"Selamat ya, cerpenmu dimuat lagi..", kataku pada Lova. Gadis cantik ini sedang duduk di sebelahku, sama-sama menunggu jam kuliah berikutnya yang masih sekitar satu jam lagi.
"Makasih, Gery! Aku seneng banget, deh! Oh iya, dulu pas pertama kali dimuat, aku ga jadi bisa traktir kamu, kan, nanti, kalo aku ambil honor yang kali ini, kamu aku traktir ya!", jawabnya riang. Mata lebarnya menyipit, tawanya lepas. Aku begitu sulit untuk tidak terpesona padanya, khususnya pada saat-saat seperti ini. Saat kebahagiaan begitu jelas terpancar dari raut wajahnya.
"Gampang lah itu, hehe..". Aku menjawab ajakannya singkat. Aku sedang menimbang-nimbang lagi susunan kata yang sudah kupilih tadi malam. Sekitar satu tahun aku selalu berada di samping Lova. Mendampinginya dalam tiap tawa, sedih, dan saat-saat terberat dalam hidupnya. Berada di samping Lova membuatku semakin ingin untuk terus menjaganya. Sampai detik ini, rasa cinta itu pun semakin membesar dan memenuhi rongga-rongga hatiku.
"Kamu kenapa, Ger? Kok kayak ngelamun terus dari tadi? Kamu ada masalah? Cerita, dong!", tegur Lova membuyarkan lamunanku. Lova menghadapkan kepalanya tepat di hadapanku. Sumpah, aku grogi!
"Nggak kok, nggak papa.. Kamu sendiri keliatannya girang banget, jangan-jangan ada yang bikin girang selain karena cerpenmu dimuat ya?", candaku.
"Aaaa, keliatan banget ya? Mukaku merah ya? Hahahaha..", Lova menghindari pandanganku dan menutup mukanya dengan telapak tangan. Seketika aku merasa ada yang sudah terjadi tanpa sepengetahuanku.
"Mmm, tadi malem, aku jadian sama Arlan..", katanya malu-malu. Seketika kurasakan dadaku seperti mau runtuh.
Di saat ku mencoba merajut kata
Dan berharap semua jadi sempurna
Tiba-tiba ada yang lain yang mencuri hatinya
Hilang sudah kesempatanku dengannya
Dan berharap semua jadi sempurna
Tiba-tiba ada yang lain yang mencuri hatinya
Hilang sudah kesempatanku dengannya
0 komentar:
Posting Komentar