Jumat, 12 Oktober 2012

kamu (tak) harus tau

0

Aku menatap wajahnya lekat-lekat. Matanya, mata bulat yang selalu suka kupandangi dari kejauhan. Biasanya akan ada binar-binar yang cemerlang, yang pada akhirnya mampu kutangkap. Segera saja binar itu bisa membuat hatiku bahagia seharian. Bibirnya, bibir mungil yang nyaris selalu menyunggingkan senyuman. Aku selalu suka melihatnya tertawa, sampai kedua matanya menyipit. Dia begitu ramah dan menyenangkan.

Sore ini kuberanikan diri menemuinya. Jadi, di taman ini, aku sudah merencanakan semuanya. Aldi, sahabat baikku, yang juga temannya, banyak membantuku untuk membuat pertemuan ini. Sudah terlalu lama, aku menyimpan semuanya sendirian.  Menyimpan degup-degup yang kunikmati sendirian saja. Aku begitu kecil, dan selalu saja merasa tak pantas untuknya.

Kami bertatapan lama, mulutku serasa terkunci rapat. Kata-kata yang sedari tadi sudah kususun, seperti hilang seketika. Aku hanya diam, dan menatapnya.

“Aku suka kamu, Filia..”, akhirnya hanya itu yang bisa kuucapkan.

Aku bernapas lega, dan kuberikan kotak kecil padanya. Isinya, foto-foto Filia yang kupotret sejak dulu. Aku merasa berdosa terus menyimpannya, sementara dia tak tahu. Jantungku seperti berhenti berdetak sejenak ketika tangannya menyentuh tanganku sedikit dengan perantara kotak kecil berwarna biru.

Aku melangkah pergi. Meninggalkan Filia yang bengong tak mengerti. Biarlah, dia hanya perlu tahu aku suka sekali padanya. Tanpa harus tahu mengapa, sejak kapan, atau sampai kapan. Biarlah itu menjadi urusanku saja.


Dan kamu hanya
Perlu terima
Dan tak harus memahami
Dan tak harus berfikir
Hanya perlu mengerti
Aku bernafas untukmu

0 komentar:

Posting Komentar