Rabu, 10 Februari 2016

Sepeda, Pulau, dan Kamu

2

Dear you,

Hai, apa kabar? Terakhir kali jumpa nyaris dua tahun yang lalu, ya? Tapi aku masih ingat bagaimana kamu yang pendiam, duduk di tengah kami yang ramai mengobrol nggak jelas, dan bahkan ngeceng-cengin kamu, orang yang baru saja kami kenal, ehm, baru aku kenal juga.

Aku masih ingat, pagi setelah subuh itu, di pagi ketika malam masih menyisakan gelapnya, dan jarum gerimis turun dari langit sana, kamu terdiam menatap kami semua yang saling kenal. Kamu di sana sebagai teman dari temanku. Aku mencoba mencairkan suasana, tapi ah, kamu pendiam sekali rupanya. Aku jadi salah tingkah sendiri, hahaha.

Aku masih ingat juga, di kapal, kita duduk bersebelahan. Di sana kita berkesempatan mengobrol lebih banyak, tapi tetap saja, banyak-mu itu yaa menurutku tetap seuprit, hehe. Tapi nggak apa, namanya juga baru kenal. Setidaknya, aku tahu kamu begitu karena memang kamu dasarnya pendiam, bukan karena sombong. It's okay :)

Aku masih ingat (lagi) waktu kamu berbaik hati menukar sepedamu dengan sepedaku yang kampas rem-nya menempel ke roda dan menjadikan kayuhannya semakin berat. Tertinggal di belakang rombongan, kamu menawariku bergantian sepeda. Entah apa yang kamu rasakan saat itu, kasihan atau sebal melihatku yang mulai merengek ingin tukar sepeda ke teman-temanku yang lain. Hmm, apapun pertimbanganmu, aku ucapkan terima kasih, ya :)

Kamu masih ingat nggak, waktu kita dan teman-teman yang lain sedang menunggu sunrise di pantai pasir perawan? Kamu sibuk dengan seekor kepiting kecil di pasir pantai, yang di sebelah kepiting itu ada sebentuk kepiting kecil yang lain tapi tidak bergerak. Kamu bersikeras itu mungkin saja teman si kepiting kecil. Tapi, usut punya usut, ternyata itu bekas ganti kulitnya si kepiting. Kamipun tertawa. Kamu juga.

Apa kamu masih ingat kalau setahun yang lalu, dalam event yang sama, aku juga mengirimimu surat? Surat yang saat itu tematik, dikirimkan untuk orang yang pertemuan pertamanya membuat kesan dan belum bisa ditemui lagi. atau mungkin bahkan tidak bertemu lagi. Tahun ini, berarti ini surat ke dua buatmu. Aku nggak yakin kamu akan membaca, apalagi ingat, hehe. Tapi nggakpapa, aku sudah cukup senang bisa menyampaikan sesuatu lewat kata.

Sibuk apa kamu sekarang? Ah, aku tak berani menyapamu secara langsung, jadi lewat sini saja. Tak apa sekalipun kamu tak menjawab, atau bahkan mungkin tidak membaca pertanyaanku barusan. Aku hanya ingin bertanya.

Kadang aku bertanya-tanya sendiri, mungkin nggak yaa bisa ketemu lagi? Hahaha. Tapi kubiarkan pertanyaan itu menguap, tidak akan kukungkung dalam hati, biar bisa sampai ke langit, dan Tuhan mungkin bisa mempertimbangkannya untuk bisa mempertemukan kita lagi di suatu waktu nanti, di suatu tempat yang sama-sama kita sukai, atau di kesempatan yang kita tidak bida menduganya sama sekali.

Yang ingin aku sampaikan adalah, mmm, entahlah, sebenarnya aku hanya ingin menulis ini saja, membiarkan kenang-kenangan itu bermain-main lagi di kepala. Pokoknya terima kasih sekali lagi, deh untuk sepedanya.. :)

Sudah deh, segini dulu ya suratnya, bisa sih lebih panjang lagi, tapi nanti curhatnya kebanyakan, hahahaha. Bye bye :)

2 komentar:

  1. ini itu.....semacam....
    mmmmmm....
    ya ya ya....
    iki kode keras jhe.... wkwkwkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, kagaaaak.. kan ucapan terima kasih aja :p

      Hapus