Minggu, 11 Maret 2012

aku juga harus pergi :)

0

Angin sepoi mempermainkan rambut sebahuku. Camar membelah merahnya langit. Senja ini masih sama indahnya sejak kami bertemu pertama kali. Masih sama indahnya seperti saat berpuluh kali kami menikmati kebersamaan di sini. Ya, di pantai ini, tempat semua keindahan yang terjadi di antara kami. Semua masih sama indahnya, hanya saja, mungkin dua orang yang duduk di sini tak lagi dengan hati dan rasa yang sama.

Sesekali kulirik sosok lelaki di sampingku. Matanya masih menerawang jauh ke depan, entah ke mana. Mungkin ke arah tenggelamnya matahari, atau malah menerawang ke masa lalu ketika pertama hatinya tertaut padaku. Sudah satu jam lebih dan kami hanya diam.
Sesekali mempermainkan riak ombak kecil yang menyambangi kaki-kaki kami yang dulu seringkali melangkah beriringan. Aku begitu suka travelling, begitu juga dengannya. Kami suka pergi ke tempat yang indah-indah. Alam. Tempat kami merasa nyaman dan menjadi diri kami sendiri. Tidak sedikit pantai dan gunung yang kami jelajahi. Tapi dari semua itu, yang paling menjadi favorit kami adalah pantai. Menikmati pijakan di atas pasir yang tidak stabil, merasakan hembusan angin, melihat jauh ke luasnya laut. Menikmati bagaimana rasanya menjadi teramat kecil di hadapan Maha Pencipta. Dulu.

Waktu beranjak dan tetap saja kami terdiam. Mungkin dia sedang berjibaku dengan keinginan hatinya. Siang tadi dia mengajakku bertemu di sini. Aku sadar ada yang tidak beres. Protesnya akan ketiadaan waktuku beberapa waktu lalu sepertinya sudah memuncak. Aku baru saja magang menjadi editor di salah satu penerbit ternama di kota ini. Bergabung di perusahaan penerbitan adalah keinginanku sejak lama. Aku ingin berkecimpung di dunia yang aku cintai, tulis menulis. Di luar dugaan, kesibukan menyita hampir seluruh waktuku. Berangkat pukul delapan pagi, pulang pukul lima sore masih merupakan formalitas. Faktanya adalah, aku sering membawa pekerjaanku ke rumah dan mengerjakannya hingga larut malam, seringkali sampai pagi. Hingga waktuku untuknya pun berkurang, sangat banyak. Tidak lama dia bertahan dengan keadaan seperti itu. Mungkin puncaknya adalah ketika aku menemuinya secara tidak sengaja di pusat perbelanjaan, aku sedang dalam perjalanan rangka kerja, berkonsultasi dengan salah seorang penulis. Dia, lelakiku, bersama seorang perempuan cantik. Cantik sekali. Aku masih ingat betul bagaimana minidress berwarna merah itu menyala terang membalut kulitnya yang putih bersih. Juga rambut lurusnya yang identik seperti iklan-iklan sampo di televisi itu digerai panjang sepunggung. Cantiknya, sangat-sangat berbeda denganku. Saat itu juga aku merasa ada nyeri yang menelusupi hatiku. Ingin rasanya aku menghampirinya, mengingatkannya bahwa aku masih ada atas nama cintanya yang pernah dia ungkapkan padaku. Tapi aku tak sanggup.

“Aku udah nggak bisa, Rin..”, akhirnya kata-kata itu meluncur dari bibirnya. Lirih, seperti ada luka dan ketakutan di dalamnya.

“Kamu yakin ?”, sahutku sekenanya sambil setengah berharap dia menjawab tidak. Mataku sekarang menerawang jauh. Sedikit kuangkat daguku supaya mata yang sudah merebak ini tidak serta merta membuat aliran sungai di pipiku.

Kami membisu, aku menunggu.

“Aku yakin”

Brug ! dinding pertahananku rasanya roboh seketika. Secepat inikah dia mengambil keputusan ? dia bahkan tidak menanyakan pendapatku sama sekali. Sedikit merasa terhakimi, tapi aku paham. Untuk apa lagi mempertahankan sesuatu yang bahkan melepaskan aku dengan mudahnya ?

Aku mencoba tersenyum. Kuharap sama seperti senyum saat pertama kali kami bertemu dan memutuskan untuk saling mencintai. Bedanya, kali ini, aku tersenyum untuk diriku sendiri, agar ia lebih kuat. Lututku lemas, tapi kupaksakan juga untuk berdiri. Untuk terakhir kalinya, aku mengusap lembut pundak yang pernah menjadi sandaranku itu.

“Maafin aku, Jo..”, kataku sambil tersenyum.
Pelan tapi pasti kulangkahkan kakiku menjauhi pantai ini. Dia masih terduduk diam, tak berani menatapku.

Aku bisikkan pada hati yang sedang rapuh ini bahwa..

Bukan hanya kamu yang harus pergi, tapi aku juga. Cinta tak lagi baik untuk kita.

0 komentar:

Posting Komentar