjalani proses magang alias OJT, sejak tanggal 13 Januari sampai saat ini. Nanti bulan April dan Mei aku bakalan diklat, DTU (Diklat Teknis Umum) dan DTSD (Diklat Teknis Substansi Dasar). Nanti aku posting lagi kalo sudah selesai diklat :D

Overall nggak ada tips khusus selama ngejalanin setiap proses seleksi CPNS Kemenkeu ini. Yang jelas, buat yang masih kuliah, jangan cuma sibuk sama nilai di KHS, tapi ikutan berbagai kepanitiaan dan aktif organisasi itu penting. IPK mungkin menjadi saringan pertama, tapi di bagian akhir, value diri kita nggak cuma dilihat dari IPK, tapi (menurutku) lebih dilihat dari bagaimana pengalaman-pengalaman kita bersosialisasi dan bekerjasama dengan orang lain. 

Okedeh, sekian dulu postingan tentang pengalaman ikut seleksi CPNS Kementerian Keuangan. Semoga bermanfaat :)

Selasa, 04 Maret 2014

Pendidikan Calon Pegawai Muda Bank Indonesia: Tertarik??

0

pict taken from kompasiana.com

Siang-siang nggak ada kerjaan, jadi aku berinisiatif untuk posting aja. Kapan hari ngelihat salah satu akun penulis yang lagi menggiatkan "satu tulisan setiap hari", hmm.. Jadi pengen ikutan juga. Bingung mau nulis apaan, karena lagi nggak ada hal yang menarik-menarik amat belakangan ini. Tiba-tiba kepikiran untuk share pengalaman ikut seleksi kerja. Seperti yang udah aku tulis di postingan sebelumnya, setelah lulus, aku ikut 2 tes kerja, seleksi PCPM BI sama Kementerian Keuangan. Kali ini, aku share pengalaman sewaktu ikut tes PCPM BI dulu, untuk yang Kementerian Keuangan, aku tulis di kesempatan berikutnya yaa.. :)

Tanggal 31 Juli 2013, aku nekat ikutan daftar untuk seleksi Pendidikan Calon Pegawai Muda Bank Indonesia, atau yang biasa disebut PCPM BI. Aku nggak pernah kepikiran untuk kerja di BI sebelumnya, tapi yaa karena di spesifikasi pelamarnya BI nyebutin lulusan MSDM, yaudah nggak ada salahnya aku ikutan. Berikut tahapan-tahapan seleksinya mulai awal sampai akhir..

1. Seleksi administrasi
Ini tahapan yang awal banget. Di tahapan ini, pelamar cuma diharuskan bikin akun, ngisi form, dan upload beberapa file. Untuk selanjutnya, pengumuman disampaikan di website dan dikirim ke email kita juga.

2. TKU
Sekitar 1 bulanan nungguin, Alhamdulillah lolos seleksi administrasi dan ikutan tahap TKU alias Tes Kemampuan Umum. Waktu dateng ke tempat tes, shock banget karena yang ikutan tuh bejibuuuuuunnn buun buuuunn. Langsung deh, minder nggak karuan. Hahaha. Tapi niat udah bulat, yang penting berusaha sebaik-baiknya. Untuk ikutan tes TKU ini, nggak usah belajar apa-apa, karena tes ini menilai potensi diri kia. Jadi, cukup sediakan fisik dan mental yang prima sewaktu mengikuti tes, supaya bisa mengerjakan dengan seluruh kemampuan yang kita punya.

3. TPU dan TOEFL
Nunggu 1 bulanan lagi, keluarlah pengumuman untuk siapa-siapa yang lolos ke tahap selanjutnya yaitu Tes Pengetahuan Umum (TPU) dan TOEFL. Tes Pengetahuan Umum ini materinya sekitar ekonomi makro, moneter, kebanksentralan, dan umum. Umum di sini adalah bener-bener umum, nguji wawasan kita. Aku masih inget ada pertanyaan tentang negara penyelenggara Piala Dunia, penemu facebook (atau twitter ya?). Jadi yaa, paling nggak, untuk persiapan tes ini, aku rajin-rajin belajar dengan cara berkunjung ke website nya Bank Indonesia.

Untuk tes TOEFL, ya standar kayak tes TOEFL biasanya. Ada 3 bagian yang harus kita kerjain, ada listening, reading, sama structure. Standarnya minimal 500 kalo nggak salah. Jadi, ada baiknya belajar TOEFL yang rajin mulai sekarang.

4. Psikotes Tulis, Wawancara, dan FGD
Untuk menuju tahap ini aku juga mesti nunggu 1 bulanan, sama kayak tahap sebelumnya. Tahap 4 ini, menurutku adalah tahap yang paling menguras tenaga. Bayangin aja, dalam sehari, ada 3 jenis tes. Hoaaahm.. Pastikan paginya kalian udah memakmurkan perut, deh pokoknya.. Hehe

Psikotes Tulis
Seperti psikotes pada umumnya. Ada yang milih-milih pernyataan, ada yang nggambar, ada yang ngitung-ngitung juga. Saranku sih, pilihlah pernyataan-pernyataan itu sesuai diri kita apa adanya. Menurutku, kalau sudah sampai di tahap psikotes dan wawancara, yang dinilai adalah kecocokan kita dengan perusahaan yang kita lamar. Jadi, seandainya pun nggak keterima, bukan karena kita nggak kompeten, tapi karena kita nggak cocok berada di sana. Jadi, kalau ngerjakan psikotes, kerjakanlah sesuai kata hatimu.. (ceilaah)

Psikotes Wawancara
Oh iya, untuk yang lolos tahap 4 ini, sebelumnya kita udah dikirimin email yang isinya form yang kudu diisi/dijawab. Form itu nantinya dibawa pas kita wawancara sama psikolognya. Yaa, kayak ngobrol-ngobrol biasa kok, jadi santai aja.

FGD (Focus Group Discussion)
Waktu itu, aku masuk di grup yang isinya 8 orang. Jadi, kondisinya adalah kami ber 8 ini adalah perwakilan dari 8 divisi yang berbeda dari sebuah Bank. Kami memiliki program kerja masing-masing yang harus didiskusikan (mana proker yang akan dilaksanakan). Untuk itu, kami dikasi waktu 20 menit untuk diskusi dan memutuskan proker mana yang bakal direalisasikan sesuai dengan masalah yang dihadapi perusahaan. Saranku, ketika diskusi, jangan jadi pendominasi (apalagi kalau argumennya nggak pas atau nggak berbobot), jangan sampai juga ada yang nggak ngutarakan pendapat sama sekali, dan jangan lupa memberikan kesempatan temen lain untuk ngomong. Di sini memang ajang untuk menunjukkan bagaimana kita berargumen, kerja dalam kelompok, jadi jangan sampai kelewatan show off untuk mamerin kemampuan kita buat ngomong secara individu daripada menunjukkan kalau kita punya kemampuan yang baik juga untuk mendengarkan pendapat orang lain.

5. Tes Kesehatan dan Psikiatri
Tes Kesehatan
Sekitar 1 bulan kemudian, muncullah pengumuman siapa-siapa yang lolos ke tes kesehatan dan Alhamdulillah aku jadi salah satunya. Untuk tes kesehatan ini, aku udah diemail sekitar satu minggu sebelum hari tesnya, jadi banyak syaratnya gitu deh, nggak boleh makan ini, itu, minum obat, dan lain-lain. Jadilah seminggu itu hidup super sehat. Hehehe.

Tes kesehatannya dilakuin di salah satu laboratorium ternama. Tesnya ada cek darah, air seni, tensi, rekam jantung, rontgen, tinggi, berat, mata (minus dan buta warna), dan cek kesehatan badan. Nggak bermaksud nakut-nakutin, ya, cek kesehatan badan ini bener-bener "teliti" (aku sampai shock, hahaha). Tapi ya wajar sih, mengingat jaminan kesehatannya oke, nggak heran BI juga maunya punya karyawan yang kesehatannya prima. Nggak usah minder buat kalian yang ngerasa pendek (aku pendek, dan fyi, tinggiku nggak nyampe 150), karena yang dilihat dan dipertimbangkan adalah BMI (Body Mass Index). Kalo perbandingan tinggi sama beratnya proporsional alias sesuai sama standar sehatnya BMI, it's okay. Nah, coba deh cek BMI kalian sekarang, rumus dan kategori-kategorinya bisa disearch lewat google kok.

Tes Psikiatri
Keeseokan harinya, ikutan tes psikiatri. Dalam tes ini, kita bakal dikasi satu buku yang isinya sekitar 500an pernyataan. Instruksinya adalah memilih setuju atau tidak setuju sesuai dengan pendapat atau keadaan diri kita. Tes ini sebaiknya nggak direkayasa alias dipilih yang baik-baiknya aja/versi normatifnya. Soalnya, bakal ketahuan juga kalo direkayasa. Jadi, jawab aja sesuai pendapat atau apa yang kepikiran pertama kali di kepala sesaat setelah baca pernyataannya.

6. Wawancara Akhir
Akhirnyaaaa, setelah 1 bulan menunggu, dan 4 bulanan menjalani serangkaian proses rekrutmen, nyampe juga di tahap ini, tahap paling akhir dan paling mendebarkan. Alhamdulillah aku bisa nyampe di tahap ini, mengingat temen-temen lain yang sampe ke tahap ini tuh mayoritas udah punya pengalaman kerja macem-macem. Jadi bersyukur banget lah.

Jadi ada 50 orang yang lolos di tahap ini (untuk yang Surabaya aja ya, kalo keseluruhan sih denger-denger masih 500an, whoaaa) dan dibagi jadi 2 hari. Aku dapet yang hari pertama, ada 25 orang di hari pertama ini. Kami dibagi jadi 3 kelompok. Di kelompokku, aku dapet giliran pertama. Haaaa, nervous bangeeet. Aku diwawancara sama 3 orang dari Bank Indonesia, Bapak-Bapak semua. Wawancara akhir ini, kalo bisa dibagi, ada 2 topik utamanya, yaitu personality sama pengetahuan (teori maupun teknis) mengenai bank sentral, moneter, dan isu terkini tentang perekonomian Indonesia. Yaah, walaupun aku sebelumnya nggak begitu care masalah begituan, mau nggak mau, demi ikut tes ini, aku belajar juga, minta dijelasin sama temen yang memang ahli dan paham sama masalah itu. Walhasil, nggak malu-maluin amat lah yaa, bisa ngejawab dengan bener, walaupun pas ditanyain masalah teknisnya aku sempat agak tersendat, hehe.


Nggak sampai satu bulan, pengumuman sudah keluar. Dan aku nggak keterima, hehe. Sedih sih, tapi bersyukur juga sudah bisa sampai ke tahap akhir, ketemu sama pejabat-pejabatnya Bank Indonesia. Saran dari aku, buat yang mau tes kerja di manapun, lakukan yang terbaik, dan serahkan hasilnya sama Tuhan dan selalu berprasangka baik. Kalau udah kayak gitu, rasanya ringan. Mau berhasil atau gagal, bisa nerima dengan ikhlas, kalau memang bukan rejekinya. 

Oh iya, satu lagi, kalau menjalani tes kerja, jangan mikirin keterima atau nggaknya, tapi fokuslah untuk menyelesaikan proses/tahap seleksi itu dengan sebaik mungkin. :)

Oke, itu dulu yang bisa aku bagi di sini buat temen-temen yang tertarik untuk ikutan seleksinya PCPM Bank Indonesia. Jumpa di postingan berikutnya tentang pengalamanku ikutan tesnya Kementerian Keuangan, ya.. See you! :D

Senin, 03 Maret 2014

Pilihan ke Dua

2

Pagi ini badan rasanya njarem semua, dan mata beraaat banget buat dibuka. Berangkat kerja dengan suasana hati yang nggak begitu bersemangat. Sampai kantor belum dijejali satu pun pekerjaan sampai jam segini. Apalah guna berangkat kerja kalo sampai kantor cuma bengong? Kalau yang lain mungkin hepi dengan ke-tidak-ngapa-ngapain-nya, saya sebaliknya. Saya merasa nggak berguna. Ya walaupun sudah dijelasin sih, esensi dari OJT cpns itu beda banget sama OJT perusahaan swasta. Menurut surat edaran, OJT untuk cpns itu sebagai pengenalan suasana kerja aja, dan memang belum boleh dikasi pekerjaan yang tanggung jawabnya besar. Hoahm. Jadilah saya harus menerimanya dengan lapang dada, walaupun rasanya udah pengen banget sibuk ngerjain ini itu

Kalo rasa males mulai muncul, saya ngakalinnya dengan cara inget-inget usaha saya dulu, sama pengorbanan keluarga juga buat nganterin saya sampai bisa ke sini. Kerja di kementerian keuangan memang bukan pilihan pertama saya. Selesai kuliah, saya ngelamar kerja di dua tempat, PCPM Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan. Alhamdulillah keduanya sampai tahap akhir, dan BI yang benar-benar jadi keinginan terbesar saya. Mungkin kalo diibaratkan SNMPTN, BI itu pilihan pertama, Kemenkeu pilihan ke dua. Dan Tuhan menakdirkan pilihan ke dua itu untuk saya.

Sejak lulus SD, saya selalu mendapatkan pilihan pertama. Saya masuk di SMP pilihan pertama saya. Lulus SMP, saya pun berhasil masuk SMA pilihan pertama. Bahkan ketika masuk kuliah, saya juga diterima di jurusan pilihan pertama saya. Baru kali ini, saya mendapatkan pilihan ke dua.

Postingan ini saya tulis untuk berbagi pelajaran, tentang penerimaan diri atas pilihan ke dua yang harus saya dapatkan. Saya merasakan kekecewaan, walau tidak begitu besar. Karena saya tahu, Kemenkeu pun juga bukan instansi sembarangan, saya bersyukur sekali bisa diterima di sini.

Di sini, saya belajar untuk berbahagia dan bersyukur dengan pilihan ke dua. Kalau rasa malas mulai menyerang, adakala nya  saya berandai-andai, bagaimana jika saya diterima di BI? Mungkin pekerjaannya akan lebih menantang, lebih menarik, lebih ini, lebih itu, dan segudang lebih yang lainnya. Tapi kemudian saya ingat, bukankah yang kita inginkan bukan selalu yang kita butuhkan? Saya menginginkan BI, tapi mungkin bukan BI yang sebenarnya saya butuhkan.

Dan, bukankah Allah SWT selalu memberi yang kita butuhkan?

Seketika itu juga saya merasa damai. Kemenkeu, nggak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Orang-orangnya bersahaja, minim sekali persaingan. Di sini, saya nggak perlu susah-susah mikir padu padan baju buat kerja, nggak perlu ribet gaya-gayaan, karena baju kerja ada aturan untuk tiap harinya. Di sini, orang-orangnya sederhana, salah satu hal yang bikin saya betah.

Di sini, saya memang nggak bekerja sesuai passion saya di dunia ke-sumber daya manusia-an, seperti apa yang saya pelajari pas kuliah dulu. Tapi, ini juga yang membuat saya harus membuktikan salah satu kelebihan yang saya tulis pas psikotes, yaitu "mau belajar". Di sini, saya benar-benar dituntut belajar hal-hal yang baru, yang belum pernah saya jumpai sebelumnya.

Postingan ini saya tulis bukan dalam rangka menyombongkan diri, tapi untuk sama-sama berbagi. Pilihan ke dua tidak selalu buruk, dan tidak selalu harus kita sesali (terlebih jika kita sudah mengusahakan yang terbaik). Pilihan ke berapapun itu, inilah yang Allah SWT pilihkan untuk saya. Pilihan ke berapapun itu, jika rasa syukur sudah menjadi pondasinya, Insya Allah segala sesuatunya akan terasa lebih ringan..

*ngomong sama cermin* 
:)