Sabtu, 27 Oktober 2012

Melepaskan

0

Reva memandangi lelaki di hadapannya. Pandangan matanya datar, tanpa ekspresi. Tepatnya ia sudah lelah dan bosan. Lelaki ini, seperti tidak pernah punya rasa marah, sakit hati, dan sejenisnya. Reva tidak habis pikir, cara apa lagi yang harus ia gunakan, supaya lelaki ini sadar, kalau Reva tidak pernah sedikitpun menaruh hati padanya.

Bukan sekali dua kali lelaki itu menyambangi kampus Reva, mencari-cari Reva di antara ratusan mahasiswi yang ada. Dan dengan mudah, Reva pasti bisa ditemukannya. Bagaimana tidak, lelaki itu sepertinya punya radar khusus yang bisa menangkap keberadaan Reva. Sebanyak itu pula Reva harus menahan gejolak hatinya untuk tidak memarahi lelaki itu. Lelaki yang mengumbar perasaan cintanya di jejaring sosial, menyebut nama Reva, sampai-sampai teman-teman kampusnya tahu.

Tidak kurang pula pagar betis yang diberikan sahabat-sahabat Reva untuk menghalau lelaki itu. Entah sebatas membicarakannya, menyindir, atau pernah sekali, Heksa, sahabat Reva yang paling cablak, terang-terangan mengatakan bahwa Reva sudah punya pacar. Saat itu, untuk pertama kalinya, Reva dan sahabat-sahabatnya menangkap ada rasa kaget dan kecewa di raut lelaki pemuja Reva itu. Mungkin, hari itu akan hari terakhir untuknya menyimpan cinta untuk Reva, tapi ternyata itu salah besar. Karena, sekarang, lelaki itu sedang berdiri di hadapan Reva, membawa sebuket bunga sebagai hadiah ulang tahun Reva.

"Bawa pulang aja bunganya", kata Reva datar.
"Tapi, ini aku bawa buat kamu, Va..", katanya memelas.
"Aku nggak minta"
"Tapi aku mau ngasih"
"Aku nggak mau dikasih"
"Va, sampai kapan kamu mau ngerti kalo aku cinta banget sama kamu?"
"Diki, sampai kapan kamu mau ngerti kalo aku gak cinta sama kamu?!!", setengah kesal dijawabnya pertanyaan lelaki pemujanya itu.

"Reva, aku bakalan tetep nunggu kamu.."

"Denger ya, aku nggak pernah minta kamu tunggu. Dan sepertinya kamu perlu belajar lebih banyak, karena perasaan orang nggak akan bisa dipaksa, seperti aku yang nggak bisa suka sama kamu, sekuat apapun kamu maksa aku. Cinta itu ada beberapa sisi, kamu belum belajar salah satu sisinya. Melepaskan."

Reva berlalu meninggalkan Diki yang cuma bisa menunduk. Gagal lagi, entah yang ke berapa kali. Diki memandangi punggung Reva yang mulai menghilang di lorong kampus. Disimpannya kembali bunga untuk Reva.

"Mungkin lain kali", gumamnya sambil tersenyum dan mengamati foto Reva di dompetnya.

Lihat aku di sini
Kau lukai
Hati dan perasaan ini
Tapi entah mengapa
Aku bisa memberikan maaf padamu

0 komentar:

Posting Komentar