Senin, 10 Februari 2014

Nobuta wo Produce

4

Beberapa hari yang lalu kembali diracuni temen sekamar kosan untuk nonton drama Jepang. Kali ini judulnya Nobuta wo Produce. As usual, awal-awalnya nganggep “ini film apa sih, tokoh-tokohnya absurd banget”. Tapi, malah keterusan nonton sampe jam 1 malem (dan itu belum sampe selesai, baru separuh episode). Drama ini terdiri atas 10 episode, nggak banyak, tapi makna dan pelajaran di dalamnya banyak banget.




Dibuka dengan adegan cowok SMA yang naik sepeda ngebut banget, nyamperin pohon willow tiap pagi di pinggir sungai (absurd kan?). Cowok itu bernama Kiritani Shuji. Shuji cowok popular di sekolahnya, HTS-an sama cewek populer juga yang namanya Uehara Mariko. Ada satu orang cowok yang nggak disukai banget sama Shuji, namanya Kusano Akira. Akira ini bisa dibilang cowok aneh, eh, unik maksudnya, hehe.

Shuji punya satu adik cowok. Di rumah dia tinggal sama adik dan ayahnya, ibunya kerja di luar negeri. Keseharian Shuji di rumah beda bangeeet sama kesehariannya di sekolah. Istilahnya yaaa, Shuji nggak menjadi dirinya sendiri kalau berada di sekolah. Sementara itu, Akira adalah anak dari seorang presiden direktur. Karena adanya kepastian masa depan (udah pasti diwarisi perusahaan ayahnya), Akira ngerasa bingung menjalani hari-harinya. Dia ngerasa nggak punya tujuan, nggak tau apa yang harus diperjuangkan, dicapai. Hidup baginya cuma bersenang-senang di masa muda, sebelum jadi presiden direktur untuk nggantiin ayahnya.

Kehidupan dua orang itu lalu berubah sejak kedatangan murid baru bernama Kotani Nobuko..



Overall, film ini bercerita tentang “pretending to be someone else”. Nobuko alias Nobuta punya kehidupan yang sulit sejak kecil. Dia selalu dibully. Di sekolah yang sekarang pun, dia tetep aja dibully sama gengnya Bando dan satu orang yang lebih sadis dari Bando (nonton sendiri ya, no spoiler di sini :p). Karena itulah, Shuji dan Akira merasa tertarik untuk memproduseri Nobuta, membuatnya agar tidak lagi dibully dan jadi cewek populer di sekolah. Perjuangan mereka untuk mengubah Nobuta, ternyata juga membawa perubahan bagi kehidupan mereka sendiri.

Melalui film ini, saya jadi punya sudut pandang baru tentang perilaku manusia, khususnya Shuji. Shuji di sini berperan jadi karakter yang punya dua kepribadian. Kepribadian aslinya hanya ditunjukkan ke keluarga, Akira, dan Nobuta. Selain itu, kepada teman-temannya yang lain, dia suguhkan kepribadian yang lain pula.

Bete nggak sih sama orang yang kayak gitu?

Jangan buru-buru bete ya, karena mungkin mereka itu memendam ketakutan yang amat dalam. Shuji melakukan itu semua, menjadi “orang lain” ketika bergaul sama teman-temannya, karena dia begitu takut nggak diterima dan dimusuhi sama orang lain kalau dia menunjukkan karakter aslinya. Karena itu, dia nggak jadi dirinya sendiri.

Ada saat ketika kebohongan Shuji terbongkar dan nggak ada yang mau percaya lagi sama dia, kecuali keluarganya, Mariko, dan dua sahabatnya (Nobuta dan Akira). Berat banget buat Shuji, karena hal yang paling dia takutkan akhirnya malah terjadi: dijauhi dan dimusuhi orang lain.

Banyak pesan yang bisa diambil dari film ini, di antaranya..

Jangan berusaha menjadi orang lain. Jadilah dirimu sendiri, dengan terus berusaha memperbaiki diri pastinya. Sudah bisa dibuktikan sendiri sama Shuji, ketika kebohongannya terbongkar. Kalau menurutku, teman-temannya marah bukan karena mereka dibohongi, tapi lebih ke ngerasa “kenapa Shuji mesti bohong sama kita sih? Kita toh nggak minta apa-apa dari dia, nggak minta dia untuk jadi orang lain..”. Pesan ini juga didapet dari pengalaman Nobuta. Nobuta ngerasain perbedaan antara kedua hal itu: menjadi orang lain atau menjadi dirimu yang lain (yang lebih baik).

Nggak usah peduli sama gossip/isu/fitnah yang disebar orang lain tentang kita. Ada satu kalimat Uehara Mariko yang saya inget karena bagus banget:
“Nggak masalah, selama masih ada satu orang yang percaya sama kita, tau keadaan yang sebenarnya”
Kalau dipikir-pikir yaa bener juga, sih. Nggak masalah, ketika kita diserang isu/gossip/semacamnya, selama masih ada (paling tidak) satu orang yang percaya sama kita. Itulah, harga suatu kepercayaan. Sesuatu yang membangunnya butuh banyak waktu, tapi menghancurkannya cuma perlu satu detik.

Setiap orang bisa berubah. Ini juga jadi salah satu pesan penting dari film Nobuta wo Produce. Bahwa setiap orang punya kesempatan untuk berubah jadi lebih baik. Bisa berubah untuk memperbaiki kesalahan-kesalahannya yang terdahulu. Asal, ada kemauan yang kuat dari dalam dirinya. Kalau dari diri sendiri aja cuma setengah-setengah, nggak berniat untuk berubah dengan sepenuh hati, nggak sadar sama kesalahan sendiri, ya percuma. Sudah berniat dengan sungguh-sungguh pun, berubah bukanlah hal yang mudah. Karena itu, jangan pernah menyerah. Apalagi menyerah sebelum mencoba, kalah sebelum perang itu namanya!

Itu cuma salah dua dari sekian pelajaran yang bisa diambil dari film ini. harus liat langsung, dan ambil banyak pelajaran dari sana. Beberapa pesan penting lainnya, mungkin merasuk terlalu dalam di hati saya (ceileeh) sampe bingung nyampeinnya gimana, hehe.

Film ini lengkap. Konyolnya ada, lucunya ada, harunya ada, sedihnya ada, sweet-nya ada, pelajarannya apalagiiiii… :D

Oh iya, ada satu lagi quote yang aku suka, lagi-lagi dari ucapannya si Uehara Mariko:

“Memang sulit menerima kenyataan yang sesungguhnya. Tapi, sesakit apapun itu, masih lebih sakit orang yang berbohong untuk waktu yang lama”



Stay honest, guys :)

4 komentar:

  1. Udah lama ga ngikutin dorama Jepang euy.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku juga ga ngikutin sih, tapi kebetulan diajak nonton itu sama temen kosan.. hehe..

      makasi uda mampiiir :D

      Hapus