Senin, 09 April 2012

Cinta : Kata Benda atau Kata Kerja?

1


Siapa sih yang masih asing dengan kata “cinta”? Berbagai kosa kata dirangkai hanya demi mencoba menerjemahkannya ke dalam definisi-definisi yang lebih mudah dicerna. Kata demi kata pun begitu lancar untuk menceritakan maknanya. Apalagi ketika sedang jatuh cinta, berjuta inspirasi seperti melayang-layang di kepala untuk bisa mengisahkannya seindah mungkin. Tidak bisa dipungkiri bahwa satu kata itu telah menjadi inspirasi banyak orang. Manis-pahitnya, senang-susahnya, sudah banyak kita selami dalam berbagai bentuk, entah itu terselip melalui musik, disemburatkan lewat karya sastra, atau bahkan hanya dengan kalimat sederhana “aku cinta kamu”.

Kemudian, cinta itu mulai didefinisikan secara terpisah. Banyak interpretasi yang melekat dalam benak setiap orang. Semua itu tidak lepas dari perbedaan persepsi yang dimiliki oleh setiap manusia. Ada yang mendefinisikan cinta itu adalah pengorbanan. Ada juga yang mendefinisikan cinta sebagai sarana take and give, dan masih banyak lagi macamnya. Sepengamatan saya, cinta itu sudah menjadi konsumsi sehari-hari, dan baru-baru ini, kosa kata yang baru melejit (galau, Red.) juga dikaitkan dengan erat sama yang namanya cinta. Wah wah, sepertinya hidup itu penuh sama yang namanya cinta ya. Memang sih, sepintas demikian.

Tapi, pernah nggak sih, terlintas, sebenernya cinta itu kata benda atau kata kerja? Nah lho, yang mana ya..

Kata benda, seperti kita tahu, ada meja, kursi, tas, buku, dan lain sebagainya. Udah pada lulus SD kan? hehehe. Sekilas, nangkep nggak, apa yang tercermin dari kata benda itu sendiri? Iya, kata benda itu stuck, nggak ada kelanjutannya. Jadi, kalau suatu saat ada yang menyatakan cinta sama kamu, coba deh dilihat, ada tindak lanjutnya atau nggak. Kalau setelah menyatakan cinta, kemudian selesai, sudah, ya berarti buat orang itu, cinta cuma sekedar kata benda. Bahkan, mungkin nggak bisa disebut dengan kata benda. Karena, kata benda pun pasti ada wujudnya kan. Kalau sayakatakan”ada meja” siapapun yang mendengarkannya pasti menuntut bukti dengan mengatakan “mana ada meja?”. Dan saya sebagai pembuat statement “ada meja” harus bisa membuktikan keberadaan meja itu. Demikian juga sama yang namanya cinta. Kalau seseorang cuma bisa bilang “aku cinta kamu”, tanpa bisa membuktikan keberadaan cintanya, yaaa gitu deh. Pasti bingung kan, kalau disebut kata benda aja nggak pantes, mau disebut apa dong? Angin lalu?

Sekarang beralih ke bahasan ke dua, kata kerja. Udah nggak perlu dikasih contoh lah ya, kata kerja itu apa aja, pasti sudah pada tahu. Dan apa sih, yang paling melekat dengan image dari kata kerja? Ada yang tahu? Yup! PELAKSANAAN. Yang namanya kata kerja itu ya, harus dikerjakan. Jadi, kalau kamu berencana menyatakan cinta sama seseorang, pastikan kamu punya keberanian dan usaha yang kuat untuk benar-benar melaksanakan apa yang kamu ucapkan. Sungguh nggak ada artinya kalau kamu cuma bisa bilang “aku bakal selalu cinta sama kamu”, tapi nggak bisa benar-benar menepatinya dan mewujudkannya dalam tindakan nyata.

Kembali sama yang saya bilang bukti. Di sini, bukti nggak selalu berarti pacaran, lho. Tapi, buktikan kalau kamu memang adalah seorang pribadi yang pantas untuk dicintai. Mungkin akan timbul pertanyaan tentang “pribadi yang pantas dicintai tuh yang kayak gimana?”. Sebenarnya jawabannya tuh sederhana aja. Setiap orang pasti punya keinginan, keinginan tentang seperti apa sosok yang mereka idamkan untuk menjadi pendamping mereka. Yah, singkatnya sih, “kita pengen dicintai sama orang yang kayak gimana”, jadilah seperti itu. Kalau kita pengen dapet pendamping yang baik hati, cek dulu, hati kita udah baik belum? Kalau kita pengen dapet pendamping yang jujur, coba dihitung lagi, sebulan ini kita udah bohong berapa kali? Intinya adalah introspeksi diri.

Jangan lupa juga sama janji dari Allah, bahwa lelaki yang baik hanya untuk wanita yang baik, demikian pula sebaliknya. Jadi, baikkan diri sendiri dulu, nanti pasti Allah yang akan mempertemukan kita dengan orang yang tepat, di waktu yang tepat.

So, the conclusion is:

Love is a verb, better you PROVE it, than just SAY it :)

1 komentar: