Jumat, 11 Maret 2016

Book Review: Hujan by Tere Liye

4

pict taken from goodreads.com


Kisah tentang Hujan karya penulis kenamaan Tere Liye ini diawali dengan percakapan antara paramedis bernama Elijah dan seorang gadis yang duduk di sofa hijau. Diceritakan bahwa, di jaman itu, di tahun 2040-an, teknologi pengobatan telah berkembang sangat pesat melebihi apa yang dapat kita bayangkan. Telah ditemukan oleh para ilmuwan medis pada saat itu, metode untuk bisa menghapus ingatan tertentu sesuai keinginan. Dan, gadis di sofa hijau itu menjadi salah satu pasien yang ingin menghapus ingatannya, menghapus ingatan tentang hujan.

Dua orang anak manusia bernama Esok dan Lail, dipertemukan dengan cara yang tidak biasa dalam takdir kehidupan mereka. Bencana alam, letusan dahsyat gunung purba membawa petaka bagi dua per tiga wilayah bumi, mendatangkan gempa bumi di negara Esok dan Lail, mereka yang sedang dalam perjalanan berangkat sekolah, terjebak di kereta bawah tanah. Ketika dalam usaha evakuasi lewat tangga darurat, malang, mereka justru sama-sama kehilangan anggota keluarganya. Esok kehilangan kakak-kakaknya, Lail kehilangan ayah dan ibunya. Sungguh bukan peristiwa yang menyenangkan, namun dari sanalah cerita tentang keduanya dimulai, ketika masing-masing dari mereka menjadi sangat berarti untuk satu sama lain.

Membaca buku ini, serasa kembali membaca karya Tere Liye yang mainstream, mainstream dalam arti nggak seperti yang saya rasakan ketika membaca Bumi dan Bulan yang penuh dengan imajinasi. Walaupun begitu, saya tetap terpesona dengan cara Tere Liye menggambarkan teknologi dan kehidupan masa depan dalam novel ini. Gaya deskriptif-nya saya suka sekali.

Hal lain yang membuat saya selalu suka dengan karya Tere Liye adalah selalu ada pesan baik tentang kehidupan yang bisa diambil dalam tiap karyanya. Sama halnya dengan novel Hujan ini, banyak pesan yang bisa dipetik, entah itu berupa quote secara langsung, maupun tersirat saja dalam ceritanya. Dalam Hujan, saya belajar banyak bahwa, menunggu, tidak akan terasa lama, tidak akan terasa membuang waktu semata, ketika kita mengisinya dengan sesuatu yang bermakna, atau bahkan melakukan banyak hal yang bisa menginspirasi orang banyak. Duhai, hidup hanya satu kali, bukankah semua manusia intinya hanya menanti ajal saja? Yang membedakan mereka semua adalah apa yang mereka lakukan untuk mengisi penantiannya itu.. :)

Pesan penting lainnya dalam novel ini adalah, baik buruk memori kita di masa silam, itulah yang membentuk diri kita saat ini. Segala kisah itu, baiknya dipeluk erat, dengan penerimaan yang baik, dengan rasa ikhlas yang meringankan, karena itu adalah bagian dari hidup kita saat ini.

Ending yang mengejutkan, itu yang bisa saya sampaikan dari keseluruhan cerita tentang Hujan. Hujan adalah cerita tentang cinta, persahabatan, pertemuan, dan tentang pilihan untuk melupakan. Siap menari di bawah hujan? :)

4 komentar:

  1. saya juga sudah baca. Tapi pertanyaan saya kejutan yang di ending yang mana ya.. hehehe

    http://hapudin.blogspot.co.id/2016/02/buku-hujan-by-tere-liye.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sih sempet kaget waktu Lail diem aja pas ketemu Esok.. Ah jadi spoiler nih buat yang belom baca :p

      Hapus
  2. makasih nih reviewnya , perlu baca nih

    BalasHapus