Jumat, 20 November 2015

Book Review: Rindu by Tere Liye

0

pict taken from goodreads.com


Salah satu tanda aku excited dan masih akan sabar menghabiskan satu novel tebal adalah ketika aku nggak memutuskan untuk membaca bagian endingnya di beberapa lembar terakhir. Seperti ketika aku merampungkan baca novel Rindu-nya Tere Liye beberapa hari yang lalu. Novel yang tuebel (you know, orang Jawa Timur, apalagi Surabaya, suka banget nambahin huruf "u" untuk mengganti kata "banget", so tuebel means tebal banget :p) ini aku baca tiap hari pas sepulang kantor, mungkin baru selesai dalam lima hari.

Ini adalah novel pertama Tere Liye yang berhasil aku tamatkan, karena sebelumnya aku cuma baca kumpulan cerita pendeknya aja. Dan, ketika aku sampai pada halaman terakhir buku ini, aku langsung ngebatin:

Ini sih sama briliannya dengan cerpen-cerpen yang Tere Liye buat.

Sedikit petunjuk, buku ini menceritakan tentang suatu perjalanan besar Kapal Blitar Holland yang mengangkut para Jamaah Haji pada tahun 1930-an. Kapal itu bukan hanya membawa manusia dengan darah suku dan keturunan yang bermacam-macam, tapi juga beragam pertanyaan yang menghuni hati dan kehidupan para penumpangnya..

Suatu perjalanan jauh atas nama kerinduan, dan terjawabnya segala pertanyaan yang mengganjal di hati para tokoh dalam cerita.. (then somehow aku jadi merasa jadi bagian dalam cerita ini, kayak ngaca)

Seperti biasa, Tere Liye selalu berhasil menciptakan quotes yang bisa membuat pembaca (dalam hal ini sih, aku) langsung mengangguk setuju, atau minimal merasa "ya ampun aku banget, nih". Buku ini berhasil bikin aku serasa membaca buku sejarah, tanpa merasa bosan. Ah iya, yang sangat-sangat aku kagumi adalah, aku sampai-sampai mikir kalau Tere Liye itu hidup di jaman yang dijadikan setting dalam cerita. Dengan sudut pandang orang ketiga, aku nggak hanya merasa didongengi oleh Tere Liye sebagai pembuat cerita, lebih dari itu. Aku merasa kalau Tere Liye sedang menceritakan pengalaman pribadinya, seolah dia turut ada dalam tiap adegan dalam buku ini.

Semua yang dituliskan terasa nyata, aku bahkan bisa merasakan bulu kudukku berdiri waktu....... (baca sendiri aja deh, ya :p)

Banyak hal yang bisa dipelajari dari novel Rindu ini. Aku belajar bahwa segala pertanyaan pasti akan menemukan jawabannya, asalkan kita mau berusaha mencari tahu. Sekecil apapun pertanyaan, kalau kita memutuskan untuk memendamnya dalam hati saja, ya di sanalah dia akan berdiam. Sampai kapanpun. Dan boleh jadi pertanyaan itu memberi satu ruang kosong dalam hidup kita, yang kita tak pernah tahu bagaimana cara mengisinya.

Ada salah satu quote yang paling aku suka dalam novel tebal ini:

"Kisah cinta dalam novel, film, sinetron, itu semua ada yang menulis. Tapi kisah cintamu, Allah Yang Menulis Skenarionya.. Yakinlah ia akan jadi kisah yang hebat dan indah"

Aku membaca part itu sambil tersenyum dan diam-diam berdoa dalam hati :)

Wait, jangan lupa dan jangan sampai kelewatan untuk membaca Epilog yang mempesona nan unpredictable di bagian akhirnya, yaa.. :D

Salam dan Selamat Membaca :)

0 komentar:

Posting Komentar