Selasa, 02 Februari 2016

Lebih Dari Sekedar Ibukota

1

Dear Jakarta,

Sudah dua hari ini selalu hujan deras sepanjang hari. Aku jadi sering memandang keluar jendela kantor, mengamati pemandangan Monas dan kubah Masjid Istiqlal yang sedikit mengabur karena kabut dan hujan deras. Jakarta, kamu ternyata sudah lebih dari sebuah kota yang dulu hanya bisa kulihat melalui televisi.

Nggak terasa, sudah 2 tahun lebih aku menjejaki tanahmu, Jak. Jujur saja kukira dulu kamu seperti yang dibicarakan orang-orang di luar sana: kejam. Tapi, makin ke sini aku makin paham, kamu nggak kejam, kamu hanya terbiasa menempa orang-orang di wilayahmu menjadi sosok yang lebih kuat. Mungkin, aku bisa jadi salah satu buktinya.

Aku anak tunggal, Jak, anak yang nggak pernah jauh dari rumah dalam waktu lama. Lalu sekalinya harus merantau, aku langsung merantau ke tanahmu, belajar hidup mandiri. Literally mandiri, karena aku tak punya satupun sanak saudara di sini. Dari yang awalnya aku nggak berani pergi jauh-jauh dari kosan, sampai sekarang malah enjoy walau harus kemana-mana sendirian. Bahkan yang terbaru, aku berani keluar pulau sendirian. Entahlah, mungkin hawa tanahmu bisa menjadikan orang lebih berani. Oh iya, sejak aku berdiri di tanahmu, Jak, aku jadi lebih cepat hapal sama jalanan. Beda jauh dibandingkan waktu aku di Surabaya, dodol ampun-ampunan lah kalau soal jalanan. Mungkin, kalau di Surabaya aku kan yakin, sejauh apapun tersesat, akan selalu ada yang menjemput untuk pulang. Lha kalau nyasar di sini, siapa yang mau njemput aku, Jak? :p

Dua tahun berjalan, kamu sudah lebih dari sekedar kota untukku, Jak. Banyak yang sudah terjadi selama di sini. Beberapa sudutmu sudah penuh kenangan yang siap muncul kembali dalam ingatan. Bahkan, sepanjang jalan sekitaran kosan dan kantorku itu sudah serupa tempat bersejarah. Ada saja yang bisa kuingat ketika pagi berangkat naik angkot dan (mau nggak mau) ngelihat ke arah luar, memandangi jalan, serta beberapa bangunan yang biasa aku lewati di perjalanan. Ada banyak hal, Jak, yang sudah menyesap dalam-dalam di tanahmu, yang setiap hujan datang, kenangan itu seakan menyatu dengan aroma tanah yang kuhirup.

Ada banyak cerita, yang kelak akan bisa kubagikan jika seseorang menyebut namamu di depanku.

Thanks Jak, for being a good city for me, and keeping my memories.. :)



Sincerely,
Aulia, yang merantau di tanahmu

1 komentar:

  1. Tulisan mu bagus ul..coba deh kamu nulis sebuah buku..
    Aku suka ngikutin tulisanmu..

    BalasHapus