Senin, 25 Mei 2015

tentang Iman, dari Seorang Mualaf

0

Pagi itu hari Minggu, as usual aku menghadiri majelis ilmu di salah satu masjid favorit yang nggak jauh dari kosan. Hari itu, tema tausiyahnya adalah mengenai dakwah. Aku nggak akan cerita tentang materi ceramahnya, karena sudah pernah aku share di path, facebook, dan beberapa sosmed lain yang aku punya. Kali ini, aku akan menceritakan sekelumit kejadian yang membuatku merenung amat dalam. 

Singkatnya, hari itu sang Ustadz membawa mualaf bimbingan beliau yang baru memeluk Islam sekitar 1,5 tahun yang lalu. Beliau memintanya untuk membacakan beberapa ayat suci Al-Quran, dan memberikan sepatah dua patah kata untuk berbagi pengalamannya. Selain bacaan Al-Quran yang sangat fasih dan indah (sampe merinding dengernya), ada satu kalimat yang bikin aku merenung...

"Iman itu yakin kepada Allah SWT. Kalau masih ragu-ragu, apa bisa disebut beriman?"

Serasa ditampar.

Yakin di sini adalah sangat luaaaaas cakupannya. Bukan sekedar yakin bahwa Allah itu ada, bukan hanya itu. Tapi terlebih lagi, yakin pada janji-janji Allah.. Sudahkah?

Mungkin terdengar sepele, tapi... Bukannya justru ini yang sering lalai kita lakukan?

Lupa yakin pada janji Allah bahwa laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik, begitupun perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik pula?

Eaaaa.. Masalah jodoh.. Ini topik terhangat di usia 20an, terutama untuk mereka-mereka yang dinilai sudah mapan dan waktunya untuk menikah. 

Maka ketika pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan-pernyataan di sekitar mulai membuat kita galau, bisa jadi kita sedang lupa untuk yakin pada janji Allah. 

Oleh karenanya, bersabar dan yakin pada janji Allah itu adalah salah satu bentuk dari iman. Allah SWT Maha Besar, apa ada setitik kecil hal yang patut diragukan atasNYA?

Aku yakin semua sepakat untuk menjawab tidak.

Pada akhirnya, jika keyakinan itu sudah ada, yang tersisa hanyalah rasa ringan. Allah SWT sudah menjamin, apa lagi yang perlu dirisaukan? :)

Dalam hal jodoh, mari menyiapkan hal-hal yang bisa disiapkan, dimulai dari yang paling dekat, yaitu diri sendiri. Jika ingin yang agamanya baik, maka baikkan juga agama diri. Jika ingin yang penyabar, maka tingkatkan kemampuan sabar hati. Jika ingin yang menjaga dirinya hanya untukmu, maka jaga dirimu sebaik mungkin.

For the first time in my life (halah, hahaha) aku paling merasakan perlu mem-prepare sesuatu adalah soal ini. Prepare dari segi hal-hal yang berada dalam jangkauanku pastinya, hehehe. Ah, malah curcol -___-

Kembali ke topik awal, bahwa yakin kepada Allah itu sangat luas, termasuk yakin pada janji-janjiNYA. Karena iman itu naik-turun, maka kita perlu charger. Pilih tipe charger yang paling sesuai, misal teman yang bisa selalu saling mengingatkan, ikut pengajian, ikut komunitas dakwah, ikutan pesantren kilat, dan banyaaaak lagi macamnya. 

Salah satu hal yang tidak pernah lupa aku syukuri adalah, Allah selalu menempatkan orang-orang yang luar biasa baik di sekitarku. Berkenalan dengan masjid (yang sekarang jadi masjid favoritku di Jakarta), lebih akrab dengan masjid, juga melalui perantara yang Allah kirimkan.. :)

Akhir kata, yuk mari saling mengingatkan, sebab kadar iman itu harus dijaga sebaik mungkin, agar tidak terlalu lama berada di posisi 'turun' :)   

0 komentar:

Posting Komentar