Minggu, 07 Oktober 2012

dengar bisikku :)

0

Sore merayap pelan, tapi pasti. Panas yang sedari tadi menyengat kulit, kini berganti dengan keteduhan. Sementara dua anak manusia sedang duduk bersebelahan. Tidak terdengar satu kata pun yang meluncur dari keduanya. Laki-laki dan perempuan itu hanya melihat ke arah laut, yang sebentar lagi akan ikut berwarna oranye, sewarna langit.

"Kamu nggak papa? Dari tadi bersin terus..", tanya lelaki itu.

"Nggak papa, Alan, aku nggak papa. Tapi entah kalau sepulang dari sini nanti..", jawab si perempuan sambil tetap saja menerawang jauh, seakan mencari-cari ujung lautan. Beberapa detik kemudian, dia tampak merapatkan jaketnya, berjaga-jaga bila hawa menjadi tak bersahabat.

"Ini bukan yang ke dua atau ke tiga kali kan, kita bertengkar.."

"Iya, terus?"

"Kamu nggak capek? Jujur aja aku capek, Lis..", Alan langsung menuju topik pembicaraan. Topik yang membawa mereka harus berada di tempat ini. Pantai tempat mereka saling menyatakan cinta, tempat mereka bernapas lega setelah mengetahui perasaan masing-masing.

"Kamu nyalahin aku?", tanya Elisa sambil menghela nafas panjang. Dihirupnya aroma laut, berharap bisa memberinya sedikit ketenangan.

"Kan, mulai lagi.."

"Apanya, Lan? Nada bicara kamu itu seolah aku yang selalu bikin kita bertengkar. Padahal aku juga udah jelasin kan penyebabnya apa..", bantah Elisa.

"Oke, yang kemarin ini, aku sengaja nggak bilang sama kamu kalo aku habis jalan sama Fara. Apa bedanya, kalo aku bilang, pasti kamu juga bakal marah kan? Padahal kamu juga tahu aku nggak pernah ngapa-ngapain sama dia, meskipun dulu dia pernah suka sama aku.."

"Setidaknya, kalo kamu bilang, aku akan marah sama diriku sendiri yang selalu cemburu, selalu nggak bisa nerima deketnya kamu sama dia. Setidaknya, aku nggak bakal marah karena kamu bohong sama aku.."

Lalu keduanya terdiam. Tidak ada yang tahu apa yang sedang berkecamuk di kepala dan hati masing-masing. Elisa dan Alan, dua manusia dengan karakter yang bertolak belakang. Alan yang cuek dan pelupa, sementara Elisa, perasaannya begitu halus dan sensitif. Tidak jelas apa yang bisa membuat mereka saling jatuh cinta dan bertahan sampai detik ini. Hari ini, seharusnya mereka sedang merayakan satu tahun jadian. Seharusnya, saat ini suasana hati mereka tidak dalam kondisi yang kacau. Perbedaan yang mencolok, membuat mereka seringkali bertengkar. Walaupun pertengkaran itu tidak pernah lebih dari satu hari. 

"Jadi mau kamu apa?", tanya Elisa.

Alan tidak menjawab. Untuk yang kesekian kalinya, kesunyian menyergap mereka berdua. Angin berhembus semakin liar, bukan hanya menyejukkan, tapi seperti ingin membekukan hati mereka. 

"Aku sayang sama kamu"

Kalimat itu terucap bersamaan, tanpa dikomando, bahkan mereka tidak saling melihat. Sampai beberapa detik lamanya, Alan dan Elisa sama-sama tertegun. Kemudian mereka saling memandang. Elisa tersenyum sambil berkaca-kaca, sementara Alan menatapnya lama. Senyuman ini yang selalu dicarinya, senyuman ini yang selalu memaklumi hal-hal kecil yang seringkali ia lupakan. Senyuman ini, yang membuatnya bertahan.

Segerombolan camar terbang di langit yang kemerahan, mereka pulang ke sarangnya. Alan dan Elisa juga pulang, saling pulang ke hati satu sama lain.

Dengar bisikanku oh dinda
Coba lapangkan dada kita
Trima aku apa adanya
Jujur hati yang kita jaga

0 komentar:

Posting Komentar