Jumat, 24 Maret 2023

Ini Alasanku Hanya Ingin Punya Satu Anak

2

source: Canva

Buat mamah-mamah muda yang udah punya anak satu, apalagi yang usianya udah masuk toddler.. Hmm, pasti udah sering ditanya "kapan nih si kakak dikasih adek?", "kasian tuh anaknya sendirian, kasih temen aja", atau malah terang-terangan seperti "kapan nambah lagi anaknya?". Akupuuuun, yang bocilnya baru mau tiga tahun aja udah seriiing banget dapet pertanyaan-pertanyaan macam itu. Kadang ditanggepin biasa aja, dibawa ketawa aja. Tapi kalau udah keseringan nanya-nya, apalagi kalau yang nanya dia lagi dia lagi, pasti aku langsung bilang "aih, aku mah cukup satu aja anaknya", wkwkwk. Beberapa orang kalau dijawab kayak gitu sih langsung diem, ya. Tapi ada juga manusia tipe khusus yang malah jadi ceramah "kasian anak tunggal itu kesepian", "kamu itu mumpung masih muda", dan lain sebagainya. Kalau nemu yang model begini mah, biarin aja suka-suka dia aja mau ngomong apa ygy, daripada buang waktu nanggepinnya, hahaha.

Nah, ngomong-ngomong soal punya anak satu aja, ada nggak sih yang sama kayak aku? Nggak pengen nambah anak lagi, alias satu anak cukup? Kalau hasil obrolanku sama temen-temen yang sesama milenial ya, ternyata banyak juga yang memang merasa cukup dengan satu anak aja. Alasan mereka pun beragam. Ada yang karena pertimbangan materi, pertimbangan tenaga pengasuh, atau berbagai hal lainnya. Aku sendiri punya beberapa alasan kenapa cuma mau punya satu anak aja :)

AKU INGIN HIDUP (JUGA) SEBAGAI DIRIKU

Source: Canva

Ketika memutuskan untuk menikah, maka aku dengan sadar mengambil dua peran baru, yaitu peran sebagai istri dan peran sebagai ibu (ketika anak lahir). Duniaku paling terasa jungkir baliknya ketika peran sebagai seorang ibu itu akhirnya aku jalani. Benar-benar WOW. Apalagi di awal masa kelahiran yaa, dimana makhluk kecil bernama bayi itu benar-benar masih 100% bergantung kepada kita, ibunya. Semua waktu, semua tenaga, semua pikiran, semua dikerahkan untuk anak. Nyaris tidak ada waktu untuk diri sendiri, dalam artian melakukan hobi, kumpul sama teman, atau hal lain yang kita suka.

Sekarang, ketika anakku sudah hampir 3 tahun, banyak perubahan yang aku rasakan. Duniaku perlahan kembali ke titik keseimbangannya. Aku merasa udah lebih mampu menjalani peran-peranku dengan baik, dengan terbagi, dan dengan seimbang. Yang paling penting, aku juga mendapatkan kembali kesempatan untuk hidup sebagai diriku. Aku mencoba dan belajar hal baru kayak bikin konten, bikin review skincare, kembali menghidupkan blog-ku yang udah vakum lama, bahkan gabung di komunitas baru.

Inilah titik equilibrium yang aku cari, dan akhirnya aku temukan dalam kondisi aku memiliki satu anak. Tidak ada jaminan bahwa aku akan sampai di titik ini lagi ketika anakku bertambah jumlahnya. Jadi, daripada harus masuk dalam ketidakpastian, aku saja yang mengambil keputusan.

AKU INGIN MENJADI IBU (DENGAN OPTIMAL)

Source: Canva

Dengan satu anak saja, aku sering merasa belum optimal atau belum menjadi ibu yang baik untuk anakku. Aku kadang merasa bersalah ketika meninggalkan anakku di pagi hari untuk bekerja. Kadang aku ngerasa bersalah punya waktu yang terbatas bareng dia. Faktor kelelahan juga kadang bikin kesabaranku setipis tissue, sering ngomelin anak. Kebayang nggak, satu anak aja aku mudah banget ngereog, apalagi dua atau tiga atau empat? Jadi, aku menebus rasa bersalahku itu dengan cara menciptakan waktu-waktu yang berkualitas bareng anakku. 

Aku sering bikin mainan atau prakarya bareng anak, and she enjoyed it! Lalu, weekend aku selalu prioritaskan juga untuk dihabiskan bareng anak dan suami. Ibaratnya kalau Senin-Jumat aku terbagi dengan peranku sebagai working mom, Sabtu-Minggu aku full milik keluarga. Aku yang paling bisa menilai kemampuan diriku menjalani peran sebagai Ibu ini, dan aku ngerasa bahwa aku hanya sanggup punya satu anak saja supaya perhatianku ke anak nggak terbagi atau terpecah.

AKU ADALAH (JUGA) SEORANG ISTRI

Source: Canva

Seringkali peran sebagai ibu menyita waktu dan perhatianku dari peran seorang istri. Tapi dengan anak yang sudah semakin besar, saat ini aku bersyukur banget udah jadi istri yang lebih baik. Aku bisa memasak lebih sering, bisa siapin keperluan suami sebelum berangkat kerja, bisa bikinin suami bekal kopi susu, dan yang paling penting adalah aku nggak kekurangan quality time bareng suami.

JUMLAH TIDAK SAMA DENGAN KUALITAS

Source: Canva

Kalau orang lama berpahaman banyak anak banyak rejeki, aku sih punya motto bahwa nggakpapa anak cuma satu, yang penting dia menjadi manusia yang berkualitas. Dengan punya satu anak, aku dan suami bisa total dalam mengalokasikan berbagai sumber daya untuk kepentingan anak. Mulai dari pendidikannya, pengasuhannya, kebutuhan-kebutuhan primer-tersiernya, dan banyak lagi. Kami nggak perlu pusing berpikir seperti kalau punya banyak anak.

Bukan berarti punya banyak anak itu salah ya, monggo saja kalau mau dan mampu.


Nah, itu dia gaes, alasanku kenapa inginnya cuma punya anak satu saja. Banyak yang kupertimbangkan, utamanya kemampuan dan kesanggupan diri sendiri. Lebih baik aku fokus melakukan upaya terbaikku sebagai ibu dengan satu anak, daripada aku nggak optimal atau nggak berhasil berlaku adil jika anakku lebih dari satu. Postingan ini murni opiniku aja ya, sama sekali nggak menghakimi bunda-bunda yang memutuskan memiliki anak lebih dari satu. Siapalah aku mau ngejudge? Pesanku cuma satu sih, jangan punya anak hanya karena ikut-ikutan. Jangan nambah anak hanya karena capek ditanya-tanya orang. Ini hidupmu, Bu, bukan hidup orang lain. Miliki kendali atas tubuh dan hidupmu :)

2 komentar:

  1. Setuju, setiap kita punya keputusan sendiri dengan pertimbangan banyak hal, netijen nggak boleh julid hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kaak, dengan catatan kitanya nggak merendahkan pilihan/keputusan hidup orang lain juga :D

      Hapus