Minggu, 04 Agustus 2013

Legenda Sampek-Engtay

0

Hari ini aku memutuskan untuk melahap habis buku yang baru kubeli beberapa hari lalu. Bukunya berupa kumpulan cerita pendek karangan Tere Liye, salah satu penulis favoritku. Buku ini bersampul merah bergambar hati yang dibalut perban, judulnya Sepotong Hati yang Baru.

Buku ini berisi delapan cerita pendek. Tapi, ada satu yang menjadi favoritku, judulnya Mimpi-Mimpi Sampek-Engtay.

Cerpen Sampek-Engtay berkisah mengenai pemuda ahli kungfu bernama Sampek, dan perempuan pandai bernama Engtay. Mereka berdua bersama menimba ilmu di biara Shaolin. Engtay yang seorang perempuan, menyamar sebagai laki-laki dan menjadi teman sekamar Sampek. Tahun berlalu, akhirnya Sampek mengetahui bahwa Engtay adalah seorang perempuan. Kemudian, bisa ditebak, bersemilah cinta di antara keduanya.

Kisah cinta mereka tidak mulus, Sampek hanya pemuda biasa, sedangkan Engtay adalah seorang putri yang akan dinikahkan dengan pewaris tahta kerajaan. Berbagai kejadian tragis mewarnai kisah cinta mereka.

Apa yang membuatku sangat menyukai cerita ini? Alasannya adalah karena banyak hikmah yang bisa dipetik.

Favorit dari yang terfavorit, adalah kejadian di mana Sampek berdialog dengan kakek tua renta dari Gunung Kwa-Loon.

Saat itu, kakek renta yang digendong Sampek ternyata adalah seorang yang amat sakti, yang bisa mengeluarkan jurus legendaris. Sebelum pergi, ia memberikan wejangan untuk Sampek yang telah selesai menceritakan luka hatinya karena akan ditinggal menikah oleh Engtay. Inilah yang dikatakan kakek renta itu:

"Kau tahu kenapa hanya orang-orang yang sakit hati-lah yang bisa mneguasai jurus tersebut? Karena orang-orang sakit hati lazimnya tidak lagi mencintai kehidupan dunia ini. Ia tidak menginginkan siggasana. Ia tidak ingin tumpukan emas. Ia hanya ingin sendiri dengan seluruh luka di hati.. Kesedihan yang terkendali sungguh bisa menjadi kekuatan tiada tara. Kesedihan yang terkendali bisa membuat hati bersih, hati yang siap menerima kabar baik langit, termasuk kekuatan langit.."

Kalimat-kalimat itu, sungguh membuatku sadar. Coba deh, kita renungkan sama-sama. Pernahkah ngerasa sedaih? Pernahkan ngerasa ditinggalkan? Pernahkan ngerasa salah mempercayai orang? Pernahkah ngerasa patah hati?

Pernahkah ngerasa sakit hati sampai nggak ada lagi yang kalian inginkan?

Pada saat itu, yang kalian ingin hanyalah sendiri saja, menikmati merasakan rasa sakit yang menggerogoti hati. Sedih, sakit, semuanya menjadi satu. Lalu pelan-pelan, kalian menyadari bahwa segala sesuatu terjadi karena seizin Tuhan, bukan? Lalu kalian menyadari bahwa semuanya tidak luput dari rencana Tuhan. Lalu kalian perlahan berniat untuk melepaskan segalanya, mengembalikan semua pada Tuhan.

Menyerahkan hati yang terluka untuk bisa diobatiNYA...

Kesedihan yang terkendali dari orang-orang yang sakit hatinya, membuat mereka menyadari sesungguhnya isyarat-isyarat dan jawaban-jawaban Tuhan sudah seringkali dikirimkan, tapi dasar manusia, malah membuat penyangkalan dan beribu pembelaan dan pembenaran atas apa yang dilakukannya.

Hati yang sakit akan lebih siap menerima kabar baik langit.. Saat hati sakit, manusia meruntuhkan egonya, menyetujui bahwa ia memang bodoh, ia lemah, ia tak lebih dari pembuat kesalahan, penjaga yang lalai akan tugasnya, tugas akan menjaga hatinya sendiri. Oleh karenanya, setelah ego itu runtuh, pertanda-pertanda yang dikirim Tuhan akan terlihat lebih jelas, akan terlihat lebih banyak, akan tersadar, bahwa sesungguhnya diri ini yang mengabaikan jawaban-jawaban itu sejak dikirimnya doa.

Jadi, pesan untuk orang-orang yang telah atau sedang tersakiti hatinya, janganlah takut. Ini hanyalah awal untukmu menyadari kebesaran Tuhan. Ini adalah awal di mana kamu menyadari bahwa Tuhan sebenarnya sudah memberi banyak pertanda yang seenaknya saja kamu abaikan.

Kesedihan ini adalah kekuatanmu, asal kamu bisa mengendalikannya.

Kesakit hatian ini hanyalah hal kecil dibandingkan hal-hal besar, kekuasaan Tuhan yang mungkin pada akhirnya nanti kamu sadari.

Cerita legenda Sampek-Engtay ini sungguh hebat, sungguh penuh pelajaran.

Iqro' ... :)

0 komentar:

Posting Komentar