Kamis, 02 Oktober 2014

Short Holiday: Seseruan di (ultah) Bandung!

2

Heyyyloooo.. Akhirnya posting lagi, setelah sekian lama blog ini sepi postingan. Entah karena tidak ada yang bisa diceritakan, i mean tidak cukup menarik untuk diceritakan, atau malah tidak ada waktu luang untuk menceritakan, ya entahlah, mungkin bisa jadi kombinasi antara keduanya. Tapi apapun itu, kali ini aku punya hal menarik yang pengeeeeen banget aku bagi lewat tulisan ini.. :D

Sekitar pertengahan Agustus, IKASMANCA pusat Jakarta ngadain acara halal bihalal dan Smalafair gitu. Di acara ini aku ketemu sama banyaaak temen-temen SMA, baik yang seangkatan maupun yang nggak. Salah satunya adalah ketemu adik generasiku yang namanya Monic. FYI, di SMA ku, ada yang namanya sistem generasi, misal yang awalnya kelas X-3, naik ke XI ipa 3, terus ke XII ipa 3, itu namanya generasi 3, alias B3ST!

Balik ke si Monic yaa, Monic ini masih kuliah di ITB, otomatis dia berdomisili di Bandung. Sudah sejak lama aku pengen ke Bandung, tapi gagal melulu. Nah pas ketemu Monic ini, keinginanku untuk pergi ke Bandung mulai mucul lagi. Hehehe. Jadilah sebelum acara kelar, kami tukeran kontak (maklum hp yang lama udah rusak nomernya ilang semua). Dan sebelum pulang, aku iseng bilang Monic kalo aku mau main ke Bandung kapan-kapan.

Aku ini emang nggak bisa lama nggak jalan-jalan. Jadilah awal bulan ini, aku searching tempat-tempat wisata di Bandung. Awalnya aku ngajak temen-temen kantor, lalu berganti ke temen kuliah. Karena satu dan lain hal, nggak ada yang bisa nemenin aku ke Bandung. Akhirnya, kepikiranlah untuk ngerepotin si Monic. Hwahaha. Jadilah aku ngehubungin Monic, ngabarin kalo aku lagi pengen banget ke Bandung, main ke sana. Utamanya sih aku pengen ke Bosscha. Apa sih Bosscha? Itu lho, observatorium, tempat peneropongan bintang yang di film Petualangan Sherina. Kekanak-kanakan ya? Hahaha, biarin, yang penting Monic menyambut dengan senang hati keinginanku ituu. Asik!


Akhirnya Sabtu, tanggal 27 September, jam 7 pagi, kereta Argo Parahyangan membawaku ke Bandung..

For the first time perjalanan naik kereta sendirian, sebelumnya selalu ada yang nemenin. Pengalaman baru yang mengasikan. Pengalaman pertama juga sih naik kereta eksekutif. Hihi. Ternyata enak juga ya. Apalagi aku dapet tempat duduk yang sendirian, Makin berasa deh traveling alone-nya. Tapi untunglah kesendirian itu nggak bertahan lama, cuma 3 jam sampai aku tiba di stasiun Bandung nanti.

Sepanjang perjalanan aku takjub sama pemandangan di luar. Banyak sawah, perbukitan, gunung, hutan, pedesaan, banyaaak deh. Pemandangannya kayak begini, nih...

eh maap ini nggak termasuk pemandangan :p





Bagus kaan? Maap fotonya nggak maksimal karena kaca jendelanya agak burem, aslinya jauuh lebih cantik pemandangannya. Inilah yang bikin aku suka naik kereta, lewat jalur-jalur yang nggak umum, yang nggak bakal didapet kalo perginya naik travel atau yang lain. Aku sempet tidur juga sih di perjalanan, tapi untung bangun pas pemandangannya lagi bagus-bagus. Hehehe. Parah lah, perjalanan cuma 3 jam kok yaa sempet tidur.

Sekitar jam 10.15 aku udah nyampe stasiun Bandung. Yang harus dilakukan berikutnya adalah ketemu sama Monic dan memulai perjalanan ke Bosscha, Setelah sms Monic, dia suruh aku nunggu di pintu stasiun baru. Okelah, aku nunggu dia di situ, sambil duduk-duduk merhatiin orang-orang yang lalu lalang di stasiun.

Nggak lama kemudian, Monic dateng! Horeee.. FYI, aku dan Monic emang akrab secara kami satu generasi, tapi aku nggak pernah keluar sama dia sebelumnya. Kami nggak pernah heng ot bareng, tapi kali ini malah memutuskan untuk liburan singkat berdua. Bisa dibilang she is my new travel-mate. Bakal jadi apa liburan singkatku kali ini sama Monic? Kita lihat saja nanti yaa.. :p

Hal pertama yang kami lakukan adalah berpelukan, hahaha. Lalu kamipun keluar stasiun. Aku bilang ke Monic langsung ke Bosscha aja, takutnya nggak nutut, karena jam 1 siang Bosscha udah nggak nerima pengunjung. Kata Monic, Lembang lumayan jauh, tapi yaa semoga nutut lah sampe ke Bosscha. Untuk menuju ke Bosscha, kami naik angkot berwarna coklat muda yang lewat di depan stasiun, angkot jurusan stasiun Lembang.

Waktu terus berlalu. Bandung kebetulan lagi ultah pas aku ke sini.. Eh kebalik, maksudnya, kebetulan aku ke sini pas Bandung lagi ultah. Jadi, banyak acara yang bakal digelar, dan otomatis beberapa jalan bakal ditutup, dan itu juga yang akhirnya bikin jalanan jadi macet. Huaa.. Jam udah nunjukin jam setengah 12, tapi belum nyampe juga. Khawatir nggak keburu. Masalahnya, Bosscha itu cuma buka sampe jam 1 siang. Minggu dia nggak buka. Jadi kesempatanku ya cuma hari ini. Karena nggak nyampe-nyampe, Monic berinisiatif untuk nanya ke mbak-mbak, eh teteh-teteh di sebelahnya.

"Teh kalo ke Bosscha turun mana ya?"
"Wah udah lewat, agak di bawah tadi mestinya. Turun sini aja, naik angkot yang ke bawah.."

Toweng, kelewatan.. hahahaha

Kamipun turun lalu nyeberang. Oh iya lupa bilang, liburan kali ini adalah 100% ditempuh dengan menggunakan transportasi umum berupa angkot.

"Maaf ya, mbak..", kata Monic.
"Santai lah Moonc (baca: mong), ini seninya traveling.. hahaha"

Nggak butuh waktu lama, angkot yang kami nantikan akhirnya datang. Mungkin sekitar 5 menit, kami udah sampai di pintu gerbang observatorium. Ada pangkalan ojek di deketnya. Kami ditawarin naik ojek. Awalnya aku cuek, ngajak Monic jalan kaki aja. Tapi begitu si tukang ojek bilang kalo perjalananannya sekitar 2km, langsung deh balik arah. Hahaha. Bukan perkara jauhnya, tapi ini udah hampir jam 1, takut nggak nutut sampe Bosscha nya kan sayang. Akhirnya kami naik ojek, dan murah banget, cuma lima rebu perak.

Sesampainya di atas, (FYI, jarak dari pintu gerbang yang bawah emang lumayan jauh, observatoriumnya sendiri ada di atas, jadi yaa nanjak gitu jalannya. Untung aja naik ojek) nggak lupa kami minta nomernya si tukang ojek, buat ngejemput kami nanti. Kamipun diarahkan ke tempat pendaftaran, setelah bayar masing-masing 15ribu, kamipun dapet tanda bukti bayar dan selembar kertas berisi peraturan dan beberapa hal mengenai kunjungan ke Bosscha.

Jalan ke atas, akhirnya tampaklah sebuah bangunan dengan atap berbentuk setengah bulatan. Oh My, akhirnya aku ke sini jugaa.. Hahaha. Excited buanget!

Tapi eh tapi, kami dicegah sama pak satpam, katanya masuk dulu ke ruang multimedia, baru nanti jalan-jalan ke tempat peneropongan bintangnya. Oh gitu, akhirnya kami nurut, dan masuk ke ruangan itu.

Ruangan multimedia nggak begitu besar. Di dalem ada beberapa baris kursi, sebuah layar, proyektor, dan satu orang pemandu/pemateri. Aku sama Monic duduk di baris ke dua dari depan. Di ruangan ini, kami dapet penjelasan macem-macem, mulai tentang astronomi, tentang sejarah Bosscha, sampai beberapa simulasi untuk ngelihat rasi bintang.

Menarik banget nyimak penjelasan dari masnya (maaf aku lupa namanya, hehe). Salah satu penjelasan menarik adalah ketika simulasi apabila orbit bulan ditempatin planet lain. Beberapa planet (urut ukuran dari yang terkecil) ditempatkkan di orbit bulan, dilihat gimana penampakannya dari bumi. Venus, Mars, nggak jauh beda sama bulan, cuma lebih gede sedikit. Tapi semua berubah waktu Jupiter yang dimasukin orbit bulan. Buseeet dah, langit jadi penuh gitu kalo dilihat dari bumi. Apalagi pas planet Saturnus, cincinnya cantik dan besaaar banget.

Masnya: Gimana? Bagus ya kalo Saturnus nggantiin bulan?
Penonton: Bagus, cantik cincinnya
Masnya: Iya bagus, tapi itu berarti bencana kalo kejadian beneran. Bayangin aja, bulan yang sekecil itu kalo purnama bisa bikin air laut pasang. kalo seandainya Saturnus atau Jupiter yang jadi bulan, nggak cuma air laut, tapi magma juga bisa ketarik keluar karena saking kuatnya gaya gravitasinya..

Kami langsung bergidik ngeri, ngebayangin kiamat..

Hal menarik kembali terjadi ketika kami ditunjukin perbandingan ukuran bumi dengan planet-planet lain dan bintang-bintang lain. Bumi, dibandingkan sama matahari, cuma sebesar titik bolpen yang mau mati karena isinya abis. Lalu, matahari akan sama statusnya sama bumi ketika dibandingin sama bintang yang namanya Antares.. Kebayang nggak tuh berapa besarnya si Antares.. Dan kebayang kan betapa kecilnya diri kita, manusia.. :"

Itu salah satu gambarnya. Gambar-gambar sebelumnya lebih menakjubkan, saking takjubnya cuma bisa terpesona dan lupa ngefotoin. Hahaha.

Setelah selesai urusan perplanetan dan perbintangan, mas pemandu ngajak kami untuk jalanin aplikasi perbintangan yang namanya Stellarium. Ini lebih takjub lagi. Lewat aplikasi ini, kita bisa maju-mundurin waktu. Kali ini masnya pengen majuin waktu ke hari Sabtu malem, bintang-bintang apa saja yang bakal keliatan. Dan bener aja lho, ketika waktu berubah jadi malem, tampilan layar jadi gelap, kemudian titik-titik putih yang berkedip mulai bermunculan, itulah bintang-bintang yang ada di langit malam. Dengan aplikasi ini, bintang-bintang kelihatan jelas, namanya juga ada. Takjuuuub banget.





Pas tinggal dikit lagi kelar, tiba-tiba ada bapak-bapak yang masuk ke ruangan dan nanya apa masih ada yang belum masuk ke kupel, karena bentar lagi udah jam 1 dan udah waktunya tutup. Akhirnya aku sama Monic keluar ruangan dan menuju ke gedung kupel.

Gedung kupel apaan sih? Gedung kupel inilah yang selama ini secara salah paham kami terjemahkan sebagai Bosscha. Hahaha. Jadi, gedung putih beratap setengah bulatan yang ada di film Petualangan Sherina, yang selama ini aku idam-idamkan untuk masuk ke sana, namanya adalah gedung Kupel. Terus Bosscha apaan dong? Bosscha adalah keseluruhan observatorium ini. Jadi di sini nggak cuma ada satu gedung, tapi berupa kompleks gitu. Ada beberapa gedung yang fungsinya untuk penelitian astronomi. Salah satu gedungnya adalah gedung Kupel, yang di dalamnya berdiam salah satu teleskop terbesar, namanya Teropong Zeiss Besar.



Begitu masuk ke gedung Kupel, aku cuma bisa menganga, saking takjub dan senengnya. Bayangin aja, aku nonton Petualangan Sherina pas umur 10 tahun, dan sejak itu aku kepengeeeen banget masuk ke sana. Setelah 13 tahun berlalu, baru kesampean. Haaah, senangnyaaa!

Gedung Kupel nggak begitu besar, tapi teropongnya besaaaaaarrr banget. Gedung ini berbentuk tabung dengan atap setengah bulatan. Atapnya bisa dibuka dan diputer untuk menyesuaikan kemana teropong mau diarahkan. Di bawah, ada lantai sendiri untuk ngamatin bintang pake teropong itu, lantainya lebih tinggi daripada lantai di sekitarnya. Terus, lantai itu juga dikelilingi sama pagar besi. Nggak cuma atap, lantai untu ngamatin pake teropong ini juga bisa di-naik-turunin. Tapi, jangan salah, walapun kelihatannya kokoh, lantai ini cuma bisa menahan beban seberat 200 kg. Yang boleh naik juga nggak sembarangan, cuma orang yang mau meneliti yang boleh naik.





Teropong Zeiss Besar digunakan untuk meneropong bintang ganda. Jadi, walau kelihatannya dari luar cuma ada satu teropong, teropong ini punya dua lensa di dalemnya. Keren bangeeet pokoknya. Banyak hal yang disampaikan sama Bapak Pemandunya, baik tentang astronomi, tentang teropong Zeiss Besar, sampai tentang ilmuwan-ilmuwan astronomi di seluruh dunia.

Oh iya, terungkap sudah kenapa sih kita nggak diperbolehkan nyoba pakai teleskop Zeiss (selain karena kita bukan peneliti) di siang hari. Teropong Zeiss ini punya fungsi untuk memperkuat cahaya sebesar 7000 kali! Wow banget kan! Nah kalo yang diamati adalah bintang yang jauh, sinarnya kan redup, makanya sinarnya dikuatkan pake teropong ini. Kalo matahari? Kebayang nggak sinar matahari dikuatkan sampe 7000 kali??

Kelar menerima penjelasan-penjelasan menarik seputar dunia astronomi, hal berikutnya yang kami lakukan adalah:

foto-foto!

itu jendela kecil yang dipake Sherina kecil kabur pas penculiknya dateng! :p

salah satu poster yang ada di dalem gedung Kupel

beberapa potret bintang


poto-poto di depan Gedung Kupel (1)

poto-poto di depan Gedung Kupel (2)

poto-poto di depan Gedung Kupel (3)

Gedung lain di sekitar gedung Kupel


Selesai sholat Dhuhur, sekitar jam 2-an, kami cabut dari Bosscha. Seneeeeng banget udah bisa nyampe ke sana. Kalo dibilang kekanak-kanakan, iya sih. Tapi apa salahnya mewujudkan impian masa kecil? Haha.

Perut udah keroncongan minta diisi, akhirnya Monic mengkomando abang-abang ojek untuk membawa kami ke Tahu Lembang. Tempatnya nggak jauh dari situ kok, paling 5 menitan. Sampai di sana, kami bingung sebelah mana sih tempatnya makan olahan2 Tahu Lembang. Jalan dari ujung ke ujung, yang kami temukan cuma penjual jajanan sama tanda petunjuk pabrik tahu Lembang (menuju ke belakang). Tanpa pikir panjang lagi, kami mutusin untuk makan di TM cafe, yang ada di bagian depan. Cafe nya lucu deh, aku suka interiornya. Di sini ternyata jual olahan tahu lembang juga, yaudah akhirnya kami pesen seporsi tahu pedes isi 8 potong.



Asli deh suasana cafe ini pewe banget. Dingin, angin semilir. Makanan sama minumannya juga nggak mahal, standar, pas di kantong (kayak ngiklan yak? haha). Kami di sini sampe jam setengah 4 gitu deh. Aku sama Monic menimbang-nimbang mau ke mana setelah dari Lembang. Setelah berunding, kami mutusin buat ke Trans Studio aja, kebetulan Monic punya voucher 50% potongan, lumayan banget dan sayang kalo nggak dipake. Yaudah aku setuju aja, ngikut sama tour guide nya, hahaha. Kamipun menuju ke mushola untuk sholat Ashar.

Setelah sholat, kami menuju pinggir jalan untuk menanti angkot. Kami kembali naik angkot warna coklat muda. Di luar dugaan, maceeet banget jalanan menuju ke pusat kota Bandung. Huaaah. Nggak terhitung berapa kali kami ketiduran lalu kebangun lagi dan ternyata belum nyampe-nyampe juga. Luar biasa lah. Kalo nggak salah, jam setengah 6 kami baru sampe ke pusat kota Bandung. Karena udah kesorean banget, kami sepakat untuk nggak jadi ke Trans Studio dan beralih jalan-jalan ke Dago Festive aja, di sana ada kayak festival kuliner dan suvenir-suvenir gitu. Akupun sependapat, mending besoknya aja kalo mau ke Trans Studio.

Pusat kota Bandung macet parah malem itu. Ultah Bandung bener-bener meriah. Semua orang kayak kompak semua menuju Dago Festive di sepanjang jalan Dago. Jadi ya begitu, maceet. Sesampainya di persimpangan Dago (iya ya itu simpang Dago bukan sih, Monc?, haha), kami turun angkot dan mampir McD untuk sholat Maghrib dulu. Monic cerita kalo McD di situ adalah tempat favorit dia dan temen-temennya kalo pas begadang ngerjain tugas. Emang tempatnya enak sih, besar, ada toilet sama musholanya. Mereka kadang semaleman di situ dan baru pulang pas Subuh. Ckckck, emang keras kehidupan anak kuliah di ITB ya. Hihi, keren banget. Oh iya, Monic ini lagi menjalani fase-fase mahasiswa tingkat akhir di Farmasi ITB. Mari kita doakan biar dia segera lulus dan wisuda.. Aamiin.. :D

Setelah sholat Maghrib, kamipun nunggu sekalian sholat Isya' di situ, setelah sebelumnya mampir ATM dan beli cola float sama fanta float gara-gara udah haus banget.

Kelar sholat Isya', kami bersiap cus ke Dago. Naik angkot lagi? Nggak, jalan kaki. Dan ternyata barengannya buanyaak. Orang-orang juga pada mau ke Dago Festive. jadilah kami jalan kaki rame-rame sambil cerita-cerita. Aku cerita kehidupanku setelah lulus dan merantau ke jakarta. Monic cerita tentang pengalamannya ikutan Ekspedisi NKRI di Maluku selama 5 bulan. Jadi dia selama di maluku 5 bulan, membantu untuk ngedata biota-biota yang ada di sana. Dia bertugas bareng para tentara dan 100an mahasiswa lain yang lulus seleksi untuk bergabung di ekspedisi itu. Keren banget emang nih anak. Walau lebih muda setahun dari aku, aku percaya banget pasti adik kelasku ini pengalamannya jaaauuh lebih banyak dari aku. So proud of you, Monc :D

Sesampainya di Dago Festive, whoaaaaa rame bangeeeetttt ^^

Ada panggung, ada festival kuliner, ada yang jual topeng-topengan, bando-bando yang bisa nyala, dan banyaaak lagi. Aku sama Monic menyusuri jalan dan ngamatin satu demi satu penjual di sana. Unik-unik banget. Ada yang stand-nya sampe bawa mobil unik, ada yang dagangannya unik, bahkan ada yang namanya jus gowes. Hahaha. Apakah itu jus gowes? Jadi, di stand jus gowes ini, ada sepeda yang disambungin sama blender (yang entah gimana cara nyambunginnya) yang mana jika sepeda itu digowes, blendernya akan jalan dan otomatis kita bakal bikin jus dengan cara ngegowes sepeda. Lucu banget. Kepikiran buat nyoba (udah dirayu-rayu ama Monic), tapi nggak jadi karena malu. Hahaha

Ini nih beberapa benda yang ada di Dago Festive..

burung-burung kertas warna-warni..

peraahuu

kerajinan kayu dari suku Baduy yang bikin monic ngiler setengah mati. hahaha :p

lampu tidur yang kayak mini firework :D

Di sini juga Monic traktir aku gelang dari kayu/akar gitu, di stand kerajinan kayu punya suku Baduy. Hihi.. Kami punya gelang kembar deh akhirnya.. :D


Di Dago Festive ini si Monic banyak ketemu temen-temennya. Sempet juga janjian ketemuan sama dua orang temennya Monic. Nggak seberapa lama jalan bareng, kami udah kepisah lagi sama temennya Monic karena si Monic nyangkut di stand temennya yang lain. Hahaha. Kami lanjutin perjalanan sampe ke ujung banget. Monic bilang, kalo ngga ada festival macam begini, nggak kepikiran sama sekali bakal nyusurin jalan Dago sampe sejauh ini. Aku jadi penasaran sih seberapa jauhnya.. :p

Sekitar jam setengah 10an kami mutusin untuk pulang. Oleh-oleh dari festival, aku beli lampu tidur yang kayak kembang api, sementara Monic beli tutut. Apa itu tutut? Tutut adalah sejenis keong gitu. Monic doyan banget makan tutut, lucu deh dia kalo makan, keliatan enaak banget.

Karena udah malem, nggak ada angkot, akhirnya kami pulang ke asramanya Monic dengan berjalan kaki. Seriusan jalan kaki. Dan itu jauh. Kayaknya sekitar jam 11 malem akhirnya kami nyampe di asramanya Monic. Aku langsung selonjoran, rasanya nikmat buangeet.. Kaki udah pegeel, sampe waktu denger suara kembang api, udah nggak mood mau lihat. Hahaha.

Setengah 12 malem, kami sudah berlayar masing-masing ke alam mimpi.. :3

Pagi menjelaaang..

Tapi agenda ke Trans Studio nggak bisa terealisasi gara-gara aku sama Monic bangun kesiangan. Hahaha. Maklum laah, capek banget kami jalan kaki semalem tadi. Akhirnya aku bilang ke monic, mau ke gedung Sate sama beli oleh-oleh aja. kalo memungkinkan juga mampir ke Kantor Pos di jalan Asia Afrika buat beli benda-benda pos titipannya temen kantor. Jadilah pagi itu kami memulai perjalanan sekitar jam setengah 9 pagi. Sebelum pergi lebih jauh, kami sarapan di tukang jualan sate langganannya Monic kalo sarapan tiap pagi.

Satenya enak, dan tempatnya deket banget sama asramanya Monic. Setelah kenyang, kami siap memulai perjalanan. Tujuan pertama adalah ke Gedung Sate. Kalo baca di blog orang-orang, belum ke Bandung kalo belum ke Gedung Sate. Kami naik angkot ke Gedung Sate (maap aku udah nggak inget angkot apa aja yang kami naikin, saking banyaknya oper sana-sini, hahaha).

Kami turun di Gasibu. Gasibu ini ada pasarnya kalo tiap Minggu. Dan, harganya muraaah banget di sini. Masa yaa rok-rok sifon lucu gitu cuma 35ribu. Kaos kaki tempat Monic biasa beli ada yang seribuan dapet 3. Tas-tas lucu harganya di bawah 100ribu. Aaaak, kalo nggak kuat iman, duit bisa habis sebelum beli oleh-oleh. Sekuat tenaga menahan diri, akhirnya aku cuma beli sendal, rok sifon, sama tas kecil nan lucu. Hihi. Sementara Monic berhasil ngedapetin baju flanel yang dia pengenin, dan nggak lupa dia beli ikan buat nemenin ikan temennya yang ada di kamar.

Keluar dari Gasibu, tinggal nyeberang jalan, sampailah kami di Gedung Sate..



Kelar foto-foto dan istirahat sejenak, kami melanjutkan perjalanan ke Yoghurt Cisangkuy. Kata monic, Yoghurt ini udah terkenal khasnya Bandung. Yoghurt nya juga masih asli, jadi bener-bener asem banget gitu. Tempatnya nggak jauh dari Gedung Sate, deket Taman Lansia. Kami jalan kaki menuju ke sana. Aku minta pertimbangan Monic, menu yoghurt mana yang nggak begitu asem, mengingat ini masih pagi dan aku takut perutku jadi bergejolak kalo kena yang asem-asem. jadilah sesuai saran Monic, aku pesen Mocca Yoghurt, kayak gini nih penampakannya..


Tempat Yoghurt Cisangkuy ini strategis banget, nggak jauh dari jalan raya. Sementara di sekitarnya ada pasar kaget semacam di Gasibu gitu, terus banyak juga yang jual makanan di situ. Pas banget deh buat nongkrong. Belum lagi tatanan tempatnya yang lucu, rindang gitu di bawah pepohonan.

Setelah seger ngehabisin yoghurt, aku sama monic ngelanjutin perjalanan ke Cihampelas. Di sana kami bakal beli oleh-oleh semacam keripik-keripikan gitu yang khas Bandung. Angkot yang kami naiki, kebetulan bukan angkot yang langsung menuju Cihampelas, alias masih kudu oper lagi.

Di sini menariknya. Ternyata eh ternyata, sopir angkot tadi baik bangeet, mau nganterin aku sama Monic sampe jalur yang deket sama Cihampelas (otomatis angkot ini melenceng dari jalurnya yang seharusnya). Jadi kami nggak usah oper angkot lagi. Aaak, makasi yaa aa'.. :3

Sebelum jalan-jalan cari oleh-oleh di jalan Cihampelas, kami sholat dulu di masjid deket situ. Kata Monic ada mie ayam enak di depan masjid, tapi sayang sekali perut kami udah kekenyangan. Jadi kami lanjut jalan ke jalan Cihampelas. Sepanjang jalan Cihampelas banyak banget toko-toko. Toko-toko di situ jualan macem-macem barang, ada tas, gantungan kunci, snack, dan banyaak lagi. Aku berbelok ke toko oleh-oleh yang dimasuki Monic. Tokonya nggak begitu besar, tapi terlihat lengkap banget. Pilah-pilih oleh-oleh khas sesuai rekomendasi Monic, jadilah bawa oleh-oleh satu plastik besar. Hahaha

Kelar belanja oleh-oleh, kami segera bertolak ke Kantor Pos di jalan Asia Afrika. Lewat sekilas ke Ciwalk, Cihampelas Walk. Karena waktu udah makin siang, sementara kereta balikku ke Jakarta jam 16.15, ke Ciwalk cuma masuk dan jalan dikit. Unik sih mall nya, kayak konsep outdoor gitu, lucu.

Perjalanan dilanjutkan lagi naik angkot menuju ke jalan Asia Afrika. Kata Monic, perjalanan masih jauh. Aku udah ngeliatin jam tangan melulu, ngitung-ngitung waktu semoga cukup sampe jam kereta balik Jakarta nanti. Sekitarjam 2an, kami sampai di persimpangan jalan yang mau ke Kantor Pos Asia Afrika. Letak Kantor Pos ini deket sama alun-alun. Tapi jauh dari jalan tempat kami turun dari angkot. Hahaha. Di tengah perjalanan, kami lewat Museum Asia Afrika, tempat dilaksanakannya Konferensi Asia Afrika jaman dahulu kala..



Sayangnya karena keterbatasan waktu, kami nggak sempet masuk dan mengunjungi Museum nya. Kami jalaan terus sampe keliatan alun-alun di seberang jalan. Kamipun nyeberang lewat jembatan penyeberangan. Sampai alun-alun, kok sepi. Nggak ada pedagang emperan yang jual benda-benda pos gitu. Yang ada malah uang-uang jadul. Akhirnya Monic nanya sama penjual majalah, di mana ada penjual benda-benda pos, akhirnya ditunjukin lah tempat Kantor Pos berada yang ternyata adanya di seberang jalan. Lhadalah! Nyeberang lagi akhirnya ke tempat semula. Hahaha, lucu banget, balik kucing gitu. Sampai di depan kantor pos pun nggak ada yang jualan. Sepi banget gitu. Hhh, yaudah kami berkesimpulan kalo penjual-penjual itu juga ikutan libur kalo hari Minggu. Akhirnya kami putuskan untuk pulang. Sebelum pulang naik angkot, kami menyempatkan beli es kelapa muda di deket situ. Hauuuus banget meeen.

Sembari minum dan nunggu angkot, Monic tanya-tanya lagi sama yang jual es, di mana ada penjual benda-benda pos.

Ternyata oh ternyata, berkat ke-SKSD-annya Monic, kami nggak sekedar tahu tempat mangkalnya, tapi malah jadi tahu tempat tinggalnya! Hahaha. Ternyata, tempat tinggal para penjual itu ada di deket situ, di belakang Bank Mandiri, ada kayak lahan kosong yang dibuat parkiran, ada beberapa rumah kecil tempat mereka tinggall.

Sesampainya di sana, kami langsung disambut sama salah seorang penjual. Kami dikasi tahu beberapa kartu pos yang bagus-bagus banget gambarnya, gambar penampakan alam di Jawa Barat. Waaa, seneng banget aku! :D

Selain kartu pos, bapaknya juga jualan perangko, ada perangko koleksi, ada juga perangko yang berlaku saat ini. Aku pilih perangko koleksi. Jadi kayak perangko-perangko tua gitu. Ada yang masi di amplopnya, ada juga yang ditempatin di satu album. AKu jadi inget mamaku dulu pernah punya album perangko yang entah ada di mana sekarang. Haha.

Kelar beli-beli benda pos, kami pamit pulang. Kami nunggu angkot di seberang jalan yang menuju ke stasiun Bandung. Nggak berapa lama, angkotnya datang. Kamipun naik. Perjalanan lumayan jauh, sementara jam udah nunjukin hampir jam 3. Awalnya masih berniat beli bolen Kartikasari, oleh-oleh khas Bandung juga di jalan Dago. Yah semoga nutut sih.

Menit demi menit berlalu, kami nggak nyampe-nyampe stasiun. Karena curiga, Monic nanya ke bapak-bapak sebelahnya, apa bener ini angkot ke stasiun Bandung. Ternyata kami salah naik angkot! Doweeeeng!

Akhirnya kami turun lalu naik angkot yang sama, tapi dari arah yang berlawanan.Huwaaa, aku udah deg-degan aja, udah hampir setengah 4 dan aku belum di stasiun. Biasa, kebiasaan suka berangkat awal-awal gitu sih.

Ditambah macetnya Bandung sore itu, aku mulai panik. Di stasiun kami turun dan berganti angkot. Kabar mendebarkannya adalah kami masih harus satu kali lagi oper angkot. Aku udah bolak-balik liat jam melulu. Haaa... nggak lucu kalo aku sampe ketinggalan kereta.

Jam udah nunjukin pukul 16.00 ketika angkot terakhir yang kami naiki berada di jalan deket asramanya Monic. Kami nggak turun depan asrama persis karena Monic mau panggil ojek aja demi nggak pengen aku ketinggalan kereta. Kami lari-larian menuju asrama, menuju kamar Monic. Aku bahkan sempet salah jalan menuju kamar Monic, hahaha, malu-maluin banget. Untung nggak sampe salah kamar. Di kamar Monic suasana udah kalang kabut. Untung sih barang-barang udah aku packing semua, tinggal angkut. Monic bawain tasku sampe ke bawah. Sebelum naik ojek, aku pelukan dulu sama Monic. Huhuhu, sayang sekali nggak bisa ke stasiun bareng sama Monic pas balik ke Jakarta.

Ojek melaju sekencang yang dia bisa membelah macetnya Bandung di kala weekend. Hiks. Jam udah 16.05, aku deg-degan banget. Pak ojek ambil inisiatif lewat jalan tembus biar nggak macet. Eeeeh malah ditutup jalannya gara-gara ada acara ultah Bandung!

Tiket dan KTP yang aku genggam udah lecek kayaknya aku remes-remes, saking paniknya. Hahaha. Kamipun jadi malah memutar jauh, tapi syukurnya nggak seberapa macet. Perutku udah mules banget ngebayangin ketinggalan kereta.

Pukul 16.13 aku nyampe stasiun. Setelah bayar ojek, aku lari-lari menuju pintu masuk. Petugas meriksa KTP sama tiketku sambil bilang kalo jangan mepet-mepet dateng ke stasiun, kalo ketinggalam ntar nyesel. Iya aku udah tau, tapi tadi emang macet banget. Udah tau kereta mau berangkat meriksanya lama banget lagi, malah ngajakin ngobrol. Hadeee..

Setelah tiket dan KTP udah kembali ke genggaman, aku lari-lari lagi buat masuk kereta.

Nggak ada satu menit setelah aku duduk manis, keretapun melaju...

Huaaaaa, aku langsung narik napas lega..

Liburan berakhir. Bandung yang seru, perjalanan yang bikin deg-degan. Hahaha. Terimakasih banyaaak buat Monic yang udah berbaik hati nemenin aku selama di Bandung. Nemenin jalan ke sana kemari, nemenin aku mewujudkan mimpi masa kecil untuk bisa ngelihat dan masuk ke Bosscha. Dari Monic juga aku belajar bahwa SKSD itu penting, tanya-tanya itu penting. Pepatah benar-benar terbukti, bahwa malu bertanya akan sesat di jalan. Hahaha..

Terimakasih Monic udah ditemenin kemana-mana. Kita nggak pernah jalan bareng sebelumnya, tapi liburan pertama sama kamu ini asiiiiik banget! Hahaha

Inilah yang diajarkan sama sistem Generasi di Smala. Beruntunglah kita masih mengalami sistem generasi yang sangat erat selama sekolah dulu ya, jadi nggak peduli jarak dan waktu (ceilaah), kita selalu ngerasa punya keluarga. Walau lamaa nggak ketemu dan ngobrol, pas perjalanan kemaren kita kayak udah sering gitu keluar dan jalan-jalan bareng (kode biar diajakin main ke Bandung lagi, hahaha :p)

What a great short-holiday! Sampai jumpa di petualangan berikutnya :D

2 komentar:

  1. panjang banget postingan nya, jadi bosen bacanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tulisannya panjang karena memang banyak yang diceritakan..

      terimakasih masukannya :)

      Hapus