Selasa, 15 Maret 2016

Flash Escape in Makassar

0

Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan untuk mengunjungi salah satu kota besar di Pulau Sulawesi. Kota Makassar. Satu tahun yang lalu sebenarnya saya sudah mengunjungi kota ini juga, tapi hanya satu hari, full untuk bekerja, jadi nggak memungkinkan saya untuk bisa jalan kemanapun. Syukurnya, tahun ini ada kesempatan lagi untuk berkunjung ke sana. Dan, karena kali ini jadwal tidak terlalu padat, saya bisa menyempatkan diri untuk berjalan-jalan, walau yaa nggak jauh dari daerah sekitaran saya menginap.

Sedikit review perjalanan, semoga bisa membantu siapapun yang membaca artikel ini untuk memilih itinerary ketika (nggak sengaja) liburan ke Makassar dengan waktu yang nggak lama. Check this out!

1. Pantai Losari



Pantai Losari adalah sebuah pantai yang terletak di bagian Barat kota Makassar. Pantai ini juga menjadi landmark kota Makassar yang sangat terkenal. Sepertinya, belum sah ke Makassar kalau belum mengabadikan momen di pantai ini. Memang tidak akan ditemui panorama khas pantai berupa pohon kelapa, debur ombak, serta pesisir dengan pasir putih, tapi keindahan sunset di sini tidak diragukan lagi. Saya beruntung bisa menginap di tempat yang nggak jauh dari Pantai Losari, sehingga bisa menikmati sore dengan santai, menunggu matahari tenggelam dengan khidmat.




Pantai Losari jadi tempat yang lazim bagi warga Makassar untuk menghabiskan waktu. Di pagi hari, pantai ini dipenuhi orang-orang yang olahraga, entah itu bersepeda, jogging, ataupun hanya jalan santai di sepanjang garis pantai. Di sore hari, banyak juga yang berkumpul di sini, entah ramai-ramai, sendirian, entah untuk nongkrong bersama atau hanya menunggu pemandangan sunset (seperti saya). Di depan Pantai Losari juga banyak kios-kios yang menjual jajanan khas kota Makassar, pisang epe'. Kios-kios ini berada di seberang jalan, dan mulai buka di sore hari.

2. Masjid Amirul Mukminin


Masih di sepanjang pantai Losari, ada sebuah masjid unik yang juga menjadi ikon kota Makassar. Sebutlah nama Masjid Amirul Mukminin atau biasa terkenal dengan Masjid Terapung. Masjid yang yang memiliki tiga lantai ini menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan atau wisatawati seperti saya, hehe. Bukan hanya menjadi tempat ibadah, tapi dari masjid ini saya juga bisa menyaksikan pemandangan sunset yang indah.




Masjid Amirul Mukminin ini tampak sangat mencolok dengan dua kubah besarnya yang berwarna biru muda, serta dua buah menara yang menjulang di sisi kanan dan kiri masjid. Dari segi arsitektur (maaf saya sotoy, padahal bukan arsitek, hihi), masjid ini indah, unik, dan cute. Di kanan dan kiri masjid, ada tangga melingkar yang menuju ke lantai 2 dan lantai 3. Ada sedikit ruang terbuka (semacam balkon) di setiap lantainya yang biasa digunakan pengunjung untuk duduk-duduk menikmati pemandangan dan sejuknya angin. Penerangan di dalam masjid tampak cute dengan lampu-lampu berbentuk bulat yang menggantung di langit-langit. Harus banget ke masjid ini deh kalau ke Makassar :)



3. Masjid Raya Makassar


Masjid Raya Makassar terletak di jalan Bulusaraung. Masjid yang menjadi salah satu kebanggaan warga Makassar ini memiliki dua menara dan dapat menampung hingga 10000 jamaah. Salah satu hal yang menjadi kesukaan saya pada masjid ini adalah jendela-jendela besar yang memungkinkan sirkulasi udara berjalan amat lancar. Awal masuk kok sepi, ternyata lantai utama untuk sholat berada di lantai 2.




Nah, di lantai 2 inilah saya akhirnya bisa menjumpai Al-Quran Akbar, Al-Quran besar dengan ukuran  1x1,5 meter yang disimpan secara khusus dalam kotak kaca. Terbersit rasa kagum yang membuat merinding, ketika melihat indahnya tulisan dalam Al-Quran tersebut. Al-Quran Akbar ditulis tangan oleh K.H. Ahmad Faqih Muntaha dan membutuhkan waktu satu tahun penuh. Ditulis dengan tinta khusus yaitu campuran antara tinta bak china dan air teh kental, tulisan dalam Al-Quran ini diprediksi akan awet melekat pada kertasnya dalam waktu yang sangat lama.



4. Fort Rotterdam


Tidak jauh dari Pantai Losari, tersebutlah benteng terkenal di Makassar bernama Fort Rotterdam. Dari pantai Losari, saya tinggal mencegat angkot berwarna biru untuk bisa sampai tepat di depan Fort Rotterdam. Tidak ada biaya untuk masuk benteng ini, hanya harus mengisi buku tamu saja di bagian dekat pintu masuk. Setelah mengisi buku tamu, saya disuguhkan pemandangan indah kompleks benteng. Beberapa bangunan di sekeliling, taman dengan rumput hijau di bagian tengah, dan tidak ketinggalan, langit biru yang luas dan mempesona. Indah. Di kompleks benteng, terdapat bangunan Museum La Galigo yang menyimpan sejarah kehidupan masyarakat Makassar, kehidupan kerajaan Gowa Tallo, dan beberapa budaya Makassar seperti baju adat, dan lain sebagainya. Untuk masuk Museum, saya hanya harus membayar lima ribu rupiah.




Banyak spot menarik (untuk foto-foto) di Fort Rotterdam. Tamannya, bangunannya, bahkan reruntuhan bangunan yang ada di salah satu sisi benteng. Di sini jugalah terdapat bangunan tempat Pangeran Diponegoro diasingkan oleh Belanda hingga akhir hayatnya. Saya yang masuk dalam bangunan itu merasa sangat miris, membayangkan Pangeran Diponegoro harus mendiami ruangan yang amat sempit, dikelilingin tembok beton yang kokoh (konon katanya sih temboknya dibuat sangat tebal, karena Pangeran Diponegoro memiliki "ilmu" yang hebat, biar nggak bisa dijebol gitu maksudnya.






Oh iya, walau namanya Fort Rotterdam, benteng ini bukan dibangun oleh Belanda, lho. Benteng ini asli dibangun oleh masyarakat Makassar. Namun, sempat jatuh ke tangan Belanda dan akhirnya namanya diganti menjadi Fort Rotterdam.

5. Pulau Lae-Lae


Masih berada di sekitaran Pantai Losari, ada beberapa pulau yang bisa dijangkau dengan waktu menyeberang hanya 10 sampai 15 menit saja, salah satunya adalah Pulau Lae-Lae. Untuk wisatawan yang belum puas dengan Pantai Losari, bisa mengunjungi pulau-pulau yang tidak jauh dari Makassar, seperti Pulau Lae-Lae, Pulau Khayangan, dan Pulau Samalona. Namun, karena keterbatasan waktu yang saya miliki, saya hanya sempat mengunjungi Pulau Lae-Lae.

Persis di seberang Fort Rotterdam, ada dermaga kecil tempat wisatawan bisa menyewa kapal/perahu untuk menyeberang ke Pulau Lae-Lae. Hanya dengan seratus ribu rupiah (pulang-pergi/carter), usut punya usut sih tarif menyeberang bisa lebih murah kalau pengunjungnya ramai-ramai, nggak sendirian macam saya kemarin T.T.




Pulau Lae-Lae adalah pulau kecil, ada penduduknya tapi nggak banyak. Pasirnya lumayan putih, dan cukup mengobati kerinduan saya sama pantai. Pulau ini memang nggak didesain untuk ada wahana olahraga laut dan sejenisnya, pantai ini hanya untuk menghabiskan waktu bersantai, menikmati pemandangan laut, mendengarkan debur ombak, dan merasakan sejuknya hembusan angin.





Nah, itu dia beberapa tempat yang berhasil saya kunjungi selama di Makassar. Saya beruntung karena jadwal tidak terlalu padat, dan kesemua tempat itu letaknya berdekatan satu sama lain, masih satu wilayah yang mudah dijangkau, baik dengan angkutan umum maupun kendaraan pribadi. Salah satu tips agar bisa mengunjungi tempat-tempat di atas dalam waktu yang nggak terlalu senggang adalah dengan menginap di Jalan Somba Opu, karena dekat sekali dengan Pantai Losari, paling cuma jalan kaki beberapa menit sudah sampai. Penginapan/hotel di sana juga punya banyak variasi harga, mau yang mewah ada, mau yang ramah kantong backpacker juga ada, bisa dipilih lewat aplikasi-aplikasi pemesanan yang sudah booming sekarang (saya sih biasa pakai traveloka dan agoda).

Bonus tips untuk kalian yang mungkin pergi ke sini tanpa persiapan, dan terpaksa harus jalan sendirian, ada baiknya disimak dulu:
1. Berpenampilanlah yang biasa banget, jangan mencolok. Karena, dengan bepergian sendiri itupun sudah membuat kalian terlihat mencolok, apalagi perempuan.
2. Nggak usah ragu menunjukkan tampang judes jika dirasa "perlu"
3. Kuasai baik-baik dulu tempat yang ingin kalian kunjungi (memastikan transportasi untuk mencapainya, kondisi sekitarnya, dll), bisa dengan bertanya pada teman, atau browsing di internet.
4. Jangan lupa berdoa :D

Saran terakhir sih, sebaiknya jangan pergi sendirian, lebih asyik kalau ada temennya, hehe. Okay, segini dulu cerita perjalananku selama di Makassar. Sampai jumpa di perjalanan-perjalanan selanjutnya :D

salam dari sunsetnya pantai losari :)

0 komentar:

Posting Komentar