Nikmatilah hari ini, kataku sambil memandangi langit senja. Warnanya kemerahan, matahari berpendar dengan gelap. Sementara kamu di sampingku sedang sama khidmatnya menikmati senja. Nikmati saja, karena mungkin saja senja esok atau esoknya lagi sudah bukan aku yang menemanimu. Berada di sampingmu sambil sekedar bercerita tentang kelelahan hari ini, kemudian menyeruput teh hangat buatanku yang hampir selalu kemanisan. Kamu selalu protes, aku selalu tertawa dan meminta maaf, tapi kamu juga selalu menghabiskannya. Senja selalu saja indah, seindah caranya mempertemukan kita di taman kota waktu itu, dua tahun yang lalu. Aku sedang menunggu orang lain saat itu, tapi ternyata kamu yang datang, dengan percaya diri menepuk pundakku dari belakang. Kamu salah orang ternyata, tapi kita malah bicara banyak hal setelahnya. Sampai sekarang pun aku masih saja suka menertawakanmu karena kejadian itu, dan aku tetap saja suka wajahmu yang bersemu merah jika peristiwa itu kita bicarakan.
Nikmati saja hari ini, batinku sambil tersenyum ketika pesanan kita sama-sama datang. Hari ini aku dan kamu sedang meluangkan waktu sejenak, untuk bertemu berdua, mengisi perut di siang bolong. Semangkuk mie ayam dan sepiring nasi padang sudah di hadapan. Menu favorit kita. Nikmati saja saat-saat seperti ini. Karena mungkin suatu saat nanti, kamu akan datang lagi ke tempat ini, dengan orang yang berbeda. Mungkin bukan aku lagi yang berada di hadapanmu. Mungkin bukan denganku lagi kamu menghabiskan sepiring nasi padang kesukaanmu. Yah, mungkin juga nanti kamu tidak akan memesankan mie ayam ke pelayan, karena kamu harus menghapal menu favorit yang lain, bukan lagi menu favoritku.
Nikmati saja waktu ini, gumamku nyaris tanpa suara. Ini sudah malam dan kita belum juga pulang dari kampus. Sejenak mencoba bersantai dari kesibukan mempersiapkan event esok hari. Kamu masih dengan gitar kesayanganmu. Sedangkan aku terus saja merajuk supaya kamu menyanyikan salah satu lagu Sheila on 7 yang sama-sama kita suka. Buat Aku Tersenyum. Dan kita malah bernyanyi bersama, lalu merekamnya. Suaramu memang bagus, beda dengan suaraku yang acak adut. Rekaman ini akan menjadi saksi kalau kita pernah menikmati waktu bersama-sama, menyanyikan lagu yang kita suka. Nikmati saja, karena mungkin nanti akan ada suara indah yang mendampingi suara dan petikan gitarmu. Mungkin juga nanti buat aku tersenyum hanya sebuah lagu lama, tanpa keistimewaan apapun di hatimu.
Bangku taman ini dingin, tapi aku merasa hangat setiap kamu duduk di sampingku. Tidak ada yang kita lakukan selain menceritakan hal-hal yang sudah lewat sekitar satu minggu lebih. Aku sedang menunggu dijemput, dan kamu menyempatkan untuk sekedar menemani aku. Tidak lama, satu jam mungkin. Sedangkan rindu ini masih belum menuntaskan lembaran-lembarannya untuk diceritakan. Nikmati saja rindu ini. Karena mungkin beberapa waktu ke depan, bukan aku lagi yang kamu rindukan. Mungkin juga bukan aku yang kamu cari saat waktu demikian tak bersahabat dan tak memungkinkan untuk bertemu. Mungkin bukan aku yang bisa meredamkan letupan-letupan rindu di dalam hatimu.
Adzan telah berkumandang dan aku segera berwudhu. Lalu kamu ikut, dan segera menempatkan sajadahmu di depanku. Kita sholat berjama'ah. Lantunan ayat suci darimu, seringkali aku rindukan ketika mukena sedang kukenakan tanpa ada kamu di dekatku. Jadi saat ini aku ingin menikmatinya saja. Saat-saat menjadi makmum yang mengikuti gerakan sholatmu sebagai imam. Kadang aku berharap punya kesempatan untuk mencium punggung tanganmu seusai sholat. Itu yang rutin kusebut dalam doa, berharap aku punya kesempatan untuk menjadi makmummu, selamanya.
Nikmati saja, ya, nikmati saja. Karena yang terjadi, yang kita rasakan hari ini belum tentu terulang untuk esok hari. Bahwa segala sesuatunya adalah titipan, maka aku begitu menghargai setiap waktu yang kita lewatkan bersama-sama. Nikmati saja hari ini, karena mungkin keindahan perasaan ini tidak akan terjadi dua kali. Mungkin aku juga tidak lagi menjadi seseorang yang kamu rindukan. Mungkin aku tidak lagi akan tersenyum mendapati sms manismu sebelum tidur. Mungkin kamu tidak lagi suka memutar rekaman kita. Dan mungkin juga jika ternyata kita tidak berjodoh..
Tenang saja, aku ingin ketika saat-saat itu datang, aku dan kamu masih tetap bisa tersenyum. Tersenyum ketika tidak sengaja saling mengingat. Tersenyum untuk sepotong waktu indah yang pernah kita lalui. Tersenyum, karena sama-sama merasa bersyukur telah menjalani segala sesatunya dengan sangat indah.. :)
Kalau Aku "Biarlah mengalir seeprti Air"
BalasHapusHehee :D
hehe
Hapusiyaa, let it flow, tapi jangan sampai hanyut juga :p
saat bahagia kita bisa trsenyum, dan saat menangis kita juga harus bisa tersnyum, mensyukuri mata kita masih bisa bersih dengan pembersih alami dari Allah :)
BalasHapussalam kenal, kalau berkenan kunjungi kmbali
coklat ~
salam kenal juga nana :)
Hapusi'll visit yours, soon :)