Rabu, 15 Mei 2013

Semua Ini Salahmu

0

Semua ini salahmu. Kalau saja hari itu kamu tidak terlambat masuk kuliah. Mungkin aku tidak akan sempat menamatkan wajahmu. Mungkin aku tidak akan sempat untuk menyadari bahwa ada manusia indah di kelas yang tercantum di Kartu Rencana Studiku. Bagaimana tidak, kamu terlambat di situasi yang sangat tidak tepat, emm, maksudku dosen yang tidak tepat. Keterlambatan itu memaksamu untuk berdiri mematung sejenak di depan kelas, menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar alasanmu terlambat. Kamu mungkin sedang bingung, tampak gugup, jangan-jangan itu pertama kalinya kamu terlambat ya? Tapi asal kamu tahu, ada satu orang yang memperhatikanmu di bangku deret ke empat dari depan. Ada aku, yang menikmati sekali ke-sejenak-anmu di depan kelas.

Semua ini salahmu. Kalau saja kamu memilih bangku kosong yang lain, bukan yang di sebelahku. Mungkin saat ini aku tidak akan terus-terusan sengaja menyiapkan satu bangku kosong di sebelah tempat dudukku. Dan terus-terusan juga berharap kalau-kalau kamu akan meletakkan tasmu di situ. Aku tidak mungkin lupa ketika pertama kali itu kamu duduk di sebelahku. Aku masih ingat detail langkah kakimu. Kamu memakai sepatu warna cokelat tua yang entah memang warnanya begitu atau karena terkena cipratan genangan air hujan di jalan. Aku juga ingat kamu memakai setelah kemeja kotak-kotak warna biru-merah dengan celana jeans yang beraksen pudar di bagian lutut. See? Aku mengingat semuanya. Apalagi ketika kamu mengambilkan kalkulatorku yang tak sengaja kamu jatuhkan.

Semua ini salahmu. Kalau saja kamu tidak meminta untuk satu kelompok tugas kuliah denganku. Mungkin aku tidak akan pernah tahu namamu. Aku tidak akan pernah tahu nomor handphonemu. Dan pastinya aku tidak akan terdiam-memandangi handphone-memandangi nomormu-dan berharap. Berharap apa? Berharap aku bisa menginformasikan sesuatu dan mendapatkan pesanmu di handphoneku. Tapi memang hari itu kamu benar-benar melakukannya, memintaku agar bisa menjadi bagian dari kelompokku. Jadi terjadilah semuanya. Terjadilah perkenalan. Terjadilah tahu nama, tahu nomor handphone, tahu ini, tahu itu, dan yang lainnya. Hanya saja kamu tidak tahu aku begitu gembira untuk semua ke-tahu-an itu.

Semua ini salahmu. Kalau saja kamu tidak memintaku untuk mengajari satu mata kuliah yang tak begitu kamu kuasai. Mungkin aku akan terbiasa untuk menikmati pertemuan ramai-ramai seperti saat berada di kelas. Mungkin aku tidak akan menghabiskan waktu lebih banyak untuk berdua saja denganmu seperti saat ini. Nyatanya ini sudah pertemuan ke-entah kita berdua. Iya, berdua saja. Duduk bersebelahan, kadang berhadap-hadapan. Kalau-kalau kamu tahu, ah bodohnya aku, pastilah kamu tak tahu, aku lebih suka kita duduk bersebelahan saja. Karena dengan begitu aku lebih leluasa melihatmu. Bisa lebih lama mengamati bentuk wajahmu. Tentunya tanpa kamu tahu. Karena kamu sangat fokus pada apa yang aku ajarkan. Sementara aku menjadi pihak yang paling tidak fokus saat mestinya harus sangat fokus mengajarimu. Itu susah sekali, lho!

Semua ini salahmu. Harusnya kamu tak usah menceritakan hal-hal yang terjadi dalam hidupmu. Harusnya kamu tak perlu membawaku masuk ke dalam kehidupan pribadimu, atau sekedar membuatku tahu. Karena efeknya adalah, aku jadi ingin mengenalmu lagi, lagi, dan lagi. Aku suka mendengarkan pengalaman hidup orang lain, terlebih itu kamu. Kamu! Bagaimana mungkin aku bisa mengelak ketika dua kesukaanku bisa datang sekaligus. Harusnya kamu tidak membiarkan aku menikmati tawa, senyum, dan gundahmu dari dekat, karena aku jadi sangat menyukainya. Maksudku, menyukaimu.

Semua ini salahmu.
Sekarang, aku jadi jatuh cinta padamu.

0 komentar:

Posting Komentar